Bagian 4

243 6 2
                                    

"Oh ya, coba katakan bagaimana kalian bisa memasuki klan ini, jarang ada portal yang bisa membuka klan ini." Zizi bertanya di sela-sela kami makan.

"Aku menggunakan sebuah sistem matrix dan mengenkripsikan teknologi portal di klan Algol sebelumnya, gambar yang didapatkan Roscosmos sempat aku rekam dan mencari koordinat pastinya. Sehingga aku bisa memasukkan sebuah program yang aku buat." Ali menerangkan caranya menemukan jalan menuju klan ALGOL.

"Fantastis, kau pastilah keturunan murni dari klan Aldebaran yang super jenius." Xixi dan Zizi tercengang mendengar penjelasan Ali.

"Ya, karena bagaimanapun, dalam dua ratus tahun terakhir belum ada lagi klan dari dunia lain yang berhasil membuka portal ke sini, karena setiap tahunnya kami selalu mengubah dan mengupgrade posisi kami." kata Zizi.

"Maaf Zizi, apakah penduduk sini hanya sedikit ?" aku bertanya karena saat kami tiba aku hanya melihat 7 balon raksasa.

"Tidak juga, sebagian penduduk menempati zona lainnya, klan Algol terdiri dari 5 zona. Utara, Selatan, Barat, Timur, dan Pusat. Saat ini kita berada di zona Selatan." Xixi yang menjawab pertanyaanku.

"Dan apa itu Red Bull ? Xixi tadi sempat mengucapkannya ?" Seli menanyakan sesuatu yang dari tadi luput dari pikiranku.

"Red Bull, adalah anggota dari Klan Aldebaran, dia salah satu orang yang memiliki genetik seperti Ali, namun karena dia tidak bisa mengendalikan kekuatannya, dia merupakan orang yang sangat jahat dan sewaktu-waktu dapat berubah menjadi Banteng Hitam dengan Mata Merah menyala." jawab Xixi.

"Yang menariknya, Red Bull memiliki sebuah senjata yang mampu menyerap seluruh kekuatan. Pada saat dia menjadi orang, maka senjata tersebut berupa pedang panjang seperti samurai jika di klan bumi. Namun jika saat dia berubah menjadi banteng, senjata itu terletak di tanduknya." Zizi menambahkan penjelasan Xixi tentang Red Bull.

"Mengenai senjata yang dimiliki Red Bull, apakah senjata tersebut baru tercipta atau sudah lama ?" tanyaku.

"Senjata tersebut merupakan senjata pusaka dari Klan Algol. Pihak Distrik Pusat kehilangan senjata tersebut dua minggu lalu, dan dari rekaman kamera pengawas, senjata tersebut dikuasai oleh Red Bull." Xixi menjawab pertanyaanku.

"Apakah senjata tersebut juga merupakan teknologi untuk portal antar klan ?" tanya Ali, sepertinya ada yang dipikirkan oleh Si Jenius.

"Bukan, namun senjata itu bisa membuka titik koordinat klan Algol sehingga klan ini dapat terlihat langsung melalui berbagai teknologi satelit. Itu sempat terjadi sekitar 1 menit pada saat senjata di curi. Namun kami memiliki sistem pengaman otomatis, sehingga posisi klan tetap aman." jawab Zizi. "Namun dari kehadiran kalian disini, ternyata dugaan tersebut salah. 1 menit itu sangatlah cukup untuk warga klan Aldebaran mengetahui keberadaan kami." lanjut Zizi.

"Selain klan Aldebaran, apakah mungkin klan lain bisa mendeteksinya ?" tanya Seli.

"Tidak Seli, hanya penduduk klan Aldebaran yang memiliki genetik super jenius seperti Ali yang bisa menemukan koordinat klan Algol ini." Zizi menjawab mantap.

"Itu artinya, Tamus memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk mengetahui lokasi Algol." aku menarik sebuah kesimpulan.

"Ya, benar Raib. Selama Tamus tidak memiliki anak buah seperti Ali, maka dia takkan bisa menemukan koordinat sini." giliran Xixi yang menanggapi kesimpulanku.

"Begitupun dengan ilmuwan di Rusia itu. Mereka sedang mati-matian mencari klan ini. Karena kemunculan gambar klan ini pada satelit mereka, membuat mereka penasaran." lanjutku masih dengan kesimpulan yang sama.

Xixi dan Zizi hanya mengangguk mantap, makanan kami pun telah habis.

"Waktunya kalian istirahat anak-anak, ini sudah jam 9 malam." sambil membereskan peralatan makan yang kami gunakan, Xixi menyuruh kami istirahat.

"Biar kami bantu dulu Xixi," aku dan Seli tanpa menunggu jawaban telah mengumpulkan piring dan gelas, lalu kami membawanya ke dapur. Sementara Ali dan Zizi menuju ruang tengah.

"Besok pagi, kalian akan kami perlihatkan Zona Barat, zona yang aman dan cukup indah, jika di bumi zona itu adalah pedesaan, karena banyak peternak, petani, bahkan nelayan di zona itu." sambil mencuci piring, gelas, dan lainnya Xixi mengajak kami mengobrol mengenai rencana esok.

"Sepertinya menyenangkan," Seli mengangguk mendengarkan rencana itu, aku hanya bisa tersenyum tipis.

***

Xixi mengantar kami berempat setelah selesai mencuci peralatan makan. "Itu 2 kamar milik putra kembar kami, kalian bisa menggunakannya."

"Dimana putra kalian saat ini Xixi ?" aku menoleh setiba di depan pintu kamar.

"Mereka sedang kuliah semester akhir di Zona Pusat." jawab Xixi singkat.

Aku dan Seli mengangguk, kami pun masuk ke dalam kamar tersebut. Lagi-lagi segala sesuatunya berbentuk Love.

"Sudah mau tidur Ra, Seli ?" tiba-tiba Ali muncul dari pintu penghubung kamar.

"Belum, ada apa Ali ?" aku menggeleng.

"ILY, baru saja mengirim laporan kepada Av di Klan Bulan. Dan kita diberikan misi yang baru." Ali menjelaskan rencana terbaru yang dikirimkan Av kepadanya melalui jalur komunikasi antar klan.

"Misi apa ? Berbahayakah ?" Seli kelihatan cemas seperti biasanya.

"Bisa dikatakan, ya. Maafkan aku Sel, tapi sepertinya Av percaya kita akan bisa melalui ini." Ali mengangguk jujur.

"Coba jelaskan lebih rinci apa misi tersebut ?" aku meminta penjelasan lebih lanjut dari Ali.

"Begini, setelah semua informasi yang kita dapatkan diterima Av, kini Av meminta kita untuk membantu Algol untuk mendapatkan kembali senjata pusaka yang dicuri oleh Red Bull." Ali berhenti sebentar. "Tadi pada saat kalian mencuci piring bersama Xixi, Zizi memberikan aku petunjuk keberadaan Red Bull, karena ia pun ikut mendengarkan instruksi yang diberikan Av." lanjut Ali.

"Dan sepertinya kita harus menerimanya, karena Zizi berjanji pada Av untuk membantu kita. Zizi juga merupakan mantan pemimpin tertinggi Klan Algol. Selain bisa membaca pikiran, Zizi juga ahli dalam pertempuran jarak jauh dan dekat. Ia menguasai berbagai tekhnik yang dipadukan dengan teknologi." Ali masih bersemangat nyerocos apa yang diketahuinya, aku dan Seli hanya manggut-manggut.

"Ra ?" Seli menatapku meminta keputusan.

"Kenapa tidak Sel ? Selama kita bertiga di tambah Ily, kita pasti bisa melalui ini." aku mengangguk tegas.

"Dan jangan lupa Sel, kita mendapatkan berbagai senjata tambahan di pakaian kita ini." Ali mengingatkan bahwa kami memiliki beragam senjata sesuai apa yang kami pikirkan dan butuhkan.

"Baiklah, sekarang sudah malam, waktunya istirahat. Besok kita akan diskusi bagaimana caranya menemukan Red Bull." aku memutuskan. Ali mengangguk, ia pun kembali ke kamarnya. Seli sudah mulai merebahkan diri.

"Kamu mau kemana Ra ?" tanya Seli melihatku keluar dari kamar.

"Aku mau mandi dulu Sel, meskipun pakaian ini nyaman, tetap rasanya ada yang kurang kalau gak mandi." jawabku di depan pintu kamar.

"Ya, kamu benar. Ya sudah nanti gantian, sana kamu duluan." Seli mengangguk membenarkan.

***

Break ... Please Vote and Comment ... Thanks to Tere Liye ... Big respect for you.

ALGOLDonde viven las historias. Descúbrelo ahora