2.

21.9K 2K 48
                                    

---Juna langsung nyelonong saja masuk ke kelas, sama sekali tanpa menoleh ke Han. Han hanya bisa melihat sekelebat rambut cokelat kemerahannya dan jaket parka hijau army-nya serta tas ransel hitamnya.

"Cuek amat. Mentang-mentang ganteng," gerutu Han.

Dia lantas memperhatikan lapangan basket sekolah yang terlihat dari atas situ.

"Heh, Hantu. Ngapain lo?" sebuah suara mengagetkan Han, membuatnya menoleh.

Han melihat cewek bermata bulat sedang meringis kepadanya. Mae, sahabatnya sejak kelas sepuluh yang senang memanggil dia Hantu. Han berdecak.

"Nggak ngapa-ngapain," balas Han.

"Tumben lo dateng pagian? Biasanya pas bel baru dateng," kata Mae.

"Gue kerasukan," jawab Han asal.

"Entah apa yang merasukimuuu," sahut Mae. Dia lalu langsung ngacir ke dalam kelas XI IPA 3 yang bersebelahan dengan kelas Han. Dua anak itu memang sering tidak jelas kalau ngobrol, suka-suka saja bicaranya.

***

Setelah waktu itu gagal menyapa Juna, pernah Han melihat Juna dari dekat, sekali dua kali lagi. Biasanya tidak sengaja berpapasan saat mereka berada jauh dari kelas.

Tadinya, Han tidak begitu memperhatikan Juna, sih. Tapi, gara-gara dicueki waktu itu, mau tidak mau, Han sekarang pasti menoleh setiap kali berpapasan dengan Juna.

Mau bagaimana lagi? Habis Juna itu... ganteng. Banget. Ganteng pakai banget.

Juna berkulit cerah, rambutnya cokelat kemerahan dan itu memang asli begitu, matanya terlihat seperti sendu tapi indah, hidungnya mancung, namun dia jarang tersenyum.

Sementara, Han berkulit lebih tan sedikit dari Juna, dengan rambut hitam, dan kedua matanya yang sedikit sipit membuatnya terlihat manis. Apalagi, Han senang tersenyum, dia terlihat semakin lucu dengan senyuman di wajahnya.

Saat belum kenal tapi merasa ingin kenalan, biasanya, Han cukup menoleh ke seseorang dan orang itu akan balas menoleh kepadanya. Mereka bertukar pandang, saling tersenyum, ber-'hai' lalu setelah itu keduanya jadi kenal.

Meski kadang, Han juga tidak hafal satu per satu nama anak di sekolahnya. Terlalu banyak.

Han sendiri bukan tipe cowok hits yang suka update fotonya saat nongkrong di kafe paling mahal dan instagrammable. Namun, Han itu bawaannya tengil, dan dia mudah nimbrung dengan siapa saja.

Sikap apa adanya yang membuat seorang Han banyak dikenali. Bahkan, banyak juga, kok, anak yang tidak dikenal Han, namun mereka mengetahui Han. Dia seperti cowok populer yang punya teman di setiap sudut sekolah.

Namun, seperti yang dibilang tadi. Seorang Juna, yang ganteng tapi cuek, dingin seperti hujan salju di bulan Desember, tidak mengenal Han.

Tadinya Han juga tidak kenal Juna, tapi setelah berpapasan di kamar mandi, kantin, dan gerbang sekolah, lama-lama Han jadi penasaran.

Konyolnya, Han benar-benar menghitung perjumpaannya dengan Juna, di mana mereka berpapasan dengan jarak berdekatan. Empat kali.

Ya, dan dalam empat momen perjumpaan jarak dekat itu, Han yang sudah menoleh ramah, tidak digubris oleh Juna. Sama sekali. Jangankan membalas senyuman Han, Juna menoleh saja tidak.

Padahal, dia setampan itu. Tapi, kenapa menyebalkan?

"Monyet," gumam Han.

"Hm? Ngapain lo manggil diri sendiri?" tanya Mae yang duduk di sebelah Han.

Nama lengkapnya Mae Safira Jasmin. Dia lahir di bulan Mei. Dulu, ibunya lebih senang dengan ejaan Mae yang dibaca Mey itu. Akhirnya, di akta kelahiran, nama dia sungguhan berubah ejaannya jadi Mae. Kata ibunya biar kebarat-baratan.

secerah matahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang