Sejak kecil, Nakamoto Yuta dikenal sebagai sumber masalah.
Ia tidak seperti kedua saudarinya yang manis dan tahan duduk diam selama berjam-jam. Ayahnya menyebut dia "anak terlalu aktif yang penuh inovasi dan selalu kelebihan energi", tapi ibunya punya julukan yang lebih pendek, "anak nakal". Tak terhitung berapa kali wanita itu mengejarnya bersenjatakan sapu dan berteriak, "Yuta, kesini kau, anak nakal!" sedangkan ia kabur dengan sepedanya sambil tertawa-tawa.
Penyebabnya beragam, mulai dari ulahnya yang membuat sang ibu harus hadir di sekolah, kejahilannya yang menyebabkan Haruna menangis, sampai niat mulianya memelihara kadal di kamar mandi.
Kalau sudah sangat kesal, ibunya akan menjewer telinganya saat ia pulang, atau memasak makanan yang tidak ia suka.
Namun satu kali pun, dia tidak pernah, tidak pernah, menamparnya.
Dibanding rasa sakit, keterkejutan membuat Yuta mematung. Tidak menyangka Alice Park akan menyambutnya dengan sebuah tamparan. Dulu, mereka dekat. Yuta beberapa kali membawakan Alice oleh-oleh dan snack khas Jepang dan mereka akan mengerjai Rose bersama-sama. Mereka berteman.
Sejenak, Yuta tidak dapat bicara. Ia tak tahu apakah Alice masih bisa disebut temannya atau tidak, dan apa sebenarnya yang ia lakukan hingga pantas menerima tamparan ini.
Johnny-lah yang pertama bereaksi, menarik Yuta mundur dan memelototi Alice. "Hei, apa-apaan ini? Apa masalahmu? Kau sinting, ya?"
Alice balas menatap Johnny dengan tatapan yang mengisyaratkan dia tidak penting, seakan Johnny sekedar bakteri yang meghirup terlalu banyak oksigen di bumi. Keberanian ada dalam gen wanita-wanita keluarga Park, dan Alice menunjukkannya sekarang. "Tanyakan itu pada temanmu. Apa masalahnya sampai dia membuat adikku begini?"
"Woah." Johnny menggaruk dagunya, tertawa. Menoleh sekilas ke belakang untuk mengecek apa ada pekerja rumah sakit yang memperhatikan dan akan menegurnya. "Jelas ada kesalahpahaman di sini. Bukan Yuta yang salah. Cctv一"
"Persetan dengan cctv!" Hardik Alice tajam, di tengah desakan air mata yang hendak merembes keluar. "Yuta pelakunya kan? Tak pernah ada hal baik yang terjadi kalau dia bersama Rose!"
Sekelebat bayangan muncul; ekspresi ceria Rose, cara Rose menggelayuti lengan Yuta, senyum lebarnya yang hanya ditujukan pada pria itu, langsung memicu Johnny membantah Alice. "Kau hanya tidak melihat sebahagia apa Nona Rose saat bersamanya!"
Namun dia tidak perlu lagi melakukan pembelaan. Karena setelah Yuta pulih, dia segera maju, menyuarakan pendapat dengan suaranya sendiri. Di kantor polisi, lidahnya tak berfungsi. Namun berdiri beberapa langkah di balik kamar tempat para dokter menangani Rose, ia mendapatkan lagi kemampuannya bicaranya. "Rosie akan protes mendengar leluconmu, Alice."
Kalimatnya jatuh bagai suara lonceng keras yang tak dapat diabaikan; dingin, berat, menyusup ke telinga semua orang, terutama Mama Park, yang bersedekap. Wanita yang kadang dianggap Yuta menyeramkan karena memaksa Rose menjadi apa yang ia mau dan memberinya terlalu banyak tekanan itu menatapnya, tapi dia tidak bicara apa-apa.
Menarik melihat ekspresi khawatir di wajah wanita yang Rose bilang bisa mendeteksi kebohongannya. Juga fakta kecil bahwa dia tidak melirik menantunya, fokus pada Yuta.
"Kau itu kakaknya Rosie atau Jaehyun? Kenapa aku tidak mendengarmu menuduh dia? Kenapa kau tidak ikut menamparnya?"
Layaknya tongkat estafet, giliran Jaehyun yang diam, membuang muka selangkah di belakang Alice. Lebam di pipinya tampak semakin parah seiring waktu berjalan, dan Yuta puas melihatnya sebab rahangnya pun masih sakit. Tidak setiap hari ia bergelut dengan seseorang. Kuatnya pukulan Jaehyun sejujurnya sangat mengejutkan.

YOU ARE READING
Bored ✔️
FanfictionBenar atau salahkah tepatnya, saat kamu bahagia melalui jalur pengkhianatan? Setelah menikah dengan Jung Jaehyun, Roseanne Park hidup dikelilingi kesempurnaan, yang justru ia anggap membosankan. Pernikahan bukanlah apa yang ia harapkan, sehingga ia...