WAKTU adalah sesuatu yang berjalan tanpa henti, membuat semuanya berlalu begitu saja, meninggalkan kebahagiaan, luka dan kenangan. Sudah lima tahun berlalu sejak Jaehyun memutuskan untuk meninggalkan Korea dan mengurus cabang perusahan di New York. Hidupnya terkesan datar, dan hampa. Yang bisa Jaehyun tunjukkan di hadapan semua orang adalah wajah datar tanpa ekspresi yang berarti.
Tidak ada lagi Jaehyun yang hangat dan sering menebar senyum. Semua yang terjadi merubah kepribadiannya, Jaehyun terlalu tertutup, seolah ia mengasingkan diri dari semua orang meskipun kini jabatannya adalah Direktur.
Meninggalkan semuanya di Korea; termasuk satu-satunya lelaki yang sampai detik ini masih berada di dalam hati dan pikirannya membuat Jaehyun hancur secara perlahan. Fisiknya memang sempurna, tapi tidak ada yang mengetahui bahwa Jaehyun terkikis secara perlahan dari dalam. Jaehyun tahu bahwa ini adalah konsekuensi yang ia dapatkan karena mencintai Omega yang bukan takdirnya.
Pintu ruang kerja Jaehyun terbuka, menampilkan lelaki mungil yang sedang menggandeng seorang bocah berhidung mancung; sangat mirip dengan Jaehyun.
"Bisakah kau mengetuk terlebih dahulu? Hilangkan kebiasaan burukmu itu." gerutu Jaehyun pelan, ia berjalan menghampiri sang Anak yang sudah tumbuh menjadi bocah berusia lima tahun.
"Come on, it's me!"
"Daddy~" Jeno merentangkan kedua tangan dan memeluk leher Jaehyun ketika sang Ayah berlutut, tanpa ragu Jaehyun menggendong Jeno dan memberikan kecupan lembut di pipi sang Anak, "uncle Ten buuyy me some ice creaaam! Taste delicious, Daddy, you should go with me! I want to eat ice cream with you~"
Mendengar itu Jaehyun menghela napas jengah dan mengusap punggung Jeno, iris hitamnya melemparkan tatapan tajam pada seorang lelaki mungil yang membawa Jeno masuk ke ruangannya; Chittapon Leechaiyapornkul, berkewarganegaraan Thailand, sekertaris Jaehyun.
"Sudah kukatakan untuk tidak membelikan Jeno es krim!"
Ten mengangkat bahu acuh. "Jeno menyukainya dan tidak ada masalah, kau terlalu berlebihan. Memangnyaㅡ"
"Dia mungkin akan batuk sebentar lagi." potong Jaehyun cepat, tidak habis pikir dengan kelakukan seketarisnya yang selalu memberikan makanan manis serta dingin pada anak semata wayangnya.
Jeno mengerucutkan bibir dan menangkup pipi Jaehyun. "Don't be mad Daddy! Uncle Ten tidak salah, because Jeno yang menginginkan ice cream, Daddy tidak pernah membelikan Jeno ice cream." gumamnya sedih.
"You'll sick if you eat too much, Daddy tidak mau melihatmu sakit sayang."
"But i'm strong Daddy! You said that i'm strong, just like iron man! Jadi Jeno tidak akan sakit!" seru Jeno semangat, ia ingin Jaehyun tahu bahwa ia baik-baik saja, sama sekali tidak terganggu meskipun memakan banyak makanan dingin.
Mendengar itu Ten tersenyum bangga. "Listen to your son."
"Get the fuck off."
"No bad words Daddy!" pekik Jeno histeris, ia menutup mulut Jaehyun dan menoleh pada Ten, "sorry uncle, Jeno'll shut up Daddy mouth. Thanks for today uncle, Jeno sooo happy!"
Oh sungguh, Ten sangat menyukai dan menyayangi Jeno. Bocah itu bisa membuat Jaehyun bungkam karena tingkah lakunya yang sangat menggemaskan. Ten memasang senyum lebar sebelum mengusak gemas surai hitam Jeno.
"Kay, just call me if you need me. I'll give you anything!"
"Sure uncle! Bye bye!"
Setelah melambaikan tangan, Ten keluar dari ruangan Jaehyun. Meninggalkan sepasang anak dan Ayah yang kini saling berpandangan, Jeno menurunkan tangannya dari bibir Jaehyun dan mengecup pipi sang Ayah, bibirnya mengukir senyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Time《Jaeyong》✔
Fanfiction[Omegaverse] [Romance] [Mature] ❝Takdir itu sangat lucu ya?❞ •BXB || YAOI || GAY || HOMO •Jaehyun x Taeyong •Don't read if u don't like bitches