2. Gambaran Kecil

3.1K 314 1
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

.

"Miss T, ada kiriman paket."

"Oke, simpan aja di sana. Hati-hati nyimpennya."

"Emang isinya apaan sih? Jangan bilang bom?" tanya Resti takut-takut dan meletakkan paket-ku begitu hati-hati.

"My beloved Franky."

"Eh? Maksud Miss T?"

"Itu album pertamanya Frank Sinatra, susah buat dapetinnya." aku menjelaskan.

Resti membelalakkan matanya berlebihan, "Iih... pasti lawas banget."

"Sekitar tahun 46-an." jawabku santai sambil tetap bekerja merevisi naskah di hadapan-ku.

"Aku nyerah deh Miss, mending dengerin lagu-lagu koplo jaman sekarang."

"Kamu itu, kasihan anak kamu nanti senang joget di kondangan orang."

"Ih, amit-amit Miss, yakali doain tuh yang baik-baik." timpal Resti dengan histeris sambil mengusap-usap perutnya sambil komat-kamit membaca mantra untuk bayinya.

Dengan perasaan ringan, aku menghampiri paket itu. Senyum-ku merekah --yang mana jarang ada hal yang membuat aku tersenyum-- ketika melihat penampakan isi paket.

"The Voice of Frank Sinatra?"

Aku terkejut, berbalik terlalu cepat karena suara yang tiba-tiba itu. "Oh, pak."

Pak Bima melenggang masuk ke kantor-ku dengan secangkir kopi hitam kesukaannya yang mengeluarkan aroma khasnya. "Saya gak tahu kalau kamu suka sama Sinatra. Fly Me to The Moon?"

"Sebenarnya saya lebih suka I've Got You Under My Skin."

"Kok bisa samaan gitu? Ha-ha."

"Ada yang bisa saya bantu?"

Pak Bima menjentikkan jarinya. "Ah... itu, si Joko ngajak makan malam sebelum launching bukunya, katanya mau berterima kasih sama kamu karena udah meyakinkan dia buat publish karyanya."

"Oh."

Pak Bima cepat-cepat melanjutkan karna respon-ku biasa saja, "Eh, kamu gak ada rencana malam ini?"

Ada. Aku sudah janji berkencan semalaman dengan jurnal yang akan ku terjemahkan ditemani Lupus yang tertidur pulas.

"Gak ada pak." Akhirnya kata-kata terbaik itu yang bisa terlontar. Tidak enak juga menolak ajakan atasan.

"Baiklah, pulang nanti saya kesini lagi jemput kamu."

Aku menolak keras, "Jangan pak, saya tunggu di lobi saja."

"Gak papa, sekalian turun."

"Baik kalau bapak memaksa."

"Ya sudah, saya balik dulu." pamit pak Bima.

"Iya pak." kataku sambil menunduk singkat.

Aku memiringkan tubuhku di daun pintu, "Resti, tolong hubungin pak Wahyu minta jadwal terbit novel Joko Anshar, takutnya bentrok sama novel-novel baru yang kita sunting."

"Siap Miss."

Sebagai seorang pimpinan redaksi, aku bertugas untuk mengelola bagian editorial; merancang tema buku yang akan diterbitkan, membuat dan memastikan skedul penerbitan buku sesuai jadwal, memberi keputusan berkaitan dengan editorial, dan mengatur bagian-bagian di bawahnya.

"Miss, pak Wahyu gak kerja tuh. Katanya ada launching buku di luar kota. Ih, enak banget bisa darmawisata begitu."

Aku mendengus, "Ya udah gak papa, nanti saya yang coba koordinasi."

It's Start From Fortune Cookies [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang