Rumah Melan
Tok...tok..tok..
"Permisi, Melan.."
"Eh non Sofa. Ayo masuk non"
"Non Melan ada dikamarnya. Dari kemarin belum keluar kamar."
"Melan, aku Sofa. Buka dong pintunya"
"Melan.." Sofa membuka pintu. Ternyata tidak dikunci. Lalu Sofa bergegas masuk. Ia terkejut melihat Melan sudah memegang pecahan gelas dan menempelkannya ditangan.
"Melan!!!" Sofa berlari dan menghentikan Melan. Tapi tangan Melan sudah terlanjur tergores. Sofa merebut beling itu dan memeluk Melan. Melan menangis.
"Kamu kenapa begini. Melan.. sadar!" Melan tak sadarkan diri.
"Melan!! Bii... Bibi.."
.
.
Rumah SakitMelan sedang ditangi dokter. Sofa menghubungi kedua orang tua Melan.
Drtt....drtt...
Sofa melihat ponsel Melan. Tertera nama Aldi disana.
"Hallo"
"Melan?"
"Kak, aku Sofa. Melan..."
"Kenapa? Ada apa dengan Melan?"
"Sebaiknya kakak ke Rumah Sakit. Nanti aku kirim alamatya"
Tutt....tut..
Tak lama, Aldi sudah sampai di Rumah Sakit.
"Sofa"
"Kak Aldi"
"Melan, bagaimana keadaannya? Kenapa dia bisa begini?"
"Kata dokter dia hanya stress. Dia tadi mencoba bunuh diri. Untung lukanya tidak dalam"
"Mencoba bunuh diri?!"
"Iya. Ini semua gara-gara cowok itu. Seharusnya dia lepasin Melan saja. Kasihan Melan. Oh ya aku mau bayar administrasi dulu."
Aldi mengangguk.
Nyut...
Saat hendak masuk, tiba-tiba kepalanya terasa pusing.
Please, sebantar aja. Aku mau menemaninya.
Ia menarik napas dan menghembuskannya. Perlahan rasa sakit itu mulai mereda. Lalu ia masuk. Melan masih tak sadarkan diri. Ia manarik kursi lalu duduk disamping Melan. Diraihnya tangan Melan.
"Melan, bangun ."
"Kenapa kamu lakuin ini?"
Perlahan Melan membuka matanya.
"Melan..."
"Kak Aldi" dengan suara lemah. Ditariknya kembali tangannya yang diganggam Aldi. Lalu ia memalingkan wajahnya.
"Kenapa kamu lakuin ini Melan?" Melan diam.
"Melan jawab aku!"
"Aku minta Kak Aldi pergi dari sini"
"Kenapa?" Melan terdiam.
"Kenapa Melan?"
Dengan mata berkaca-kaca, ia berbalik dan menatap Aldi.
"Gara-gara Kak Aldi, Haris marah sama aku. Dia sudah tidak bisa dihubungi. Semuanya sudah berakhir" isak Melan.
"Jadi cowok itu yang buat kamu mau bunuh diri?! Melan (menggenggam tangan Melan namun Melan menepisnya)" Aldi menghela napas.
"Apa kamu tahu? Diluar sana ada banyak orang yang berjuang untuk bisa hidup. Sedangkan kamu malah menyia-nyiakan hidup kamu hanya karena lelaki itu. Melan, aku harap kamu tidak melakukannya lagi. Coba lihatlah orang yang selalu ada buat kamu, orang yang setiap saat mengkhawatirkan kamu. Aku harap kamu sadar itu." Aldi lalu keluar meninggalkan Melan.
Ia berpapasan dengan Sofa, namun tak menggubris Sofa.
"Loh Kak Aldi..."
"Kenapa dengan kalian? Kak Aldi kok terlihat marah gitu"
"Bukan apa-apa" Melan memunggungi Sofa.
.
.
Cafe"Selamat datang kak Icha" sapa Fadhli yang baru saja selesai berganti pakaian.
"Ck apaan sih lo"
"Jangan gitu, kamu itu junior aku disini."
"(Senyum) iya kakak senior."
"(Terkekeh) akhirnya ada temen kampus juga kerja disini."
"Temen? Sejak kapan kita temenan?"
"Iya juga sih. Mulai hari ini kita temenan."
"Apaan sih."
"Kalau boleh tahu, Kak Aldi itu orangnya seperti apa?
"Dia..."
"Kak, bentar..."
Fadhli lalu berlari keluar Cafe.
"Lah, kenapa tuh anak"
.
.
"Haris!!" Fadhli mencengkrang orang itu."Gue bukan Haris" orang itu meronta.
Bug!!
Satu pukulan mendarat diwajah Fadhli.
...
"Eh, tuh anak kok malah berantem." Kata Icha
.
Fadhli kembali meraih orang itu. Lalu memukul orang itu."Gue tahu lo Haris. Jangan pura-pura gak kenal. Lo berani-beraninya bohongin Melan. Tega ya lo sama dia, dia itu cinta banget sama lo. Lo malah..." Fadhli mencengkram kerah laki-laki yang disebutnya Haris itu.
"Itu bukan urusan lo! Lagian dia juga sudah punya yang lain"
"Maksud lo apa?! Dia itu selalu nunggu kabar dari lo! (Menghela napas kasar) sekarang, lo temuin dia"
Fadhli menyeret paksa orang itu menuju mobilnya. Orang itu meronta."Lepasin gue! Belum saatnya!"
"Belum saatnya apa?! Sekarang lebih baik."
Icha berlari keluar namun, mobil Fadhli sudah melaju.
"Lo mau kemana? Ini gue sendirian?"
.
.
Rumah Melan."Lepasin gue"
"Lo harus minta maaf sama Melan sekarang"
"Gue bilang belum siap!"
Tokk...tok...
"Lepasin gue Dhli.. please. Gue hanya butuh waktu buat jelasin semua sama Melan"
"Mau sampai kapan heh?!! Melan sudah cukup menderita gara-gara lo!"
"Ada apa ini?"
Bersambung...

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Datang Terlambat (Tamat)
Teen FictionAku telah menyia-nyiakan orang yang sangat mencintaiku dan lebih memilih orang lain yang telah membohongiku.. Tapi, pada akhirnya aku menyesal setelah kepergiannya.