Bab 3 - Dipalak si Kepo (Rangga POV)

38 4 8
                                    

Kamis manis?

Ini mah kamis tragis namanya. Bangun kesiangan, hampir keracunan, dibacotin di persimpangan jalan, padahal enggak salah apa-apa, cuma bengong bentar di lampu merah. Untung aja kumolonimbus belum meletus, jadi enggak sampe basah kuyup kena air hujan.

Dan, sekarang. Di tempat parkiran kampusnya si Abby. Puluhan pasang mata menatap ke arah gue dengan tatapan sinis, seolah gue pembunuh sadis. Gue bisa melihat beberapa orang mulai bisik-bisik. Setelah gue lepas helm, sekumpulan cewek yang lagi asik berbisik ria itu, mulai menggila. Mereka menjerit histeris, padahal enggak gerimis.

Why?

Setelah memastikan kendaraan gue terkunci dengan aman. Gue pun melangkah dengan senyuman. Harusnya sih enggak susah nyari tuh makhluk di kampus yang enggak terlalu gede ini.

"Hay," sapa gue sama salah satu ciwik yang kebetulan lewat di depan gue.

Dia noleh, kemudian tiba-tiba tubuhnya oleng. Jatuh pingsan gitu aja.

Lah kok?

Karena takut nanti gue dituduh ngapa-ngapain tuh cewek, gue pun pergi gitu aja. Kebetulan enggak ada yang lihat juga.

Setelah berjalan cukup jauh, terlihat tiga orang hawa lagi bercanda, ngerumpi kayak emak-emak.

"Permisi," sapa gue lagi so' manis. "Kenal sama yang namanya A-"

Guplak!

Tiga betina yang lagi gue tanya tumbang gitu aja. Oke fix, ada yang enggak beres nih. Pada kenapa coba? Padahal sekarang itu bukan jamannya Victoria, yang mana perempuan pingsan itu dianggap cantik, anggun, dan lemah lembut. Lagian ini bukan di Inggris.

Enggak mau ribet, akhirnya gue tinggalin lagi tuh penganut paham ratu Victoria. Pura-pura pingsan atau emang pingsan beneran, bodo amat gue enggak peduli. Gue cuma pengen ketemu si Abby, kok malah susah gini.

Otak gue yang cerdas, akhirnya kepake buat mikir. Sekarang jam di tangan gue udah nunjukin pukul 11.30, ini waktunya makan siang, perut gue juga udah keroncongan, gara-gara susu melati sialan yang bikin gue gagal makan. Dan, si Abby juga pasti kelaparan. Tempat yang paling mungkin dia datengin sekarang itu pasti di sana, di pinggir jalan minta recehan, eh. Maksud gue dia pasti lagi di kantin. Yang perlu gue tahu saat ini, di mana letak kantinnya, udah cukup.

Sekarang gue berdiri di lobi kampus, tempat anak-anak kuliahan berlalu-lalang. Ada juga sebagian dari mereka yang lagi ngantri lift. Enggak jauh dari situ gue melihat sebuah pencerahan, yaitu seorang dosen bule berambut pirang tapi setengah botak. Rasa percaya diri gue naik. Cewek-cewek tadi mungkin tumbang, tapi kalau yang ini enggak bakalan tumbang kan? Secara, kita sama-sama bule.

"Good afternoon, Sir, may I ask you?" gue menyapa lebih dulu dengan logat inggris yang kental, pake aksen british biar kayak native.

Si Pak Dosen bule ini cuma menatap gue, kayaknya bingung. Bikin gue mikir ulang, apa jangan-jangan bahasa inggris gue terdengar bak orang nelen isi steples?

"Sorry, Sir, can you understand me?" Gue mencoba berkomunikasi lagi, tapi keningnya malah berkerut dalam. "May I ask you something, Sir? Where is canteen?"

Si Bapak terlihat berdeham, gue yakin dia pasti mau jawab. Gue pun menyiapkan telinga untuk mendengarkan dengan baik jawabannya. Jangan sampe mis heard dan gue malah ke toilet, bukan kantin.

"Mas'e arep opo, tho?" Si dosen bule bernetra abu-abu itu mengerjap bingung. "Bapak iki ora paham inggris, Mas, wong Bapak ngajar sejarah budaya tanah jawa."

Serangga Kepona (Rangga POV)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang