27.

7.4K 899 24
                                    

"Kenandra," sapa Damar.

"Damar," balas Ken.

Han dan teman-teman lainnya melongo memperhatikan dua kapten itu. Meski terlihat ramah, tapi seperti ada api membara yang tidak kelihatan, sedang mengelilingi keduanya. Mereka seperti sudah siap bertarung.

"Gimana kabar lo?" tanya Damar.

"Baik. Lo gimana?" Ken bertanya balik.

"Baik gue. Lo makin ganteng aja, ya, kayaknya," kata Damar.

"Apalagi lo," sahut Ken.

Damar terkikik mendengarnya. "Ya udah. Cuma say hi doang," gumam Damar.

Ken membalasnya dengan nyengir saja. "Haai," kata Ken.

Damar ikut nyengir tapi tidak menyahutinya lagi. Dia kini mengulurkan tangannya, mengajak Ken bersalaman. Ken langsung balas bersalaman dengannya.

Setelah itu, Damar mengangguk kepada cowok-cowok tim basket SMA Horizon dengan maksud menyapa. Semua anak membalas anggukannya. Lalu Damar berjalan kembali ke timnya.

***

Pertandingan berlangsung sengit dan ditonton oleh teman-teman dari sekolah juga. Namun, hanya ketika mereka sedang senggang di sekolahnya dan sempat mampir ke lapangan basket situ.

Setelah melalui hari-hari yang intens dengan kompetisi melawan tim-tim basket yang tangguh, akhirnya di final bertemulah tim SMA Horizon dan SMA Galaksi.

Ini adalah pertarungan yang ditunggu dengan antusias sekaligus waswas oleh Ken dan teman-teman satu timnya.

Sebenarnya, terakhir kali kedua tim ini bertemu, SMA Horizon kalah dari SMA Galaksi dengan terpaut satu poin saja.

Itu sangat mengesalkan dan sejujurnya membuat Ken geram sendiri. Dia merasa gagal sebagai kapten, juga kesal terhadap Damar yang menurutnya bisa memimpin lebih baik.

Ken sendiri selalu merasa puas dengan teman-teman anggota timnya. Dia tidak pernah menyalahkan mereka saat timnya kalah. Malah, Ken selalu merasa kalau dirinya yang salah, karena tidak becus memimpin tim.

Hari inilah finalnya. Lapangan sedang ramai sekali karena dipenuhi anak-anak dari SMA Horizon dan SMA Galaksi, terutama mereka yang antusias dengan pertandingan basket.

Fadil dan Mae juga ikut nonton. Di sebelah Mae, ada Juna duduk sambil ikut celingukan memperhatikan lapangan.

Juna sudah kenal Fadil dan Mae, meskipun tidak dekat dengan mereka. Namun, Juna tahu kalau dua orang itu adalah sahabat Han. Kemarin, Han memberitahu mereka kalau hari ini ada pertandingan final.

Setelah hari-hari sebelumnya, teman-temannya lebih sering tidak bisa datang untuk nonton, sekarang di hari-H ini, akhirnya semuanya nimbrung ke lapangan, termasuk Juna. Final ini juga dilaksanakan hari Sabtu, jadi banyak yang bisa menonton.

"Ya ampun, ganteng banget, ya," gumam Mae sambil celingukan memperhatikan cowok-cowok di lapangan.

"Siapa ganteng? Gue?" balas Fadil.

"Bukan lo kali, Dil. Yang ganteng itu Kak Ken," sahut Mae.

"Yee, itu mah cerita lama," kata Fadil enteng, "lo lagi pedekate, kan, sama dia?" tanyanya ke Mae.

Ekspresi wajah Mae langsung berubah, senyumnya memudar. "Semacem itu, sih. Nggak tau tapi," kata Mae.

"Lah kok jadi mellow. Udah, ini bukan waktunya galau. Kasih dukungan dong buat Kak Ken," kata Fadil sambil menepuk bahu Mae.

"Iya," sahut Mae, dia tersenyum kembali. Sejujurnya Mae bisa merasakan kalau kemajuan pedekate-nya itu, sepertinya, tidak ada.

Mae merasa kalau Ken baik, hangat dan juga suka kepadanya. Suka saja, bukan naksir. Bukan jatuh cinta.

secerah matahariWhere stories live. Discover now