xvii. Keciduk

4K 421 30
                                    


Rintik-rintik hujan masih turun waktu Jeno bersama motornya mengantar Renjun sampai di depan gerbang rumahnya.

Selesai melepas helm, Renjun masih berdiri di samping motor Jeno, membetulkan rambutnya yang berantakan karena pakai helm.

"Nggak mau mampir, Jen?"

Jeno menggeleng setelah melepas helmnya juga dan menyibak rambutnya ke atas. Renjun inginnya berteriak di depan muka jeno, yang sialnya entah kenapa terlihat lebih tampan.

"Pipi kamu kenapa merah?"

Mata Renjun mengerjap lucu, menimbulkan kekehan dari Jeno yang masih nangkring di atas motor.

"Lucu banget sih pacar Jeno"

Tangan Jeno mencubit sebelah pipi Renjun, menimbulkan rengekan dari si manis itu karena pipinya sakit dicubit-cubit.

Jeno kembali tertawa melihat wajah merajuk Renjun. Imut, begitu katanya. Tapi yang namanya sudah terbudaki budak cinta mau bagaimana lagi.

"Uluh uluh. Kesayangan Nono ngambek ya. Sini sini cium dulu"

Sudut bibir Renjun tertarik perlahan. Tangannya memukul main-main pada lengan Jeno yang tertutup jaket denim-yang katanya biar mirip dilan.

Renjun ditarik lebih mendekat ke samping Jeno. Lalu tanpa aba-aba Jeno langsung saja mencium pipi Renjun. Tanpa salah tanpa dosa Jeno lalu tersenyum sampai matanya tenggelam.

Pipi Renjun semakin memerah. Jantungnya berdetak lebih cepat tidak karuan. Kepalanya jadi pusing karena ciuman tiba-tiba dari Jeno di pipinya. Wajar sih, selama mereka pacaran ini Jeno belum pernah mencium Renjun.

"Ekhem"

Dua pasangan yang lagi dimabuk cinta itu dibuat kaget oleh suara yang muncul tiba-tiba di belakang Renjun. Jeno maupun Renjun melotot kaget mendapati om Yuta-papa Renjun yang berdiri melipat tangan bersandar pada pagar.

"Sore om" salam Jeno.

Om Yuta menyahut dengan dehaman. Lalu menatap datar pada Jeno yang menciut. Renjun juga hanya diam menunduk tidak berani melihat pada papanya yang terlihat sangat galak.

"Renjun" yang dipanggil mendongak. "Masuk"

Renjun mengangguk, menuruti papanya yang menyuruh masuk. Tapi sebelumnya Renjun berkata terima kasih pada Jeno, dan kemudian melenggang masuk melewati papanya.

"Jeno"

Takut-takut Jeno melihat om Yuta. "I-iya om"

"Besok kamu nggak usah jemput Renjun"

Jeno mengerjap sebentar. Lalu mengangguk. Cari aman saja yang penting sekarang. Besok-besok kalau ada cari kesempatan lagi.

"Udah sana pulang"

Jeno lagi-lagi mengangguk, menuruti perintah om Yuta untuk pulang. Tapi sebelumnya Jeno berpamitan dan bersalaman dulu dengan om Yuta. Baru setelahnya Jeno benar-benar pergi dari rumah om Yuta.

.

.

"Yah, diusir dong"

Jaemin tertawa sampai berguling-guling begitu Jeno bercerita tentang dia dan Renjun tadi sore. Itu juga atas paksaan Jaemin yang melihat wajah patah hati Jeno sewaktu pulang sekolah.

Maunya Jeno menumpati saudara kembarnya itu, tapi Jeno takut di tempelang mamanya. Karena mama dan papanya juga ikut mendengarkan cerita Jeno bersama di ruang tengah.

"Makanya besok-besok jangan asal nyosor anak orang" kata papa Jaehyun setelah menyeruput kopinya

Bibir Jeno mencebik ke bawah, merajuk.

"Nggak usah gitu. Jelek kamu kalo begitu" komentar mamanya melihat wajah jelek Jeno.

Bibir Jeno makin mencebik ke bawah. Tapi lalu berteriak menjerit kesakitan karena tangannya yang dicubit keras Jaemin, padahal matanya fokus ke handphone.

"Sakit woe"

"Kak Mark ngechat"

...

Hiyah mau dibawa kemana cerita ini

kembar Where stories live. Discover now