Bab 10

9.3K 880 31
                                    

Suka banget sama komentar kalian, saya senyum senyum sendiri 🤗 terima kasih untuk dukungannya...

Hari ini enggak ada target... Saya akan usahakan trus update setiap hari.. kalau misal sehari update 2 kali, itu mood lagi baik dan enggak repot haha 😁

Happy reading, maaf ceritanya lebih banyak ke interaksi tokoh... Konfliknya belum muncul 😁 mohon bersabar...

Konflik saya simpan dulu, kasih yang mesra mesra antara Orion sama Olivia dulu... Kita bongkar dulu masa lalu Orion, ya 😎

Vote dan komentar kalian saya tunggu... 😁
.
.
.

"Sudahlah. Paman akan memberimu kesempatan berpikir." Harry berdiri, merapikan pakaiannya dan menatap Olivia dengan sinis. "Oliv, Paman ingin yang terbaik untuk perusahaan ini. Ayahmu sudah membangunnya dari nol, tidakkah kamu merasa perlu melakukan sesuatu untuk perusahaan ini?"

Olivia menunduk, benar apa yang dikatakan Paman, batin Olivia.

"Hari sudah mulai petang, pulanglah..." Harry berbalik, melangkah keluar ruangan.

"Paman..." panggil Olivia seraya berdiri.

Harry sudah hampir mencapai pintu saat Olivia memanggilnya. "Ada apa?" tanyanya sambil berbalik.

"Bagaimana... bagaimana kalau aku menikah dengan orang lain?"

Harry tampak diam, membuat Olivia cemas, dia bahkan memainkan kedua tangannya – saling meremas karena menunggu jawaban dari Harry.

"Asalkan menguntungkan untuk perusahaan, kau boleh menikah dengan siapapun. Pikirkan tentang perusahaan ini juga, ingatlah, kau tidak akan bisa seperti ini jika bukan karena Ayahmu membangun perusahaan ini." setelah mengatakan kalimat panjang itu, Harry keluar dari ruangan Olivia.

Olivia menghela napas dan duduk kembali. Ia merasa tubuhnya sakit semua, tidak lama pintu ruangannya terbuka dan Ambar muncul.

"Saya sudah memanggil mobil..."

Olivia membasahi bibirnya dan melirik jam tangannya, sudah hampir pukul lima sore. "Baiklah."

"Besok ada survey penting tentang aplikasi pengembang kesehatan." Ambar menjelaskan.

"Besok saja. Biarkan aku pulang dan beristirahat Ambar..."

Ambar merasa bersalah, dia menunduk dan meminta maaf.

"Sudahlah..." Olivia berdiri kemudian terhuyung pelan, untung dia langsung berpegangan lengan sofa, bersamaan Ambar memekik terkejut dan langsung sigap memeluk tubuh Olivia.

"Kita ke rumah sakit? Wajah Non Olivia pucat..."

"Tidak apa. Aku terlalu tergesa berdiri tadi." Ucap Olivia lemas. Sejujurnya Olivia merasa tubuhnya lemas, bahkan sekelilingnya seperti berputar, ia kembali duduk dan wajah Ambar juga berubah pucat.

"Saya buatkan teh manis ya, Non..." Ambar tidak menunggu jawaban Olivia, dia langsung melesat keluar ruangan.

Olivia memijat pelipisnya yang berdenyut, sebelah tangannya mengusap perutnya dengan lembut. Kedua matanya terpejam. Tidak lama Ambar masuk membawa secangkir teh, Olivia membuka mata, Ambar memberikan cangkir teh, dan Olivia menghirup wangi teh itu. "Terima kasih..." ucap Olivia lemah, "Kamu bisa pulang lebih dulu."

"Apa Nona yakin?"

Olivia mengangguk, "Aku baik – baik saja berkat teh buatanmu.." Olivia tersenyum membuat Ambar menunduk malu.

"Baiklah, Non. Saya permisi dulu."

Olivia mengangguk dan menikmati tehnya setelah Ambar keluar dari ruangannya.

Suddenly Marriage #2 [TAMAT]Where stories live. Discover now