Bab 4

249 168 123
                                    

Aku yang hendak ikut sarapan bersama ibu di ruang makan, tersentak kaget dengan kehadiran Sagara yang sudah duduk manis di kursi.

Aku berdiri di ujung tangga, menatap Sagara dengan mulut yang membulat. Sagara menyadari kehadiranku, cowok itu langsung melemparkan senyumannya padaku.

"Selamat pagi Sunset" sapanya ramah,  bahkan dirinya langsung berdiri dari kursi dan menarikku untuk duduk bergabung bersamanya.

Ibu yang menyadari kedatanganku, langsung meletakkan mangkuk nasi berisi nasi goreng ke atas meja.

"Eh Sunset udah selesai, ayo duduk kita sarapan bareng" ucap ibu antusias.

"Duduk Sun" timpal Sagara, entah kenapa dirinya juga ikut ambil bagian dalam sarapan ini.

Ibu menatapku, tanpa perlu berkata, ibu sudah menyadari raut wajahku yang seperti sedang bertanya kenapa ada Sagara di rumah kita ?

"Jadi ibu sengaja ngajakin Sagara ikut sarapan bareng kita, soalnya kata Sagara dia mau jemput kamu. Yah sekalian aja kan dia makan di sini" ucap ibu bahagia, wanita itu menyendok nasi goreng ke atas piring Sagara dan aku secara bergantian.

"Tapi bu, aku nggak mau ngerepotin dia. Lagian kan ada ibu yang nganterin aku ke sekolah" ucapku sebal.

Ibu masih tengah berkutat dengan susu yang di tuangkannya di gelas kami bertiga "Sorry sayang, tapi ibu pagi ini ada meeting mendadak sama atasan ibu. Lagian kata Sagara dia sama sekali nggak merasa di repotin kok" ucap ibu seraya meyakinkan diriku.

Aku menghela nafas malas, kalau sudah begini, tentu saja aku akan kesusahan meladeni ucapan ibu. Ibu sepertinya sangat senang dengan kehadiran Sagara, tapi tidak denganku.

"Sagara, makan yang banyak yah, biar kuat belajarnya" seru ibu.

"Eh, iya bu. Makasih yah, aku jadi nggak enak, udah ngerepotin ibu" ucap Sagara, lagi-lagi cowok itu menyunggingkan senyumnya, sehingga memperlihatkan lesung pipinya.

Aku menaikkan sebelah alisku. "Ibu, sejak kapan kamu manggil ibu-ku dengan sebutan ibu ?" tanyaku dengan nada sinis.

Ibu dan Sagara menatapku bingung, hingga ibu yang bersuara menjawab pertanyaanku barusan.

"Jadi begini Sunset, ibu yang nyuruh Sagara buat panggil ibu dengan sebutan ibu, bukan tante. Kan lebih enak di dengar kalau begitu"

"Tapi aku nggak mau bu, emang dia siapa ? Kakak aku? Bukan kan, dia juga bukan bagian dari keluarga kita" sanggahku kesal.

Ini masih pagi, tapi mood-ku sudah di buat berantakan karena kehadiran Sagara. Sebenarnya apa yang di inginkan cowok ini ? Kenapa dia kerap mengacaukan hari-hariku akhir-akhir ini ?

"Sunset, kamu nggak boleh bicara seperti itu. Karena ibu udah nganggap Sagara sebagai anak ibu juga" ucap ibu dengan nada yang lumayan meninggi.

"Tapi bu"

"Kamu seharusnya bersyukur, masih ada yang mau berteman dengan kamu. Setidaknya kamu bisa memiliki orang lain selain orang tua kamu, coba kamu bayangin, kalau ibu juga udah nggak ada, siapa yang bakal nemenin kamu ? Siapa yang bakal tahan dengan kelakuan kamu ?" ucapan ibu barusan menusuk dalam di relung hatiku, seketika suasana mendadak sunyi seperti hatiku sekarang.

SunsetWhere stories live. Discover now