Sembilan belas

23.3K 1.2K 37
                                    

Anggun mengatur nafasnya yang nyaris putus akibat percintaan maraton yang dilakukan Gunadi. Bagaimana tidak putus itu nafas, begitu sampai dirumah Gunadi segera melucuti pakaiannya di ruang tamu, tidak sabar menunggu hingga di kamar. Untung mereka tinggal berdua saja jadi tidak masalah mau bercinta di mana saja. Lepas dari ruang tamu ruang makan jadi sasaran tempat bercinta berikutnya, Anggun kelaparan dan Gunadi hanya memberikan kesempatan bagi Anggun untuk minum susu dan puding karena gairah Gunadi sudah bangkit lagi, Gunadi bahkan menikmati puding diatas tubuh Anggun yang terlentang dimeja makan. Seumur hidup Anggun tidak membayangkan akan bercinta diruang makan dengan meja makan sebagai alasnya. Jika selama ini dirinya hanya membaca atau melihat film tentang gaya-gaya dan tempat bercinta yang tidak lazim kini dengan Gunadi dirinya bahkan mempraktekkannya. Ia tidak menyangka Gunadi seekstrim itu dalam berhubungan, tidak tahu tempat dan sangat mesum.

Kamar mandi adalah destinasi berikutnya untuk bercinta sebelum kemudian Anggun terkapar kehabisan tenaga di kamar tidurnya. Tanpa memperdulikan junior Gunadi yang masih bersarang di dalam intinya Anggun jatuh tertidur. Ia benar-benar kelelahan dan tidak perduli jika Gunadi akan marah padanya. Pikirkan itu besok saja. Yang jelas saat ini tubuhnya merasa lelah setelah seharian bekerja, menghadiri acara gathering dan berakhir dengan serangan tengah malam dari Gunadi hingga pagi menjelang.

Anggun membuka matanya dan melihat Gunadi sedang memandangnya seraya tersenyum. Anggun mengerjabkan mata saat melihat kearah jam dinding yang menunjukkan waktu pukul sebelas, Anggun yakin ini bukan pukul sebelas malam karena dirinya tiba dirumah jam dua belas, ini pasti pukul sebelas siang. Demi apa dirinya terbangun jam sebelas siang padahal hari ini bukan weekend. Anggun terlonjak hendak bangun tetapi tubuhnya segera ditahan oleh Gunadi.

"Mas Gun, aku terlambat, ini sudah siang, aku harus kekantor!"

Anggun berseru, bagaimana mungkin dia bisa bangun jam sebelas siang. Selembur-lemburnya dia dikantor menghadapi Audit tidak pernah dia bangun sesiang ini. Besok paginya dia pasti bisa ngantor meski mengantuk. Tapi ini jangankan mengantuk, badannya sakit semua, dan yang lebih parah dia bangun kesiangan. Entah bagaimana Gunadi berhasil membuatnya olah raga malam hingga membuatnya lupa waktu dan lupa kalau sekarang masih hari kerja.

"Sudah terlambat kalau mau kekantor, lagi pula saya sudah kirim surat dokter, ijin kalau kamu sakit hari ini."

Anggun membelalakkan matanya, apa tadi dia dengar surat dokter yang memyatakan dirinya sakit? Anggun tidak tahu apakah dirinya harus berterima kasih pada Gunadi karena sudah berbaik hati membuatkan dirinya surat dokter ataukah harus marah karena Gunadi dirinya jadi tidak masuk kantor.

"Kenapa, yang?"

"Kapan mas Gun kirim surat?"

"Tadi pagi, mas telp dokter Surya, minta dia buatkan surat ijin sakit buat kamu dan minta Jun ngantar kekantor."

"Kenapa mas Gun ngga mbangunin aku? Aku kan bisa ngantor mas?!"

"Bank kamu tidak akan bangkrut kalau kamu ijin sehari. Lagipula  kamu pasti capek habis lembur sama saya. Saya bahkan tidak yakin kamu bisa jalan normal sekarang."

Anggun mengerucutkan bibirnya. Entah kenapa bersama Gunadi ia jadi merasa tidak bisa bersikap profesional dengan pekerjaannya. Melihat kekesalan diwajah Anggun, Gunadi jadi gemas sendiri, dikecupnya bibir Anggun yang cemberut sambil meremas kedua bukit kembar Anggun. Kecupan itu berubah menjadi lumatan ketika Anggun hendak membalas perkataan Gunadi. Anggun mengakui suaminya ini benar-benar pandai memanjakan titik sensitifnya karena tidak butuh lama gairahnya yang padam saat tertidur segera naik dan membuat intinya lembab.

"Mas Gun."

"Sekali lagi ya yang, punya mas sudah keras nich." Gunadi kembali mencium Anggun seraya menggesekkan miliknya ke inti Anggun yang basah. Kalau sudah seperti ini, tidak mungkin Anggun menolak karena dirinyapun ingin dipuaskan. Beruntung kamar mereka kedap suara hingga aktivitas bercinta mereka yang berisik tidak akan terdengar sampai keluar. Yang tidak Anggun tahu adalah Gunadi bahkan sudah memerintahkan semua asisten rumah tangganya untuk tidak masuk kerumah utama selama dirinya belum memberikan perintah lanjutan.

Love Bank / E-book / KaryakarsaWhere stories live. Discover now