-oOo-
"Akhirnya mungkin aku terobsesi akan dirinya."
-oOo-
Minggu pagi. Kedua mata menyorot lapangan tempat Roy bertanding sepak bola sekaligus berlatih untuk ikut turnamen. Liona sendiri memang tengah absen untuk eskul. Hani menghampirinya dengan senyum.
"Gimana? Ada turnamen badminton?"
"Belum diadain sih. Mungkin bulan depan," jawab Hani seraya meminum sebotol air mineral."Eh tumben banget ya kelompokan Zean gak dateng. Mereka gak ngajar? Gue rasa bukan jadwalnya deh. Lo minta maaf sama Zean, gak ngerasain sesuatu?"
"Apa maksud lo?"
"Yaaaa sesuatu seperti .... cinta. Hehehe."
Hani terkekeh tipis membayangkan wajah Zean.
"Dih, ngaco lo! Gue udah janji buat balikin gitar yang dia rusak."
"Emm. You're lucky girl Liona. Sama aja lo kayak ngedate sama Zean kalau pergi hari ini."
"Jangan ngawur mulu napa! Bikin jengkel gue deh lo. Gue serius, gue liat Zean sama seperti yang lain, gak dilebih-lebihkan begitu, emang dia sultan?"
"Lo bilang dia mirip Abi. Terus apa lo gak mikir kalau dia bener-bener Abi?"
Pertanyaan Hani mengejutkan Lio. Tiba-tiba ia memasang wajah datar menatap Hani dengan heran.
"Mereka beda. Gue udah bilang, apa yang Abi suka atau gak suka. Mereka punya perbedaan yang banyak."
"Tapi kalau wajah mereka sama lo mau bilang apa?"
Hani sedikit menekan Liona karena ia pun penasaran bagaimana pribadi Abi, sahabat yang sering sekali Lio ceritakan.
"Li? Gimana? Lo jadi ngedate sama Zean?" Roy datang sungguh berkeringat, ia meminum kasar soda miliknya.
"Heh pa'ul. Sekali lagi lo ngomong ngedate depan gue, gue palu pala lo!"
Roy terkekeh, sangat menyenangkan meledek Liona yang memang baper tingkat atas. Ia sangat sensitif jika sudah diledek oleh Roy.
"Mending sama Raja. Duitnya banyak. Gue bisa pendem duit gue, karena terus dibayarin Raja. Hahahah."
Jitakan di kepala Roy dapatkan dari Hani.
"Dasar Culametan Maneh!"
Liona terduduk di tribun lapangan sepak bola. Matanya memencar ke setiap sudut tribun. Waktu menunjukkan pukul 2 siang. Mahasiswa Suardana memang telah menyelesaikan pembelajaran di kampus. Sebagian ada yang melanjutkan studi akhir, sebagian ada yang masih berkepentingan di kampus.
Seseorang datang, dengan celana jeans hitam, sepatu sneakers, dan kaos kasual berwarna hitam menghampiri Liona. Liona menundukkan kepalanya sejenak setelah ia menatap orang itu.
"Gimana? Jadi?"
"Gue udah nunggu 20 menit di sini," ucap Liona pada Zean yang terus tersenyum.
Ponsel berdering begitu nyaring.
"Hallo, Sonia. Ada apa?"
Zean menyambut panggilan dengan begitu ramah, terkesan sedikit memanjakkan.
"Oh nanti malem. Cafe biasa? Oke selow, gue dateng kok."
Lio menyeringai melihat gelagat Zean tengah menelpon yang membuatnya merinding sendiri.
"Kalau lo ada janji, gak usah hari ini aja kita pergi."
"No. Waktu gue lagi banyak. Gue butuh gitar itu saat ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
OFFICIALLY MISSING YOU
Teen FictionHilang dan Rindu. Dua kata berbeda, tapi memiliki makna yang sama. Kehilangan. Itulah yang dirasakan Liona, mahasiswi Sosiologi yang tengah merasakan kilas balik saat bertemu dengan mahasiswa calon dokter bernama Zean. Pingsannya Liona di lapangan b...