Bingung

15 2 1
                                    

Senin ini terasa berat sekali bagi murid-murid SMANMERDO yang membenci Ujian, tapi bagi Arshaka dia sih santai-santai saja- toh tidak belajar juga akan jadi juara kelas juga, meski masih suka rolling di 3 besar.
Seperti Bimo kali ini, sebenarnya ia malas sekali buat belajar tapi karena di ancam akan dikurangi uang jajannya, akhirnya ia menurut untuk belajar keras. Kan lumayan, siapa tau saja peringkat nya bisa lebih naik meskipun hanya satu.

Ranu dan Keiro? Jangan ditanya, bocah dua itu malah asik jadi generasi handphone miring. Katanya ini benar-benar harus disudahi Senin pagi ini, kalau tidak bisa mati penasaran. Dasar!
Aksa, si rajin. Dari tadi tidak henti-hentinya berkutat dengan buku-buku nya itu, ia harus bisa jadi juara kelas Semester ini. Maklum, Aksa dituntut keras oleh sang Ayah supaya bisa masuk ke Universitas Luar Negeri kalau sudah lulus nanti.
Sama seperti Arshaka yang ayah nya suka menuntut ini itu, tapi sepertinya ia harus bersyukur ayah nya tidak seprotektif ayah Aksa.

15 Menit sebelum bel masuk, mereka sudah berjalan ke kelas masing-masing. Makanan yang masih tersisa dibiarkan begitu saja dimeja kantin, biar ibu kantin yang urus pikir mereka.

Aksa yang tadi sibuk dengan buku-buku nya bahkan sedang berjalan pun akhirnya menyudahi kegiatannya, dan mengobrol dengan Arshaka.

"Ka, lo tau ngga?"

"Ngga, dan ngga mau tau."

"E hey~ jangan gitu lah, Ka..."

"Iyee kenape ha, Aksa Diningrat?"

"Ujian kali ini kita sekelas tau"

"Kok bisa? Sama lo lagi?" Arshaka yang tadinya tidak tertarik akhirnya tertarik juga untuk meladeni Aksa.

"Iya, guru-guru baru ngasih ketetapan tahun ini, kalau setiap Ujian harus di acak antar kelas sesama angkatan. Kita korban uji coba hh" Katanya lesu, tapi tiba-tiba langsung sumringah

"Dih, kenapa lo senyum-senyum gitu? Sakit?"

"Sembarangan! Kalau gue sekelas sama lo ni ya ka, berarti kalau ntar ada jawaban yang ngga gue tau boleh dong nyontek ke lo?"

"Mimpi lo!"

Arshaka berlalu dluan meninggalkan Aksa yang kesal sendiri, ya bagaimana pun kalau sudah keras belajar kan suka ada soal yang tidak sesuai jadi dari pada nanti tidak tau mau apa mending bikin persiapan buat izin ke orang pintar yang mau di contekin. Dasar Aksa ini, memang siapa sih yang mau di contekin?
Arshaka berjalan menuju mading, untuk mencari namanya. Dan dapat! Ia masih tetap dikelas sendiri, cuma bedanya hanya pindah tempat duduk saja. Beruntunglah, ia kan tidak perlu repot-repot pindah kelas.

"Ka, surat-surat di kotak kolong meja lo udah dibersihin sama anak kelas ya" Kata Dikey yang melihat Arshaka mengambil tasnya yang tadi masih ditempat asal duduknya untuk pindah.

"Semuanya ditaruh dimana?"

"Ada di gue nih, daripada di buang mending gue simpen. Nih surat-surat nya."

"Buang ajalah dik, gapapa" kata Arshaka yang merasa masa bodoh

"Ka, coba deh sekali-kali lo bawa pulang semua ni surat terus lo bacain satu-satu. Seenggaknya kasih penghargaan buat mereka yang udah kirim ini semua, oke lah kalau coklat atau barang bakal lo kasih ke temen-temen lo. Tapi seenggaknya kalau surat itu lo baca." Ceramahnya yang sedikit membuat Arshaka tersadar, betapa memang cueknya dia jadi cowok.

"Iyaa, yaudah sini! Ntaran dirumah gue baca. Makasih ya pak Ketu"

(((((:))))

Anjani berlari melangkahkan kakinya menuju kelasnya, disana sudah ada Mera yang asik belajar. Tadi, setelah mendengar kelas mereka akan di acak pas Ujian- Anjani buru-buru berlari keluar kelas untuk menuju mading sekolahnya, untung ia tidak melupakan nama sahabatnya itu, Mera.

Letak KalbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang