ALNA-17

1.6K 109 12
                                    

"Apa gunanya menjadi asing jika sudah saling mengenal? Apa gunanya membenci jika sudah saling menyayangi? Jelaskan!"

~ALNA~

Alna tersenyum ketika melihat pemandangan yang sangat membahagiakan hatinya, cukup dengan datang ke sini dan bermain dengan para anak panti sudah membuatnya sedikit menghilangi rasa sedih itu.

"Lo suka datang ke sini ya sama Gathan?" Tanya Andra seraya memberikan sebuah cone eskrim kepada Alna.

Alna mengangguk. "Makasih, kak."

"Sekarang gua tau, kenapa lo secinta itu sama Gathan," ucap Andra kemudian melahap es krim di tangannya.

"Kak Gathan ngasih banyak banget kenangan berharga buat aku. Semua pelajaran sederhana positif yang bisa aku terapkan ketika aku enggak lagi sama Kak Gathan. Aku belajar bagaimana mensyukuri hidup yang udah Tuhan kasih ke aku."

"Lo emang beruntung bisa milikin Gathan. Dan menurut gua, Gathan juga beruntung bisa milikin lo."

Alna menoleh. Ia diam.

"Gua juga mungkin akan merasa bersyukur jika gua bisa milikin lo, Na."

DEG!

"Kak. Kenapa Kak Andra gak berusaha untuk belajar mencintai Audrey terlebih dahulu? Dengan Kak Andra yang tetap kekeuh begini, itu hanya akan menyakiti diri Kak Andra sendiri."

"Gua balikin ke elo. Setelah lo putus sama Gathan, kenapa lo gak berusaha untuk belajar mencintai gua?"

Alna diam. Ya, seperti beton menimpa dirinya. Alna menarik napasnya sebelum menjawab pertanyaan dari cowok di sampingnya itu.

"Karena aku gak mau jadiin Kak Andra persinggahan sementara. Aku gak mau nyakitin hati orang lain, kak," ucap Alna kemudian ia bangkit berdiri, rasanya tidak baik jika cowok di sampingnya itu terus membahas tentang perasaan yang tidak akan Alna balas.

"Itu sama apa yang lo bilang. Gua gak mungkin maksain hati gua buat suka sama Audrey, percuma kalo itu cuma buat gak capek dan buat dia sakit hati."

Alna mengehentikan langkahnya, ia tidak menoleh ataupun berbalik. Alna diam ia tidak tahu harus merespon bagaimana lagi.

Namun, seorang anak kecil perempuan tiba-tiba menarik lengan Alna dan membawanya pergi menjauh dari Andra.

"Mau ajak kakak kemana sayang?" Tanya Alna yang bingung kenapa tiba-tiba perempuan berpakain merah muda tersebut menarik lengannya secara tiba-tiba.

"Kakak harus liat. Ada suprise buat kakak cantik," jawabnya dengan nada yang penuh semangat.

"Suprise?" Gumam Alna, ia sedikit tersenyum mengingat kejutan apa yang akan ia dapatkan dari anak kecil perempuan tersebut.

Langkah Alna dan anak kecil tersebut berhenti ketika mendapati kerumunan anak panti yang tengah riuh bahagia, menutupi sesuatu yang membuat perasaan Alna ingin sekali melihat sesuatu apa yang berhasil tertutupi.

"Temen-temen!" Seru anak tersebut untuk memanggil kumpulan anak panti yang tengah asik berkumpul.

Dan Alna terkejut ketika kedua matanya mulai beradaptasi dengan objek di hadapannya. Terasa sangat perih padahal tak ada benda yang melukai hatinya, bawah bibirnya ia gigit, mulutnys bergetar, dan bulir air mata yang sukses memenuhi kelopak mata Alna.

Deg!

Sebuah objek yang mampu membuatnya teramat merasakan pahitnya ditinggalkan dan menjadi seorang yang sangat bodoh di tengah keramaian. Ia ingin membenci namun rasanya masih mencintai, ingin melupakan namun masih teringat, dan ingin belajar untuk tidak memikirkan namun masih terbayang kenangan di mana dengan objek yang masih setia berdiri di hadapannya.

ALNA (COMPLETED)Where stories live. Discover now