13. Mabuk?

502 56 13
                                    

-oOo-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-oOo-

"Entahlah, rasanya senyaman saat pertama kali aku bertemu dirinya dulu."

-oOo-

Di tengah perjalanan, wajah Liona tiba-tiba pucat membuat seisi mobil menjadi khawatir.

"Lo kenapa? Sakit?" tanya Yuda yang sedari tadi melihat Lio lewat cermin depan.

Sementara, Zean fokus membaca buku menghiraukan apapun saat itu.

"Nggak kok. Gue gak apa-apa!" Liona sedikit cemas, ia berpikir bahwa mungkin ia sedang mabuk perjalanan karena memang ia belum sarapan sejak kepergiannya dari rumah.

"Anjir, tas gue di Bus. Makanan di sana semua," batin Lio, ia kebingungan saat itu. Wajahnya semakin pucat, ia beberapa kali memejamkan matanya merasakan nyeri di perut.

Tak tahan karena matanya selalu terbuka untuk melihat sekitar, Zean melirik Liona.

"Berhenti Gi!"

Gion kaget saat Zean berusaha menghentikan mobilnya. Zean keluar memaksa Liona untuk keluar juga dari dalam mobil. Liona terlihat lebih lemas dari sebelumnya, tarikan Zean pun tak ia pedulikan lagi.

"Mau ke mana sih?" Liona bertanya dengan lemah.

"Lo belom makan! Lo mabuk kan? Ikut gue!"

Gion dan Yuda melotot mendengar perkataan Zean. Ia menarik Liona untuk pergi ke sebuah minimarket, membeli beberapa makanan untuk Lio. Terlihat kedua pria menaruh tangan mereka ke dada bidang. Menatap Liona yang tengah asik makan dengan lahapnya disaksikan oleh Zean sendiri.

"Hampir aja gue bawa orang mati di dalam mobil gue. Apes kan gue!" Gion menggerutu.

"Kenapa lo gak sarapan? Di rumah lo gak ada nasi?" Pertanyaan Yuda membuat Liona tertunduk malu.

"Maaf, gue nyusahin kalian. Gue gak sarapan karena terburu-buru."

"Terburu-buru pun lo ketinggalan kan?" Zean menghela napasnya tak habis pikir.

"Gue sama Yuda duluan ke mobil. Kalau udah selesai, kalian cepet nyusul nanti telat!"

Gion dan Yuda meninggalkan Lio dan Zean yang masih terduduk di kursi depan minimarket. Liona melirik beberapa kali Zean yang sedari panik karena dirinya. Lio tak habis pikir, bahwa Zean pun bisa memiliki jiwa baik dalam dirinya walaupun sedikit.

"Kenapa? Naksir gue?" Zean bertanya dengan terkekeh.

"Ih alah. Gue boleh nanya satu hal?" Liona bertanya canggung depan Zean, ia tak bisa mengontrol dirinya yang begitu penasaran dengan Zean.

"Soal?"

"Apa lo dari dulu tinggal di Bandung?" Pertanyaan Liona membuat Zean keheranan. Untuk apa pula gadis itu bertanya tentang tempat tinggalnya? Terlebih lagi, itu hal yang sangat privasi bagi Zean dan baru kali ini Zean mendapat pertanyaan sedetail itu dari orang yang belum ia kenal sebelumnya.

"Kenapa lo nanya itu?" Zean canggung seraya memasukkan makanannya ke paper bag.

"Ah nggak. Lupain!"

"Lo kepo ya sama gue? Lo fans gue kan? Nanya-nanya detail begitu sama gue?" Zean tersenyum depan Liona yang mengernyitkan dahinya heran.

"Dih! Salah gua nanya ke lo! Anggap aja gue gak pernah ngomong apa-apa. Makasih makanannya, gue duluan!"

Liona melangkah pergi mengusul Gion dan Yuda.

Sampai di sana, Hani dan Roy melotot melihat Liona tengah berjalan melebarkan kedua matanya. Bola matanya serasa ingin keluar saat itu. Hani dan Roy panik, mereka berusaha kabur namun Liona mengejar mereka dengan kaki kecilnya.

"Anjir, sini kalian. Kampret dah, gue mutilasi kalian."

"Li, Li sabar Li. Jangan salahin gue, noh salahin Hani!"

"Heh bagong, kenapa gue? Gue kan udah usaha buat ngomong ke pembimbing!"

"Kalian temen gue bukan sih? Kesel banget gue. Gue ke toilet fakultas ekonomi, karena fakultas kita airnya gak nyala! Sialan, sialan, kenapa gue bisa punya temen kayak kalian?" Liona terlihat murka sesampainya mereka di salah satu kampus di Bandung.

"Li, lo kan udah sampe di sini. Gue do'ain duit lo berkah deh karena naik angkot!" Ucapan Hani membuat Liona menghentikan kekesalannya. Matanya memencar canggung membuat Hani dan Roy keheranan.

"Kenapa? Ada yang salah? Lo gak diapa-apain kan sama supir angkot?"

"Gue ikut nebeng sama Gion!" Ucapan Liona membuat Hani melotot, mulutnya yang menganga segera ia tutup.

Beberapa jam setelah mereka melakukan studi banding, Liona mengajak Roy dan Hani untuk bicara. Lio menceritakan semuanya dari awal ia bisa sampai menyusul rombongan.

"Jadi gitu!"

"Gue nyesel ninggalin lo! Harusnya gue ikut aja ketinggalan, biar gue bisa satu mobil sama Zean."

"Jangan keras-keras!"

"Syukurdah. Lo gak diapa-apain kan sama mereka?"

"Mereka malah ngasih gue makanan."
"Heh, inget. Cowok itu banyak modusnya."

"Lo juga banyak modusnya. Udah baik temen kita gak mati di mobil orang."

"Ini semua juga kan gara-gara kalian, emang ya biang rese kayak kalian pantes di mutilasi!"

"Lio udah dong. Kalau lo mutilasi gue, kasian nyokap gak ada yang bantuin. Lo mutilasi aja nih sih Roy."

"Brengsek nih cewek hatu. Lo kira gue mau nungguin orang boker berjam-jam. Gue tau Lio dari apapun. Dia kalau boker gak bisa setengah jam. Ya udah maafin kita. Sebagai gantinya, gue akan traktir lo!"

"Serius?"

"Tapi minum lo yang bayar!"

"Royyyyyyyyyy." Liona lagi-lagi menjitak kepala Roy.

" Liona lagi-lagi menjitak kepala Roy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


DON'T FORGET TO VOMENT THX❤

OFFICIALLY MISSING YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang