transition

10.8K 427 13
                                    

"terserah" jawab gadis itu singkat.

Keesokan harinya, hawa di rumah terasa panas. Hubungan antara Gentur dan Aya sama sekali belum membaik, namun setidaknya kondisi kesehatan Gentur mulai membaik hari ini. Di kampus saat mereka tidak sengaja berpapasan pun Aya memilih untuk mengacuhkan pria itu. Pepi dan Audi yang menyadari gelagat aneh dari Aya memutuskan untuk bertanya.

"what?! Serius lo Ay? I mean, umur pernikahan kalian baru seumur bibit pohon duren"

"apaan sih Di" ucap Pepi.

"gua gak mau bicara lebih jauh, intinya gua udah ngerasa gak nyaman sama hubungan ini" ucap Aya yang kemudian menghapus air mata yang hampir saja menetes.

"Ay, apa gak sebaiknya lu bicarain baik-baik lagi sama suami lu"

"bahkan sekarang buat sekedar lihat mukanya aja gua males, gimana gua mau bicara sama dia"

"dia gimana? maksud gua, perlakuan dia ke elu" tanya Audi.

"gatau, gua udah gak mau lihat apa pun yang ada sangkut pautnya sama tu om-om"

"Ay, jangan ngomong kaya gitu. Dia kan masih suami lo sekarang" ucap Pepi.

"mulai nanti gua udah gak pulang kerumah, rencananya gua mau balik ke rumah orang tua gua"

"HAH!" Audi dan Pepi kaget dengan perkataan Aya barusan.

"udah ijin suami lu kan tapi?"

"enggak, berapa kali gua bilang. Dia tu majikan gua, gua cuma jadi boneka esek-eseknya dia doang"

"HUSHH! Jangan ngomong kayak begitu Ay, gak bener itu! gua tau pak Gentur bukan orang kaya gitu, dia emang kurang peka tapi dia tanggung jawab plus sayang banget sama lo, percaya gua dah" ucap Pepi.

"lo bisa ngomong gitu, tapi liat posisi gua juga dong Pep. Gua sama sekali nggak ngerasain jadi istri buat suami gua"

Percaya tak percaya, Audi dan Pepi mengantar Aya menuju rumah kedua orang tuanya. Setelah mengantarkan, mereka segera pamit undur diri pada kedua orang tua Aya. Aya tak kuasa menahan tangisannya begitu melihat wajah kedua orang tuanya.

Aya menceritakan semua hal yang ia alami, perasaannya, keinginannya. Kedua orang tua Aya nampak ikut merasakan kesedihan yang anaknya itu rasakan. Namun, mereka tetap tidak setuju jika pernikahan yang sudah hampir 4 tahun dibangun berakhir di meja hijau.

"gimana pun, papa gak setuju" ucap papa Aya.

"mama telfon suami kamu biar kesini ya sayang, kita bicarain ini baik-baik"

"dia gak bakal dateng, ada rapat sama orang kementrian hari ini di kampus" ucap Aya yang sedang mengelap hidungnya.

"yaudah, setidaknya mama kabarin dulu ke Gentur kalo kamu ada disini. Nanti dia bingung nyariin kamu dimana lagi" Mama Aya langsung meninggalkan Aya dan papanya sendirian di ruang keluarga yang ada di dekat kolam renang belakang itu.

Malam harinya, sekitar pukul 9 malam mobil Gentur masuk kedalam garasi rumah Aya. Pria berbaju batik itu segera masuk kedalam rumah mertuanya, ia menyalami mereka namun ia tidak melihat batang hidung istrinya.

"Aya dimana mah?" tanyanya, ia terlihat celingukan mencari gadis itu.

"dikamarnya, sebelum ketemu dia kita perlu bicara" ucap mertua perempuannya.

"kok malah nginep rumah Rasya sih, orang adiknya baru dirumah juga bukannya ditemenin" ucap Aya diujung telfon.

Tok tok tok

"bentar bang, ada yang ngetok"

"Siapa?" teriak Aya dari dalam kamar.

"Aku, buka pintunya" ucap pria itu, suaranya membuat Aya menghentikan panggilan dengan abangnya kini. Ia mendekati pintu lalu menempelkan telinganya di daun pintu.

Love My LecturerWhere stories live. Discover now