bab 30

47.3K 1.6K 13
                                    

   Nathan mengemudikan mobilnya dengan ugal-ugalan di jalan raya, hatinya hancur karena kenyataannya pahit yang di alaminya. Pasalnya hukuman yang diberi keluarganya begitu menyakitkan dan diluar batas, tak hanya tidak di anggap, tapi mereka menyembunyikan kebenaran kepada anaknya. Itulah yang membuat Nathan merasa sangat tersakiti dan rapuh. Kekecewaannya terhadap keluarganya begitu besar, bahkan ia merasa telah di permainan oleh mereka.

" Apa ini yang dinamakan karma ? Apa karma ini akan merebut segalanya termasuk istri dan anakku tuhan ? Apa yang harus aku lakukan untuk mengembalikan mereka pada ku " raungnya.

"Apa Rafael benar-benar akan merebut Keira? Apa dia nggak punya perasaan sedikit pun? Kenapa dia begitu jahat? Dari dulu aku selalu berusaha untuk tidak mengusik hidupnya, tapi kenapa dia tidak biaa berhenti mengganggu hidup ku." teriaknya, sambil memukul setir mobil dengan kencang.

   Beberapa menit kemudian ia sampai di rumah yang selama ini di tinggalinya sejak menikah dengan Keira. Langkahnya begitu cepat memasuki rumah besar tanpa menengok kesana kemari. Tapi dengan spontan berhenti ketika melihat pintu kamar berwarna putih yang dulu di tempati Keira istrinya. Dengan perlahan Nathan menuju kamar itu lalu memasukinya dengan  rasa bersalah yang begitu besar. Matanya menatap sekeliling kamar kecil yang tidak pernah dimasukinya saat masih ada sang istri, bahkan melirik saja tidak dan sekarang dia begitu ingin berada di kamar yang sangat sempit itu bersama Keira istrinya.

   Perlahan Nathan mulai merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang dulu di tempati Keira tidur, rasanya begitu aneh dengan apa yang telah di lakukan dulu. Dan sekarang dia mati-matian meminta maaf, padahal sejak dulu seorang Nathan selalu melakukan apapun yang di inginkan meskipun orang lain tersakiti dan tak akan pernah meminta maaf. Tapi sekarang tuhan berkehendak lain pada nasibnya, yang harus mengemis kata maaf dari istrinya.

" Aku akan melakukan apapun agar kalian kembali ke rumah ini dan kita bisa hidup bersama untuk selamanya, dan papa janji kalo kamu gak akan panggil Rafael papa dia gak pantas di panggil papa, cuma papa yang pantas kamu panggil papa " gumam Nathan pelan.

   Rasa kantuk baru saja menyerang telinganya sudah mendengar kegaduhan di luar sana. Membuat matanya yang baru terpejam harus terbuka kembali, dengan napas panjang Nathan beranjak dari ranjang segera keluar untuk melihat kegaduhan di ruang tamu. Ternyata sahabat-sahabatnya sudah ada di sana dengan begitu banyak camilan dan minuman. Tamu tak di undang membuat Nathan naik pitam dan langsung menatap horor mereka.

" Gak usah sok horor, mending kita main game aja dari pada gak guna " celetuk Bagas karena melihat tatapan Nathan.

" Udah biarin aja dia marah, toh kita lebih banyak jadi kalo dia mau ngusir kita gebukin aja bareng-bareng " ujar Dicky, membuat Nathan mendelik kaget. Biasanya mereka akan diam saat Nathan sudah memasang wajah garang, namun sekarang ia malah di tertawaan oleh orang-orang menyebabkan itu.

   Lihat saja tingkah mereka, bukannya takut malah si tuan rumah yang di buat tambah jengkel. Bahkan ngeri dengan jawaban akan mengeroyok si tuan rumah yang sedang galau. Jadinya Nathan ikut duduk bersantai dengan mereka yang mulai ramai karena game. Ia lupa jika tubuhnya banyak darah yang masih mengalir, karena sejak tadi Nathan tidak berganti pakaian. Membuat darah yang ada di bagian dadanya sudah mengering.

" Sialan, kenapa mereka malah buat gue makin jengkel aja. Harusnya gue punya ketenangan dengan kembali ke rumah bukannya malah tambah jengkel " Nathan membatin

Bagas yang duduk tepat di sebelah Nathan mencium bau amis langsung mencari bau itu. Ia tampak kaget saat kemeja hitam Nathan badah dan berbau amis. Ia langsung memberikan kode pada Kevin untuk melihat nke arah perut Nathan.

"Arh, sialan." maki Kevin, membuat ketiga lelaki lainnya terkejut. Karena sejak tadi Kevin hanya duduk menatap teman-temannya malas.

"Eh, babang kepin kenapa? Tiba-tiba ngomong kasar, nggak baik tau." ujar Bima sok polos.

pregnancy that brings suffering (Fizzo)Where stories live. Discover now