16. Berdamai dengan diri sendiri

2.9K 382 38
                                    

Dari : lama cinta sama lo
Untuk : itu terima lah gue ini, Yas 😭

Terimakasih lo udah tersenyum pagi ini, semoga calon anak gue selalu sehat dan bahagia dalam perut ibunya❤️

FYI bunga ini gue beli, bukan metik.

Benar memang, Yasmin sudah tersenyum baru membaca dua baris pertama tulisan tangan super rapi itu.

"Dasar laki-laki gak waras."

Tidak bisa dia pungkiri, Nizam datang sebagai penawar dari dahaganya. Entah bagaimana laki-laki itu bisa hadir dan menunjukkan cinta pada Yasmin, tidak ada pendekatan seperti apa yang dia lakukan dengan banyak laki-laki sebelumya, tiba-tiba Nizam mengajaknya untuk menikah, yang awalnya Yasmin pikir sebagai candaan sekarang Nizam mulai membuktikan keseriusannya dengan bicara langsung pada Danar, meski menurut Yasmin itu gila, tapi tetap saja sebagai perempuan dia merasa tersanjung dengan sikap Nizam.

"Lo ngapain masih pagi udah senyum-senyum aja?" Tanya Mentari yang membuat Yasmin gelagapan, dia tidak menyadari kapan sahabatnya itu masuk.

"Lo kok tumben pagi-pagi udah di sini?"

"Emangnya gak boleh?"

Tidak ada jawaban, mereka hanya saling tanya hingga Yasmin memanyunkan bibir nya.

Mentari masih penasaran penyebab dari senyum Yasmin, dia menarik kertas yang di pegang Yasmin.

"Dari siapa nih?"

"Kepo! Sini balikin." Yasmin merampas kembali kertas miliknya.

"Pasti dari si Nizam, siapa lagi..."

"Enak aja, lo lupa fans gue banyak?"

"Pertama, lo gak pernah senyum seimut itu waktu baca chat atau apapun dari semua laki-laki yang coba ngedeketin lo. Kedua, mereka semua gak ada yang tau lo di sini selain Nizam atau ... Alfan?"

Tubuh Yasmin menegang mendengar nama itu di sebut, Mentari menyadari kesalahan besar yang dia lakukan.

"Eh bentar deh, itu beneran dari Nizam? Trus lo bisa senyum-senyum gitu? Kemaren lo coba belain dia di depan Mas Danar? Wait, apa yang gak gue tau tentang lo?" Mentari mencoba. Mengalihkan perhatian Yasmin.

"Apaan sih, Tar. Eh, gue jadi pulang hari ini kan?" Yasmin mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Tunggu pagi ini dokter visit. Lo suka sama Nizam?" Cecar Mentari tidak ingin berganti topik.

"Enggak!" Bantah Yasmin.

"Tapi gue perhatiin lo beda banget sama dia."

"Biasa aja, karna dia lucu orangnya jadi suka bikin gue ketawa. Selain lo ya gak ada yang bisa bikin gue sebahagia itu."

"Iya, gue juga ngerasa dia baik banget, hebatnya lagi dia dan keluarganya bisa terima kondisi lo sekarang. Gue udah cari tau tentang dia dan keluarganya. Dia mahasiswa S2 psikologi lagi nyusun tesis hampir wisuda, aktif organisasi Islam, guru tahfidz di pondok Al Fattah tapi lagi off beberapa bulan ini karna penelitian, anak tunggal. Ayahnya punya ternak bebek dan usaha telor asin cukup besar, pegawai di pengadilan agama juga, ayahnya salah satu imam tetap di masjid dekat rumah mereka. Ibunya ibu rumah tangga yang baik, punya hubungan baik dengan lingkungan sekitar, aktif di majelis taklim, dan terkenal suka berbagi, tapi agak cerewet. Intinya mereka adalah keluarga yang agamis." Jelas Mentari sangat panjang tentang keluarga Nizam sampai membuat Yasmin tercengang.

Yasmin [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang