Saat Itu

30 6 0
                                    

Setiap orang punya jalannya masing-masing. Punya cara masing-masing. Punya pemikiran masing-masing. Bahkan hingga tingkah maupun sifat pun masing-masing. Sama seperti halnya cara bertemu.

Mungkin, kala itu kamu tak sadar. Bertemu tanpa sengaja, bertemu karena keadaan, atau mungkin inilah yang disebut dengan takdir ?

Mungkin, kala itu kamu tak mengira. Awalnya sebatas tahu nama, namun tiba-tiba tahu sifat, aroma parfum, renyah tawa, senyum manis, bahkan sampai tingkah kecilnya pun kau tahu.

Atau mungkin, dia sahabatmu, Kakak kelasmu, Adik kelasmu, atau tak tahu siapa dia, dan kini kamu pun jadi tahu bagian-bagian terkecil dari dirinya.

Mungkin, kala itu kamu tak peduli. Dia ada atau tidak, tak menjadi urusanmu. Dia terkena musibah atau tidak, tak menjadi pikiranmu. Dia terluka atau bahagia pun, tak menjadi inti dari bebanmu.

Dan sekarang, secara perlahan-lahan, dia mulai masuk. Mulai dari mengetuk dan singgah, kini pun menetap dalam hatimu. Mulai dari senyuman dan sapaan, kini pun berbincang riang denganmu. Mulai dari ketidaktahuan dan ketidakpedulian, kini pun menjadi inti senyuman dan sedihmu.

Mungkin kamu menepis. Kamu tangkis. Kamu berusaha mengabaikan semua debar yang kamu rasakan. Mungkin juga kamu tanamkan, "Aku tidak mungkin menyukainya. Dia juga tidak mungkin memiliki perasaan yang sama denganku. Jadi, lupakan."

Berkali-kali kau mungkin berusaha mengucapkan kalimat tepisan. Namun, berkali-kali juga rasa itu datang. Bahkan mungkin, semakin menggebu. Hingga akhirnya kamu menyerah.

Ya. Kamu menyerah. Membiarkan rasa ini menjalar semestinya. Berusaha bersikap biasa saja di depannya. Dan saat itu mungkin kamu akan pasrah. Berharap perasaanmu terbalas. Dan pertanyaan yang kamu benci pun mulai menggelayuti pikiranmu. Hingga sang waktu pun belum tahu pasti jawabannya.

"Apakah dia memiliki perasaan yang sama denganku?"

~Ruang_Cy
26-02-2020

Ketika Aksaraku BerbicaraWhere stories live. Discover now