BAB 19 || SYAHIRAH 3

175 8 0
                                    

Sepulang mengajar. Syahirah melihat seorang pria tua yang sangat ia kenal sedang berbicara dengan direktur sekolah. Syahirah menghampiri pria tua itu sambil tersenyum. "Om Anhar," panggil Syahirah dengan sopan. Pria tua itu menghentikan obrolannya dengan direktur sekolah. Pria tua itu tidak marah, melainkan tersenyum.

"Ada apa, bu Syahirah?" Direktur yang bertanya. "Kamu kenal dengan pak Anhar, pemilik SMA ini?"

Syahirah mengangguk. Dia menyalimi punggung tangan pria tua itu. "Saya Syahirah, anaknya bu Mai. Pak Anhar masih ingat dengan Maisaroh?" katanya.

"Ohh ... Syahirah." Pria tua bernama Anhar itu berseru kala mengingatnya setelah Syahirah menyebut nama Maisaroh. Maisaroh adalah nama ibunya Syahirah, yang merupakan sahabat dari pria tua yang bernama Anhar tersebut. "Duh, nak. Maaf sempat tidak mengenali. Kamu apa kabar?" katanya sambil merangkul Syahirah. Seakan-akan Syahirah adalah anaknya yang sudah lama tidak dia jumpai. Direktur sekolah hanya bisa kebingungan menyaksikan keakraban diantara keduanya.

"Kalau begitu, saya permisi pak." kata Direktur. Pada akhirnya dia mengalah dan tidak ingin mengganggu keduanya.

"Bagaimana kabarnya, Mai? Sudah lama kita tidak bertemu. Dan kamu ... sudah dewasa ternyata. Dulu kamu masih kecil," kata Anhar setelah direktur itu pergi.

"Mama sudah lama meninggal. Sudah empat tahun yang lalu," jawab Syahirah.

"Iyakah? Kenapa tidak memberitahu om?"

"Maaf, om. Om sendiri, apa kabar?"

"Luar biasa baik. Seperti yang kamu lihat sekarang."

"Alhamdulillah."

"Kamu jadi guru di sini? Baru selesai mengajar?" tanya Anhar, lagi. Syahirah mengangguk. "Oh iya, Sya. Om nggak bisa lama-lama ngobrolnya. Soalnya ada rapat. Sampai ketemu nanti, Sya." kata Anhar. Syahirah mengangguk. Dia pun menyalimi punggung tangan pria itu.

"Assalamu'alaikum," Syahirah memberi salam.

Anhar tertawa. Dia lupa mengucapkan salam sebelum pergi. "Wa'alaikum salam." Anhar menjawab salam sambil mengusap kepala Syahirah yang memakai kerudung. Tangan Anhar yang terasa hangat, mengingatkan Syahirah pada ayahnya. Syahirah jadi merindukan sosok ayahnya yang sering tersenyum padanya, seperti perlakuan Anhar tadi ke dirinya.

***

Syahirah datang mengunjungi rumah anak pelangi. Perempuan itu belum tahu mengenai Sekar yang ikut bergabung dengan rumah anak pelangi. Sesampainya di sana. Syahirah melihat Sekar sedang membagikan makanan kepada anak-anak. Sekar tidak sendirian, melainkan bersama Azki. Pantas saja hari ini Azki pulang lebih cepat dari biasanya.

Syahirah menghentikan langkahnya. Sekar yang melihat kedatangan Syahirah pun memanggilnya. Syahirah menghela nafas. Mau tidak mau, Syahirah menghampiri keduanya. Padahal, Syahirah ingin pulang saja dan kembali besok.

Anak-anak berlari kearah Syahirah dan memeluknya. Mereka berseru senang saat Syahirah datang. Sekar yang melihatnya pun menatap dengan tatapan tidak suka. Azki mengulum senyumnya. Anak-anak lebih menyukai Syahirah dibanding Sekar. Itu wajar saja, karena Syahirah sudah lama bergabung. Sedangkan Sekar, dia baru bergabung dan karena Sekar adalah istrinya seorang Azki. Lelaki yang memiliki rencana dan keinginan untuk membantu anak-anak jalanan.

"Kak Syahirah sekarang sudah jarang mengunjungi kami. Sesibuk itukah?" tanya salah satu anak perempuan yang sudah lama mengenal Syahirah. Anak itu bernama Anjani dan usianya 9 tahun.

"Iya. Maaf ya, sayang." ucap Syahirah sambil menangkup pipi Anjani. Dia mengusap kepala Anjani dan beberapa anak lainnya.

"Aku ke sini hanya sebentar. Hanya ingin melihat anak-anak," kata Syahirah pada Azki yang sebenarnya ditujukan pada Sekar.

SYAHIRAH 3: Azki ✔Where stories live. Discover now