OB-7

99.1K 8.3K 312
                                    

Dont be silent readers 👻🙅🏻
Sebelum membaca follow Zaynriz

....

Abrisam's POV

Rasanya jantungku masih deg-deg-an. Tahu apa penyebabnya? Ya! Disuapin Davina.

Aku sudah lama suka sama Davina. Rasanya menyembunyikan perasaan itu memang nggak enak. Apalagi aku harus pura-pura suka sama mantan istriku, Arini. Padahal, aku sudah nggak ada rasa lagi sama dia. Aku cuma mau lihat, apa dengan begitu Davina juga suka sama aku. Soalnya aku tahu, ngambil hatinya itu nggak mudah. Terlebih lagi, dia suka sama Regan.

Jangan tanya, darimana aku tahu. Aku bos, jadi gampang buat nyari tahu. Itu alasannya kenapa aku nggak suka sama Regan. Pengen mecat tapi dia kerjanya bagus. Dan kasihan juga Davina kalau Regan dipecat nanti dia nggak semangat kerjanya.

Kekejamanku selama ini kepada Davina. Bukan kekejaman beneran kok. Sekali lagi, aku minta yang aneh-aneh cuma biar bisa deket sama dia. Ya walaupun kadang dia memang nyebelin banget. Tapi aku tetep sayang kok.

Kalau ditanya, sejak kapan aku mulai sayang sama Davina. Jawabannya, setelah aku cerai sama Arini. Tau kenapa? Dia waktu itu perhatian banget. Ya walaupun aku rasa mungkin karena kasihan lihat aku abis cerai.

Pintu ruanganku diketuk, aku yang semula meletakan kakiku di atas meja. Langsung kuturunkan. Bahaya kalau karyawanku lihat.

"Masuk," kataku.

Alisku terangkat satu saat Senja masuk ke ruanganku. Aku memperhatikan tangannya tapi tidak ada berkas sama sekali.

"Ada apa, Ja?"

"Hmm anu Pak. Saya disuruh Davina buat temani Bapak ketemu Bu Arini," jawab Senja takut-takut. Padahal aku nggak gigit. Tapi, memang sih perkataan Senja itu membuatku terkejut.

"Memangnya Davina kemana?"

"Dia..., dia sakit perut Pak!" jawabnya.

Mataku memincing. Aku rasa dia bohong. Biasanya Davina nggak seperti ini. Jarang-jarang dia nyuruh orang lain buat gantiin pekerjaannya. Tapi, apa bener Davina sakit perut? Kulirik jam tanganku, ya memang sudah menunjukan waktu makan siang sih.

"Sekarang dia di mana?"

"Pulang, Pak."

Ah gagal lagi, padahal niatnya aku mau bikin Davina cemburu. Tapi ya sudah deh. Kalau Davina beneran sakit perut dan nggak bisa nganterin aku. Mending nggak usah sama Senja. "Saya nggak jadi ketemu mantan istri saya. Kamu silakan kembali kerja," putusku.

Senja melongo. Mungkin dia nggak menyangka. "Beneran, Pak?" tanya Senja.

"Iya beneran. Lagian, kalau saya pergi sama kamu nanti mantan istri saya mikir yang enggak-enggak. Kalau sama Davina, mereka udah saling kenal," jelasku.

Senja mengangguk maklum. "Baik Pak. Kalau gitu saya kembali ke ruangan saya, ya," pamit Senja. Kemudian menunduk sopan sebelum kembali ke ruangannya.

Aku menghembuskan napas kecewa. Padahal aku sudah merencanakan semuanya. Tapi ya sudahlah, kasian juga Davina. Kemungkinan dia sakit perut juga gara-gara aku. Apa aku kerumahnya saja ya? Minimal aku bisa lihat dia atau nggak temenin dia di apartemen. Siapa tau dia butuh apa-apa kan. Sekalian aku beliin makanan, deh. Sekarang juga sudah waktunya makan siang.

Setelah merapikan dokumen-dokumen di atas meja. Aku bangkit, meraih ponselku di atas meja dan langsung keluar ruangan menuju apartemen Davina. Eh, tapi sepertinya aku harus beliin dia makanan dulu.

***

Davina's POV

"Loh, lo nggak jadi pergi sama pak Abrisam, Ja?" tanyaku bingung. Senja kok malah balik lagi.

Dia duduk di kursinya. "Iya, nggak jadi. Eh, Reno kemana?" tanyanya setelah melirik kursi Reno.

Dahiku berkerut. Aku mendekati Senja. Sekarang aku beneran kepo. Kok bisa Bosku itu nggak jadi ketemu sama mantan istrinya. "Kok bisa sih, Ja? Dia marah karena bukan gue yang anter?" tanyaku penasaran aku sampai mengabaikan pertanyaannya tentang Reno.

Senja berdecak, menghela napasnya. "Dia bilang, kalau pergi sama gue yang ada nanti Bu Arininya cemburu. Kalau sama lo kan kalian udah saling kenal," jawab Senja.

"Terus, apa dia nanyain gue?"

Senja mengangguk. "Iya, tapi gue bilang lo lagi sakit perut. Keren nggak tuh, alasan gue?" Senja menaik-turunkan alisnya. Dia beralih mengambil beng-beng. Makanan kesukaanku dan makanan kesukaan Senja.

Aku mengambil satu Beng-beng yang di sodorkan olehnya. Kemudian membuka bungkusnya dan menggigitnya kecil. "Bagus deh. Eh, tapi kan gue ada pertemuan sama klien habis makan siang, dan sama pak Abrisam juga. Gimana dong, Ja?" Sekarang aku mulai panik.

Kalau nanti aku ketahuan bohong bagaimana? 

"Ya gampang, lo tinggal bilang kalau lo udah nggak sakit perut," jawab Senja dengan mulut yang penuh makanan.

Ah bener juga. Aku langsung meluk Senja karena terlalu seneng. "Makaciiih," kataku. Senja berusaha melepaskan pelukan kami.

"Main peluk-peluk aja! Oh iya, lo masih harus beliin gue martabak, ya!" sungut Senja.

"Apaan nggak lah. Kan, lo nggak jadi gantiin gue!" kesalku. Enak saja, dia saja nggak jadi gantiin aku. Aku sendiri saja jarang-jarang makan martabak. Ini malah mau beliin orang, dua sekaligus.

"Nggak bisa gitu dong, Dav. Kan lo udah janji!" protesnya.

Aku pasrah. Senja benar. Aku sudah janji sama dia. "Iya, tapi satu ya. Kan lo nggak jadi gantiin gue," ketusku. Akhirnya dia mengangguk dengan terpaksa.

Karena kerjaanku masih banyak dan harus selesai hari ini jadi aku kembali duduk di kursiku. Padahal ini sudah waktunya makan siang tapi apa boleh buat aku nggak bisa meninggalkan pekerjaanku. Beng-beng satu tadi juga sudah cukup buat mengganjal perutku.

"Eh, Dav. Lo tadi di suruh nyupain pak Abrisam, ya?" tebak Senja. Seketika itu membuatku menoleh dan melotot sempurna.

"Dari mana lo tau?!" tanyaku takut-takut.

"Muka santai aja, Mbak!" tegurnya. Ah pasti mukaku tegang banget.

"Mas Regan yang bilang," jawabnya dengan centil. Untung saja Senja ini cantik, kalau wajahnya nggak sesuai dengan kelakuannya sudah aku sentil hidungnya.

"Mas Regan bilang gitu ke lo?!"

Senja mengangguk. "Dia penasaran, dia pikir lo punya hubungan khusus sama pak Abrisam."

"Terus lo jawab apa?!"

"Gue jawab, mungkin punya Mas."

Jawaban Senja itu membuatku geram dan langsung mendekati dia. "Kurang ajar lo, Ja! Lo nggak sehat banget cara bersaingnya!" kesalku.

Dia malah terkekeh. Memangnya apanya yang lucu hah?!!! Frustasi aku karena Senja ini. Harusnya dia jodohnya sama pak Abrisam. Sifatnya sama banget. Terus ini bagaimana? Mas Regan taunya aku punya hubungan sama pak Abrisam. Hilang sudah kesempatanku buat dekat sama laki-laki kalem itu.

...

Yuk, tinggalkan vote dan komentar kalian untuk cerita ini. Supaya ceritanya teeerus berlanjut💃🏻

Jangan lupa follow saya Zaynriz
Ig :rizkamursinta31

Jangan lupa add ke reading list kalian yak, hehe
Tunggu part selanjutnya, oke!

Bantu aku untuk share cerita ini juga ya!

Best regards

Zaynriz

Oke, Bos! (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang