Enam belas

23.5K 1.3K 30
                                    

This chapter special thanks to @liuvian. Thanks for your support. God bless you 😘😘😘

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Anggun menyelesaikan masakannya sebelum menatanya di meja makan. Setelah sarapan pagi dirinya dan Gunadi berencana mampir ke kebun durian sebelum kembali ke rumah.

"Sudah matang ya? Kenapa tidak membangunkan saya?"

Anggun merasakan pelukan dipinggangnya dan kecupan dipipi. Ia bisa mencium bau sabun dan aftershave milik Gunadi. Suaminya itu sudah mandi ternyata. Semalam keduanya melihat bintang hingga tengah malam dan tertidur disana. Anggun bangun terlebih dahulu dan sengaja memasak untuk Gunadi mumpung ada kesempatan.

"Masih sakit?" Gunadi bertanya seraya mengendus-endus tengkuk Anggun. Menyusupkan kepalanya dileher Anggun dan menciumi tulang selangka Anggun.

"Sedikit."

"Saya minta lagi boleh?" Anggun menoleh dan melihat kabut gairah dimata Gunadi. Bahkan ia juga merasakan kejantanan Gunadi yang mengeras dibalik celana pendeknya. Tak ingin mengecewakan suaminya Anggun mengangguk.

"Pelan-pelan ya."

Gunadi menyeringai, senang. Ia tidak menjawab dan segera membopong Anggun kembali kekamar dan menuntaskan apa yang sudah ditahannya sejak bangun tidur tadi. Bahkan guyuran air dingin saat mandi tidak bisa menidurkan sang junior yang telah terbangun dan ingin bertemu pasangannya.

Menjelang siang Gunadi dan Anggun bersiap kembali kerumah. Mereka membatalkan rencana untuk mampir ke kebun durian. Gunadi benar-benar membuat  sibuk Anggun dengan hasrat yang sudah ditahannya sekian lama. Keduanya kelelahan hingga  meminta sopir untuk menjemput mereka karena ia ingin beristirahat dengan nyaman dalam mobil saat perjalanan pulang.  Binar kebahagiaan terpancar dari wajah keduanya. Gunadi bahkan tidak mau menjauh barang sedetikpun dari istrinya.

"Besok ijin saja yang, kalau masih capek."

"Ngga bisa gitu dong mas. Kebanyakan cuti,  Ngga mungkin saya libur lagi."

"Ya sudah, malam ini langsung istirahat saja."

"Mas yakin ngga minta lagi?"

Gunadi mengacak-acak rambutnya seraya tersenyum penuh arti. Mana mungkin dia melewatkan kesempatan menikmati surga dunia bersama istrinya yang sexy ini. Dia sudah menahannya dan saatnya kini menyalurkan apa yang sudah dia tahan selama sekian tahun. Anggun membuatnya ketagihan dan merasa muda kembali. Ah istrinya itu benar-benar candu yang memabukkan.

"Kenapa senyum-senyum sendiri?"

Anggun memperhatikan Gunadi yang melamun tapi terlihat bahagia. Dirinya yakin suaminya itu sedang menyusun rencana untuk menghabisinya diatas ranjang. Ternyata pak tua itu tidak membual akan keperkasaannya. Anggun sudah membuktikan sendiri semalam dan tadi sebelum berangkat dimana Gunadi seolah tidak puas hanya sekali pelepasan. Jangan heran kalau sekarang tubuh Anggun remuk redam seperti tertabrak tronton. Bagaimana tidak sakit semua, ditindih dan dibolak balik oleh kingkong berwujud manusia itu. Bicara soal kingkong, suaminya itu ternyata memiliki bulu yang cukup banyak. Dan entah bagaimana Anggun menyukai bulu-bulu milik Gunadi yang bergesekan dengan kulit mulusnya. Salahkan Gunadi yang mengajarinya tentang berhubungan sexual dengan banyak gaya jadinya dia berfikiran mesum, padahal saat ini ada pak Jun yang menyetir sambil mendengarkan alunan nada kosidahan dari audio sedan A7 miliknya. Selera pak Jun memang berbeda.

" Kamu juga senyum-senyum sendiri."

Anggun merona, ia menyembunyikan wajahnya didada Gunadi. Lelaki itu terkekeh.

Love Bank / E-book / KaryakarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang