BAB 15|| SYAHIRAH 3

214 11 1
                                    

"Lucu banget. Mirip banget kamu, Han." Syahirah mencubit pipi bayinya Hanna dengan gemas. Tetapi, tidak begitu keras dia cubit.

"Mirip dengan abinya, dong. Kan abinya ganteng. Jadi anaknya juga ganteng," sahut Aldo. Hanna hanya terkekeh.

"Percaya diri tingkat dewa kamu masih sama aja, mas." ucap Syahirah. Hanna tidak marah. Dia mengizinkan Syahirah memanggil suaminya dengan embel-embel 'mas', Aldo kan juga pernah menjadi suaminya Syahirah. Jadi, senyamannya Syahirah saja. "Siapa namanya, Han?" tanya Syahirah ke Hanna.

"Belum kami beri nama. Kami ingin kamu yang memberikan nama," ucap Aldo yang sudah berdiri di dekat istrinya. Hanna tersenyum sambil mengangguk mengiyakan perkataan sang suami.

"Aku? Tapi, kenapa?" tanya Syahirah, bingung. Dia tidak mengerti mengapa harus dirinya yang memberi nama. Sedangkan bayi laki-laki yang sedang digendong Hanna adalah bayinya Hanna sendiri. Bukan hanya Syahirah saja yang merasa bingung, tetapi Martin juga. Bahkan Martin sudah merasa bingung juga penasaran sejak pertama kali sampai ke apartemennya Aldo.

"Kamu kan tantenya, Sya. Kira-kira ada, nggak?" kata Hanna. Syahirah bergumam. Memikirkan nama yang terbaik untuk anaknya Aldo juga Hanna. Karena nama adalah doa. Jadi, setiap nama yang diberikan kepada seseorang memiliki arti dan mengandung sebuah harapan dan doa supaya kelak orang tersebut bisa menjadi seseorang yang hebat, berguna bagi siapapun dan agama, seperti arti nama yang diberikan olehnya.

"Muhammad Fadhil, bagaimana?" tanya Syahirah. Bagaimanapun dia harus mendapat persetujuan dari kedua orang tuanya. Hanna dan Aldo mengangguk setuju.

"Kamu mau menggendong Fadhil?" Hanna yang menawarkannya. "Apa boleh?" tanya Syahirah dengan ragu.

"Boleh, dong." sahut Aldo. Syahirah tersenyum bahagia. Dia sangat senang bisa merasakan gendong bayi, walaupun sebelumnya dia sering menggendong anak dari kakaknya. Entah mengapa saat menggendong bayinya Hanna, ada perasaan yang berbeda ketika menggendong bayi Farah. Seketika Syahirah pun menangis. Dia terharu.

"Fadhil. Muhammad Fadhil," kata Syahirah sambil menimang-nimang Fadhil. "Han, dedek Fadhilnya menguap. Sepertinya dia mengantuk."

"Dedek Fadhil ngantuk, ya? Iya? Uluh-uluh ...." Syahirah terus menimang-nimangnya hingga Fadhil tertidur pulas. Setelah itu, Syahirah meletakkan Fadhil di tempat tidur khusus bayi. Martin yang melihat sifat keibuan dari Syahirah hanya bisa tersenyum.

"Karena Fadhil sudah tidur. Aku akhirnya bisa mengobrol dengan kalian sepuasnya," kata Hanna. Perempuan itu beranjak dari tempat tidur. Syahirah membantu Hanna berdiri dan menuntunnya keluar dari kamar. Menemui yang lainnya diruang tengah. Sedangkan Aldo, lelaki itu menahan lengan Martin. Ada yang ingin Aldo bicarakan dengan Martin.

"Elo, siapanya Syahirah?" Aldo bertanya ketika kedua perempuan itu sudah keluar dari dalam kamar.

"Rekan kerjanya Syahirah di sekolah."

"Yakin, hanya sekedar rekan kerja?"

"Ada apa?"

"Lo nggak ada perasaan untuk Syahirah?"

"Kalau ada, kenapa? Apa urusannya sama lo?"

"Karena gue mantan suaminya Syahirah," jawab Aldo lugas. Martin langsung terdiam. Dia tercenung sesaat.

"Terus?"

"Gue nggak mau lihat Syahirah sakit hati atau menangis gegara patah hati. Cukup gue dan masa lalunya saja. Kalau lo mau deketin dia, jangan main-main. Kalau sampai lo main-main dan Syahirah menangis untuk kesekian kalinya. Gue nggak akan tinggal diam."

"Lo ngancam gue?"

"Iya. Jadi, tolong lo camkan itu baik-baik!" Setelah mengatakan itu. Aldo keluar dari kamarnya, menyusul Hanna dan Syahirah. Tidak lama kemudian, Martin keluar dari dalam kamar.

SYAHIRAH 3: Azki ✔Where stories live. Discover now