Bab 12

53.4K 2.1K 32
                                    

Bennett

Hujan mengetuk-ngetuk dinding jendela di ruang keluargaku dan aku mencoba untuk fokus pada itu dan bukan pada gadis muda yang sekarang basah di dalam Jacuzzi di ruangan atas. Aku duduk dengan satu kaki menyilang, jariku mengetuk-ngetuk lutut. Setelah bertahun-tahun sendirian di rumahku, rasanya aneh saat ada seseorang di rumah. Sebastian biasanya hanya tinggal beberapa jam saat dia datang, tapi Henley justru menginap.

Aku menunduk melihat ke arah sofa, di mana dia akan tidur, sebuah tas yang diisi dengan barang-barang miliknya berada di bawah. Henley bertubuh kecil, tapi aku tidak yakin dia akan dapat berbaring dengan nyaman di sofa ini. Aku membeli sofa ini demi desain ruang keluargaku dan karena benda ini dari merek yang bagus. Sofa ini bukan untuk ditiduri. Tapi apa yang harus aku lakukan? Menawarkan dia tidur di tempat tidurku? Aku pasti akan ditampar—dan jelas aku tidak akan tidur di sofa.

Dia sudah menghadapi situasi yang membuatnya stres, aku memarahi diriku sendiri. Aku tidak boleh egois di situasi seperti ini. Aku tidak yakin apa yang membuatku mengundangnya untuk datang, tapi aku tahu aku tidak bisa meninggalkannya sendirian. Dia sepertinya menghadapi masalahnya dengan baik, tapi dia juga bukan seseorang yang akan menunjukkan jika dia tidak menanganinya dengan baik. Satu-satunya kilasan yang aku dapat adalah ketika dia menemukan gaun yang aku belikan untuknya hilang.

"Itu bahkan bukan hal besar," aku bergumam pada diriku sendiri, meletakkan siku pada sandaran tangan pada sofa ini dan meletakkan daguku di atas telapak tangan. Dia menangis karena itu. Sebuah gaun yang konyol. Dia peduli sebesar itu dengan gaunnya? Apa karena aku yang membelikan untuknya? Atau karena menurutnya gaun itu membuang-buang uang karena dicuri? Aku tidak bisa memahaminya.

Yang kutahu adalah, dia tidak mengandalkanku sama sekali. Kupikir aku adalah seseorang yang cukup bisa diandalkan tapi dia tetap tidak menginginkan bantuanku. Aku tidak mengerti. Apa semua gadis sesulit ini untuk dimengerti? Atau apakah aku terlalu terbiasa dengan gadis-gadis yang menginginkan perhatian dariku karena status dan kekayaanku?

Rasa sakit yang tajam berdenyut di belakang mataku, membuatku meringis. Aku mengangkat tanganku ke sana. Malam ini bukanlah malam yang tepat untuk migrain-ku kembali muncul. Aku menghela napas. Lalu mendorong tubuhku bangkit dari sofa menuju ke kamar mandi utama untuk mengambil pil. Sudah hampir seminggu sejak terakhir kali aku sakit kepala. Kenapa kembali lagi sekarang? Hal terakhir yang kuinginkan adalah muntah-muntah sepanjang malam ketika Henley ada di sini.

Aku membuka pintu kamar mandiku, tanganku masih berada di kening. Lalu terdengar suara terkesiap kecil disusul cipratan air, membuatku berhenti melangkah. Aku berbalik sebelum sadar apa yang kulakukan dan bertatap muka dengan Henley yang membelalak, yang sekarang beringsut turun ke dalam tub hingga dagunya. Mulutku mendadak kering, aku mencoba untuk mengatakan maaf tapi apa yang keluar hanyalah, "umf."

"A-apa?" tanyanya, matanya tidak pernah meninggalkan wajahku.

Pandanganku menjelajah turun ke air berbusa yang menyembunyikan tubuhnya kemudian buru-buru berbalik lagi, aku bisa merasakan pipiku menghangat. "Maaf, aku tidak terbiasa—"

"Tidak apa-apa," dia menyela, suaranya beberapa tingkat lebih tinggi dari biasanya. "Ini rumahmu. Lakukan apa pun yang perlu kau lakukan."

Aku menelan ludah, tidak tahu ke mana harus melihat. Ada satu hal yang seksi tentang Henley ketika rambutnya basah dan aku tidak ingin memiliki pikiran itu mengenai dia saat dia menginap di rumahku. Atau secara umum. "Aku hanya perlu mengambil sesuatu."

"Tentu," dia menjawab ketika aku memaksa diriku untuk pergi ke kabinet obat.

Aku membungkukkan pundak ketika mencari botol yang tepat. Kepalaku tidak terasa begitu sakit, jadi aku tidak ingin meminum resep obat yang mahal. Namun, aku juga tidak ingin berada di sini lebih lama jadi aku mengambil botol Excedrin dan kemudian menuju ke pintu keluar.

Hired to Love (Direkrut untuk Cinta)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora