SURVIVED | 02

3.2K 269 21
                                    

Previous chapter:
Jimin menggelengkan kepalanya, "rahasia!" Jawabnya lalu cepat-cepat menutup pintu, berjalan kembal ke arah istrinya yang sudah menunggu untuk dipuaskan.

Tangannya menyibakkan selimut tebal yang menutupi tubuh Vally, "ayo kita lanjutkan permainan kita yang sempat tertunda, sayang." Katanya dan memberi banyak kecupan di wajah istrinya.

***

Keesokan paginya di kediaman Jimin dan Valerie, pasangan suami istri itu sudah bangun dan bersiap untuk ke kantor masing-masing. Vally tengah sibuk merias wajah lalu merapikan pakaian yang digunakan setelah selesai dan berjalan menuju Jimin yang sudah lengkap dengan setelan kantornya berwarna biru gelap.

Tangan Vally mengambil alih dasi yang dipegang Jimin sebelum mulai membuat simpul sementara Jimin meraih pinggang Vally, mengikis jarak di antara mereka. Matanya menatap lekat wajah sang istri yang fokus dengan dasi.

"Sudah," ujar Vally sambil memegang kedua pundak Jimin lalu mendongak menatap Jimin. Saat ingin menjauhkan diri,  Jimin menarik tubuhnya untuk kembali seperti posisi sebelumnya.

Jimin menaikkan tangan kanannya untuk menangkup pipi Vally tanpa melepaskan pandangannya pada bola mata berwarna madu yang dimiliki sang istri. Mata yang selalu bisa membuatnya terpikat.

"Aku memang mengizinkanmu bekerja tapi ingat, jangan sampai kelelahan, jangan telat makan, jika ingin keluar selalu usahakan bersama Pak Shin, jangan pergi sendirian, paham?" Ingat Jimin panjang lebar. "Terakhir, selalu kabari aku dan.... Jangan nakal," sambung Jimin.

Sedangkan Vally hanya memandang Jimin tanpa suara, sebab telinganya sudah panas mendengar ocehan yang sama untuk ketiga kalinya pagi ini. "Aku ingat semua itu, Tuan Hwang yang terhormat, jangan khawatir. Kau terlihat seperti seorang ibu menasehati anaknya yang ingin berangkat study tour!" Timpal Vally.

Jimin tertawa lepas melihat Vally yang tampak kesal, "aku seperti itu karena aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu, sayang." Balasnya diakhiri kecupan hangat di kening, berusaha meredam kekesalan yang telah ia perbuat.

Meski kesal, Vally tahu sifat Jimin yang posesif itu hadir akibat Jimin terlalu menyayangi dirinya. Vally paham walaupun sering kali jengkel karena terkadang Jimin terlalu berlebihan dan terkesan begitu mengekang juga membatasi dirinya.

Dulu, pernah Vally pergi ke sebuah caffe sendiri tanpa kawalan Pak Shin dan berakhir dengan omelan Jimin pada pengawal sekaligus supir pribadi Vally tersebut. Jelas Vally  merasa sangat bersalah pada Pak Shin—karena perbuatannya, pria yang hampir berumur 45 tahun itu harus merasakan getahnya.

Pasangan itu akhirnya turun dan menuju meja makan dimana Hyena sudah menunggu. "Selamat pagi oppa, eonni." Sapanya riang.

"Selamat pagi, Hyena." Balas Vally dengan senyuman kemudian mereka sarapan dengan tentram tanpa perbuatan atau ucapan tak terduga yang keluar dari mulut Hyena. Vally sangat bersyukur, paginya berjalan dengan baik. Semoga seterusnya akan seperti pagi ini, harapnya di dalam hati. Siapa tahu Hyena bisa menyukainya mulai hari ini karena ada peri keajaiban yang mendatanginya malam ini.

Vally melirik jam tangan yang ia pakai, sudah hampir waktu istirahat makan siang. Pasti sebentar lagi Jimin akan datang menjemputnya untuk makan siang bersama.

SURVIVED [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang