Deklarasi Viola

29 1 0
                                    

Viola melangkah pelan menuju kelasnya yang baru. Dia terlihat bersemangat tetapi gadis itu mencoba bersikap tenang sambil mengekori guru di depannya yang akan menjadi wali kelasnya nanti, Ibu Rena.

"Sebentar," Guru muda itu menghentikan langkahnya, memberi isyarat agar Viola menunggu.

Wali kelasnya itu membuka pintu. Kelas yang semula ribut menjadi hening. Sesudah membetulkan kacamatanya, guru itu berdeham.

"Kita kedatangan murid baru. Silahkan masuk," Tanpa basa-basi guru itu memanggil Viola yang berada di luar kelas.

Viola menghela nafasnya dan berjalan memasuki kelas.

Khas ketika datangnya siswa baru, terdengar bunyi siulan dari seluruh penjuru kelas, terlebih jika siswa itu rupawan. Viola tidak ambil pusing. Jadi segera saja dia memperkenalkan dirinya.

"Nama saya Viola Geralyn, bisa dipanggil Vio atau Viola. Saya pindahan dari SMA Caradalo."

Cowok bertubuh kurus di dekat pintu menyahut, "Aku gak bakal panggil kamu Vio atau Viola. Aku bakal manggil kamu sayang."

Siswa-siswa di kelas kembali bersiulan sedangkan para cewek menyorakinya dengan tatapan jijik. Tidak memperdulikan hal itu, mata Viola sibuk berusaha menemukan orang yang dia cari.

Ketemu.

Sosok yang berada dipojokan kelas, tidak lain adalah Daffa, membelalakan matanya. Viola mengulum senyumannya.

"Kamu bisa duduk di sana," tunjuk wali kelasnya ke tempat sebelah Daffa.

Seorang cowok blasteran mengangkat tangannya, protes. "Jangan disitu bu, nanti dia ketularan cepu! Mending di samping saya aja. Kursinya kosong, nih." Teman-temannya heboh menyoraki dia.

"Wah gila sih mau selingkuh dia."

"Bakalan ada perang dunia ketiga kali, ya!"

Hanya dengan tatapan galaknya, guru muda itu berhasil membuat kelas XI IPA 1 diam. Viola langsung berjalan menuju kursinya, kursi di samping Daffa.

"Jangan ada yang macam-macam. Tunjukkan kelas kalian sebagai yang paling terbaik. Fokus pada belajar untuk masuk perguruan tinggi. Nilai adalah segalanya," Kemudian guru itu pergi. Terdengar bunyi pintu tertutup dengan keras.

Kelas menjadi ribut kembali.

"Vio, kenapa lo di sini!?" Daffa berbisik dengan suara tertahan.

Cewek karateka itu hanya mendelikkan matanya, kemudian menyodorkan tangannya, mengajaknya bersalaman, "Halo, kenalin nama gue Viola. Khusus lo, panggil aja Vio."

Daffa tak merespon. Hanya diam dengan mulut menganga. Sibuk mencerna tentang ini semua di dalam pikirannya.

"Wow, lo sombong banget, ya! Diajak kenalan sama cewek cantik malah jual mahal. Jual murah aja belum tentu laku."

Viola dan Daffa melihat ke arah sumber suara. Seorang cowok dengan wajah blasteran jepang sedang menatap sinis.

Cowok gak jelas. Pikir Viola.

Daffa bangkit dengan segera dan buru-buru berlari. Tapi naas dia terjatuh karena seorang cewek menjegal kakinya. Daffa tidak peduli, ia kembali bangkit dan berlari menuju pintu kelas. Di pintu, beberapa cowok menarik kerah bajunya. Daffa berontak hingga akhirnya terlepas dan keluar dari kelas.

Viola terkejut dan marah melihat kejadian di depan matanya itu. Dia mengepalkan tangannya. Berusaha mengejar Daffa. Namun tangannya ditahan.

"Mau ngapain? Tuh anak memang gak jelas, gak biasanya dia lari sih kalau ketemu gue, biasanya dia pasrah aja hahaha." Cowok blasteran itu tertawa, Viola melihat tanda namanya, Naoki Raides Hikaru.

Keep You SafeWhere stories live. Discover now