9. Ramalan Sialan

807 100 2
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

.

Pagi itu aku memanfaatkan hari libur dengan membersihkan apartemen. Meski tak banyak yang bisa diperbuat tapi tetap saja aku melakukannya hingga tak sebutir debu pun singgah di berbagai perabotanku. Dan kulihat tumpukan pakaian kotor sudah menggunung dalam keranjangnya hingga berserakan di lantai. Mencuci adalah hal yang paling menyebalkan bagiku.

Dengan langkah menghentak-hentak, aku menghampiri keranjang pakaian kotor itu hingga tanpa sadar menginjak celanaku yang mengeluarkan bunyi berderak. Mulutku membentuk huruf 'O' dan perlahan mengangkat kakiku, seperti baru saja menginjak ranjau. Kuangkat celana itu dan merogoh isinya yang sudah menjadi bubuk.

Kurasakan sebuah kertas kecil diantara remahan itu. Dan akhirnya setelah mengendap berhari-hari di sakuku, barulah kulihat tulisan kecil di balik kue keberuntungan itu.

"Seseorang akan datang merubah hidupmu"

Heh? Benar 'kan? Ocehan yang benar-benar tidak bermutu. Apa maksudnya coba? Aku tidak butuh orang luar untuk merubah hidupku, aku senang dengan hidupku dan aku sendiri yang akan mengaturnya.

Dengan perasaan geram ku remas tulisan itu dan bibirku berkedut melihat tulisan kecil di balik kata-kata penuh tipu daya itu. Hm... rasanya aku pernah membacanya tapi dimana?

Ting... tong...

Kepalaku menoleh karena bunyi bel pintu. Rasa-rasanya tidak ada pernah orang yang melakukan itu sebelumnya. Bunyi bel kembali terdengar mengusik lamunan singkatku. Segera saja aku menuju ke pintu apartemen.

"Mbak Tari." sapa si pelaku yang ternyata adalah dr. Dita dengan pakaian santainya sambil memangku sebuah wadah.

"Oh, dokter Dita. Ada apa?"

dr. Dita tersenyum manis sambil mengulurkan wadah bermerk yang mahal itu. "Saya masak sup ayam, agak kebanyakan sih. Jadi daripada gak habis saya bagiin sama tetangga yang lain.'

"Makasih banyak dokter. Masuk dulu, biar saya pindahkan wadahnya."

"Boleh nih, mbak?"

Biasanya aku tak pernah mengundang siapapun ke dalam rumah, bahkan tidak sekalipun semenjak menempati tempat ini. "Silahkan masuk, dok."

"Rumahnya nyaman banget." kata dr. Dita dengan mata menjelajah penjuru rumahku.

Aku memilih diam dan membiarkannya menginventarisir. Dengan cepat aku memindahkan sup yang menguarkan aroma nikmat itu dan segera mencuci wadah itu.

"Mbak kok bisa kenal Dito?"

Jari-jariku terhenti saat mendengar pertanyaan di belakang punggungku. "Dia asisten saya di kantor." jawabku singkat dan meneruskan menggosok wadah itu.

"Memang dia kerja dimana sekarang?"

Aku mematikan air keran dan berbalik menghadap dr. Dita, "Dia karyawan baru di Grandmedia Publishing."

dr. Dita mengerjapkan matanya dengan mulut terbuka lebar. "Oh."

"Makasih buat sup-nya. Dan mungkin saya harus mengingatkan kalau dokter gak usah cemburu karena saya hanya atasan Dito." Aku mengklarifikasi lebih dulu takut dr. Dita salah paham melihat kejadian tempo hari.

"Ce-cemburu?"

"Saya tahu dokter ada hubungan dengan Dito, dan saya tidak akan ikut campur di dalamnya. Saya hanya rekan kerjanya, tidak lebih."

dr. Dita mengangkat tangannya menghentikan monologku. "Mbak mengira saya pacarnya Dito?"

"Begitulah yang saya lihat."

It's Start From Fortune Cookies [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang