4. Tersenyumlah, Miss T

1.7K 170 1
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

.
.
.

Pagi-ku yang monoton berjalan begitu saja tanpa ada yang spesial. Semuanya berlalu dengan cepat tanpa ada kesan sedikit pun. Aku seperti menekan tombol fast-forward hingga tanpa sadar sudah tiba di depan gedung GP.

"Pagi Miss T." sapa beberapa orang yang berpapasan denganku.

Ku balas senyum ramah mereka dengan alakadarnya.

Hingga ketika di dalam lift, seseorang di luar sana terburu-buru menghampiri lift dan jika terlambat sedetik saja mungkin tidak akan sempat menahan pintu lift saat ini, yang mana mengundang gerutuan orang-orang yang sudah berdesakan di dalam kotak kecil ini.

"Maaf... maaf..." kata si perusuh itu yang ku tatap dengan keki.

"Jangan melihat saya seperti itu Miss."

Baru saja Dito memasuki kotak itu suara berisik lift membuat orang-orang di dalam sana kian meradang.

"Tolong yang baru masuk keluar, lift-nya penuh." sembur seseorang.

Dalam hati aku mengiyakan ucapan itu dengan mengarahkan pandangan pada Dito. Dito yang dijadikan sasaran kemarahan orang-orang masih enggan bergerak, dan tetap berdiri dengan santai di samping-ku.

Aku menggeram dalam hati dan menyikut Dito dengan kesal.

"Apa?" tanyanya polos, seolah-olah tak berdosa sedikitpun.

Aku mengetatkan rahang, berbicara di sela-sela gigi yang mengatup rapat. "Keluar."

Dito malah celingukan mengamati sekitar, "He-he, maaf-maaf." gumamnya tanpa rasa menyesal sama sekali. Lalu tiba-tiba ia melemparkan cengiran aneh pada-ku dan dengan cepat menarik-ku keluar dari lift.

Aku menepis lengan Dito kasar, menatap tajam langsung pada sorot kekanak-kanakan yang aneh itu. "Ngapain kamu seret saya keluar! Yang harus keluar itu kamu."

Dito mengerucutkan bibirnya, menelisik tubuhku dari atas kepala sampai ujung kaki ber-flat shoes-ku. "Miss gak sadar kalau Miss menyumbang lebih banyak muatan daripada saya."

Sialan! Apa katanya? Apa bocah ini secara tidak langsung mengatai-ku gendut?

"Maksud kamu--"

Aku menelan kembali kata-kata kasar yang ingin keluar dan menunggu lift terbuka kembali. Tiba-tiba seseorang mencolek lengan-ku.

"Ayo."

Aku mengangkat sebelah alis.

"Awali pagi dengan olahraga."

"K-kamu--"

Dito memutari-ku dan dengan tak sopan mendorong-ku menuju tangga. Aku berusaha berontak namun dorongannya cukup kuat hingga aku tidak bisa mengelak.

"Lebih sehat naik tangga 'kan? Seharian kerja di kursi aja gak baik buat kesehatan tubuh. Harus diimbangi juga dengan kegiatan fisik." celotehnya saat aku baru menapaki lima anak tangga.

"Tanpa kamu bilang pun saya juga tahu." aku menggerutu.

Dito tak menghiraukan, malah dengan semangat memimpin jalan di depan sana dengan lagak seperti pemimpin pramuka, meninggalkan aku yang kepayahan meniti satu per satu anak tangga yang banyak ini. Aku berhenti sebentar untuk mengambil nafas, dengan berpegangan pada besi pembatas. Sepertinya memang benar, aku kurang berolahraga. Apa mungkin faktor usia pun berpengaruh?

"Kayaknya jadi asisten Miss bukan hanya di kantor saja, saya harus jadi asisten buat kesehatan Miss juga." kata Dito dengan mengulurkan sebuah tumblr.

It's Start From Fortune Cookies [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang