Bab 18

136 75 80
                                    

Saat ini aku sudah berada di taman belakang rumah milik keluarga Sagara, karena paksaan dari tante Pelangi padaku. Aku pun menuruti keinginan tante Pelangi, dan ngomong-ngomong untuk Sista, gadis itu sudah pergi, tadinya dia pamit pada mamanya untuk mengunjungi rumah temannya yang berada satu kompleks.

Daripada Sista terus mengganggu Sagara di rumah, maka dari itu tante Pelangi mengizinkannya untuk pergi, dengan syarat tidak boleh terlambat pulang rumah.

Di taman belakang rumah ini, di isi dengan beberapa tumbuhan, ada tanaman anggrek dan juga tumbuhan mahal lainnya. Kata tante Pelangi, tanaman-tanaman itu sengaja di letakan disini, soalnya pengalaman sebelumnya salah satu tanaman mahal tante Pelangi, di curi orang tak di kenal.

Di taman ini juga terdapat pohon melati dan pohon mangga, ada juga pohon rambutan yang masih kecil.

"Kak, itu mangganya udah berbuah tuh, mendingan kamu petik yah. Lumayan nih kalo kita bikin rujak" celetuk tante Pelangi sumringah.

"Okay ma" angguk Sagara mantap.

Tanpa menghitung, lelaki itu langsung melepaskan sandalnya, dan menaiki pohon  mangga yang sudah berbuah besar itu.

Aku cukup termangu melihat Sagara, yang persis bayi bekantan, naik ke ranting pohon, dari satu ke satunya lagi.

"Hati-hati kak, ambil aja yang deket !" seru tante Pelangi.

Pantas saja waktu pertemuan pertama itu, Sagara memberikanku buah mangga. Ternyata cowok itu cukup ahli dalam memanjat pohon mangga, ini buktinya.

Tak lama Sagara turun dari pohon mangga itu dengan menenteng beberapa buah mangga. "Nih ma, banyakkan ?" senyum Sagara mengembang.

Sementara tante Pelangi yang dengan semangatnya langsung mengambil buah mangga tersebut, dan membersihkannya di dapur.

"Ra, mama kamu baik yah ?" ucapku tersenyum pada Sagara.

Kini kami berdua sudah duduk manis, di kursi panjang yang berada di taman.

"Mama emang gitu, makanya nggak heran kalau gue juga baik" bangga Sagara, aku yang tadinya tersenyum langsung memasang wajah datar, ketika mendengar ucapan Sagara yang kelewat pede itu.

"Hahaha, tuh muka biasa aja dong, pasti lo mau bilang iya kan ?" tatap Sagara lekat-lekat, membuat kedua pasang mata kami saling bertabrakan cukup lama.

"Yuhuuu, ini dia, rujak mangga, buatan mama Pelangi cucok meong" seru tante Pelangi dari dalam rumah, yang seketika membuatku dan Sagara kikuk.

"Ayo Sun di coba, ini enak loh, apalagi sambalnya buatan tangan tante sendiri" bangga tante Pelangi.

"Eh tapi, Sunset udah makan kan ? Ntar kalau belum makan, yang ada Sunset malah sakit perut lagi" ucap tante Pelangi seraya khawatir padaku.

"Udah kok tante, tadi di rumah udah makan" senyumku.

"Yaudah, tapi nanti sebelum pulang dari sini, Sunset makan bareng kami yah ?" tawar tante Pelangi padaku.

Aku menatap Sagara, cowok itu malah tersenyum dan menganggukan kepalanya  padaku, kalau sudah begini, aku pun tidak bisa menolak. "Iya tante" senyumku lagi.

SunsetWhere stories live. Discover now