please don't go

6.1K 718 39
                                    

MAAPPPP HEHE T-T Tenyata aku sesibuk itu dong abis ujian praktek. Aku baru sempet nulis sekarang T-T tabok aja plis yaampun merasa bersalah sekali aku tu

Okidah kita lanzoot saja
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Mereka berdua lagi packing baju, bawa baju ganti doang sih sebenernya.

Soalnya Haechan bener bener pengen ketemu sama ayahnya. Yang udah ninggalin dia selama ini.

Segala rasa penasaran menghantui otaknya belakangan ini.

Bener bener gabisa dia pundung lagi. Udah ga kuat pake banget inimah namanya.

.
.
.

.
.
.

Mark sebelum nya udah nelfon om om yang bilang kalo dia ayahnya Haechan.

And they want to meet di caffe Soalnya ga gitu jauh dari rumah mark. Dan beruntung nya itu caffe bisa di sewa khusus.

Jadi sepi dan lumayan private.

.
.

"...."

"Haechan.. Maaf.." satu kalimat berhasil keluar dari mulut pria paruh baya di depannya ini.

"Ok.."

"Kamu tidak marah?" pria itu bertanya.

"Saya marah, sedih, gelisah, kesal, semuanya kalah dengan rasa rindu saya..."

Haechan menghela nafas sebelum kembali berbicara.

"Saya juga banyak pertanyaan dan keluh kesal, saya mau ngadu, saya mau marah, saya bingung saya kenapa.."

"Kamu bisa pelan pelan bicarakan ini Haechan, ayah masih disini... Ayah gaakan kabur lagi.."

"Saya mau cerita sama ayah, tapi saya takut, saya bingung, saya gelisah..."

"Ayah akan dengerin semua omongan kamu Haechan.."

"Saya masuk 40% SNMPTN, saya peringkat 1. Apa saya masih bikin ayah malu seperti dulu?"

Pria itu menggelengkan kepalanya, tersenyum sambil mengelus kepala sang buah hati.

Mark diam, dia menahan segala emosinya dan memilih melihat pemandangan ayah bertemu anaknya.

"Ayah tidak pernah malu memiliki kamu, ayah waktu itu malu... Pada diri ayah sendiri.."

"Saya tidak paham.."

"ayah bukan orang tua yang baik, makanya ayah mencari seseorang yang lebih baik untuk kamu.. Butuh waktu bertahun tahun untuk ayah merelakan kamu tapi hingga detik ini ayah tidak pernah rela..."

"Ayah tau? Siapa orang yang merawat saya? Orang seperti apa? Latar belakangnya, dan bahkan bagaimana saya diperlakukan?" Haechan menahan air matanya.

Untung tempat ini sepi.

"Saya diperlakukan buruk, saya mau mengadu kepada siapa pun saya tidak tau.. Bunda.. Hanya bunda yang bisa Haechan ingat.."

"Ayah bahkan tidak ada di samping Haechan ketika semua pikiran buruk itu datang dan menghujani saya dengan perasaan gelisah... Yang hanya bisa diobati dengan menyakiti diri saya sendiri.."

"Saya lelah ayah, saya bahkan tidak bisa tidur dengan nyaman. Setiap bangun rasanya saya sedang tenggelam, setiap memejamkan mata rasanya saya ditimbun tanah..."

"..." pria itu tercengang mendengar aduan sang buah hati. Sungguh kejamnya ia membiarkan anaknya disiksa baik fisik maupun mentalnya.

Ia merasa menyesal, seumur hidupnya pun menyesal menaruh, tidak, membuang anaknya ke panti asuhan dengan alasan ekonomi.

Ayah macam apa dia ini?

"Sekarang ayo tinggal sama ayah.."

"Maaf tuan, tidak bisa!" mark menyela.

"Hei, saya paham kamu kekasihnya, tapi tidak bisa lihatkah anak saya sudah besar? Dan ia baru saja bertemu dengan ayahnya yang mengajaknya pulang?"

"Maaf tapi Haechan masih belum pulih.. Apa ia bisa menerima semua kenyataan dan konsekuensi yang akan terjadi jikalau ia pergi bersama anda tuan?"

Haechan diam berfikir. Sungguh ia ikut gelisah mekikirnya semua ini.

Benar apa yang mark katakan, hatinya belum siap, pikirannya masih kacau dan mentalnya masih down.

Tapi, dia rindu dengan sosok ayahnya. Ia juga ingin memiliki ayah seperti halnya orang lain diluar.

"Biar saya jaga Haechan sampai ia siap dengan dunia barunya.." tegas mark.

Pria itu menghela nafas san tersenyum. "Baik, saya akan mempercayai kamu untuk menjaga anak saya.. Tolong kembalikan saat ia siap.. Saya punya banyak utang kepadanya.."

"Tentu paman, sampai jumpa, kami pulang...".

"Iya silahkan... Jaga anak saya, jangan sampai lalai!"

"Baik.."
.
.
.

.
.

.
.

.
.

.
.

"Kamu bilang apa?"

"Eu--mmm-- eee"

"Hhh, baiklah saya paham, saya juga paham kalau selama ini persaan kamu ke saya hanya palsu.."

"B-bukan begitu maksud saya kak.."

"Selamat tinggal doy.. Saya harap kita bisa ketemu lagi..."

"Pasti bisa dong kak, kita kan gak bakal jauh jauhan... Let's just do what we doin before..."

"No we can't.."

"Why?"

"Cause i just can live for 3 month..."

"What!? Why!??"

"Im sorry for telling you this.. Tumor otak, belum lama, tepatnya seminggu setelah kita jadian.. Saya gamau bilang sama kamu karena pastinya kamu bakal kesian sama saya..."

"..."

"Im glad we end like this.."

"Ka..."

"Time to say good bye... Thanks for everything you give to me... Saya sayang kamu.."

"Kak!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

TBC

.
.
.
.
.

.
.
Teman teman, kayaknya ini waktunya aku bakal bilang, aku mau Hiatus... Kayaknya buat beberapa minggu... Sebentar lagi UN dan beberapa minggu kemudian UTBK, aku gabisa fokus bikin cerita ini.

Sekali lagi maaf.

But aku bakalan sempetin buat ketik ini ceria! I promise!

Vote comment!!!!

RIVAL%- (Musuh Tapi Jadian) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang