Bab 4 - Satria Baja Hitam (Abby POV)

24 3 0
                                    

Sudah bertahun-tahun sejak aku berpisah dengan Wik-Wik karena dia pindah rumah. Waktu itu aku menangis sebentaran ketika melihat Rangga kecil dibawa pergi dengan sedan hitam yang keren. Aku tadinya mau nangis agak lama sedikit, tapi enggak jadi karena Mama sudah membelikan es krim. Wik-Wik tetap kalah sama es krim waktu itu. Kalau sekarang? Kayaknya sama.

Barusan aku terharu banget, tepat saat Wik-Wik yang sekarang maunya dipanggil Rangga membantuku bayar SPP. Kalau tidak, aku pasti sudah dicoret dari KK lalu papa akan menggambar kumis dengan sepidol permanen. Ambyar! Edo memang menyebalkan, tapi aku juga enggak bisa men-judge dia sembarangan. Mana tahu dia benar-benar tidak punya uang. Untung ada Wik-Wik, dan untung lagi Wik-Wik orang kaya, jadi seenggaknya aku bisa bernapas lega sekarang.

Tunggu, apa aku harus mencari teman lain yang sekaya Wik-Wik? Lumayan kalau kepepet kan?

Rangga masih menatap tajam, "Mau nagih empat juta, lah!" Dia melanjutkan, "Coba tunjuk cecunguk sialan itu."

Aku panik, super panik. Panik kali ini hampir sama rasanya saat seperti tidak bisa bayar SPP tadi. Akhirnya aku mengekorinya dari belakang, menarik-narik ujung jaketnya supaya dia tidak membuat keributan. Wik-Wik terlihat jengah, tapi aku masih menahan tangannya.

Kami berdiri di depan pintu kantin, dan seketika aku jadi teringat pada bunyi kruyuk-kruyuk yang semakin menggila di dalam perut. Kalau tadi cacing-cacing rusuh dengan membakar ban sambil kejar-kejaran, mungkin kini mereka tengah membumihanguskan jajaran DPC alias dewan perwakilan cacing. Ah, masa bodo dengan Wik-Wik, sekarang aku benar-benar harus makan. Laparnya udah naik level, jadi lapar pake banget.

"Itu." Aku menunjuk sesuatu.

Baca selengkapnya ....

Silakan klik >>> bluebellsberry.

Terima kasih :*

Tekan bintang biar ada adegan baku hantamnya.

💤💤💤

Minggu, 15 Maret 2020.

Serangga Kepona (Rangga POV)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang