" Chapter 49"

639 77 17
                                    

Mendengar curahan Sehun, Sejeong tersentuh. Lagi-lagi di goyah dengan perkataan manis Sehun. Namun dia juga merasa aneh dengan percakapan mereka, dimana Sehun bisa se'enteng itu mengatakan pada ayahnya tentang asal kata sandinya, kecuali ayahnya tahu hubungan Sehun dan Sejeong sebelumnya.

"Apa Eomma masih marah padaku? Karena keputusan dari Agensiku kemarin?" Tanya Sehun yang menanyakan kabar Ibunya.

"Dia baik-baik saja, kau tak perlu memikirkan hal itu. Kau sudah makan?" Tanya Ayah Sehun yang beranjak dari kursinya menuju tempat Sejeong.

"Aku tak lapar..." Racau Sehun bergelayutan di meja.

"Kenapa Ayah selalu membawakan ku makanan euh? Aku sengaja mengosongkan kulkas ku agar saat aku benar-benar kelaparan dan tak ada makanan, aku memiliki alasan untuk meminta makanan pada penghuni Unit sebelah" Celoteh Sehun.

"Ck, bukannya berterima kasih. Kau selalu menceramahi Ayah! Kau pikir unit sebelah akan memberimu makanan euh?" Oceh Ayah Sehun.

"Tentu saja!" Sahut Sehun percaya diri.

Ayah Sehun merendahkan pandangannya untuk menatap Sejeong yang juga menatapnya penuh harap, tatapan Sejeong mengisyaratkan bahwa dia tak ingin Sehun tahu kalau sekarang ada dirinya di sini.

Ayah Sehun mengangguk mengerti, padahal ini semua adalah rencananya. Semenjak acara talkshow yang di tonton olehnya, dia semakin yakin bahwa wanita yang di cintai putranya bukanlah Lisa tapi Kim Sejeong.

"Aku akan mengalihkan perhatian Sehun, kau mengendap-endaplah keluar..." Bisik Ayah Sehun.

Sejeong mengangguk mengerti, dan mengusir vivi agar tak mengikutinya.

"Vivi-ah, Odiga?" Sehun berteriak mencari vivi.

Guk...guk...guk...

Vivi mengonggong tepat di belakang Sejeong yang berjalan pelan-pelan untuk mengambil mantelnya yang dia taruh di atas sofa ruang tamu.

"Hya..." Umpat Sejeong pelan pada vivi.

"Sejeong'ssi?" Suara Sehun memanggil namanya

Sejeong sedikit terkejut, dan terjatuh begitu saja ketika membalikan badannya dia mendapati Sehun kini berdiri 2 meter darinya.

"Kamcagi..." Umpatnya.

Dia segera berdiri dan mundur Sejauh mungkin dari Sehun yang malah menatap Sejeong dengan tatapan tak percaya jika dia melihat Sejeong di depannya sekarang.

"Paman, sepertinya aku tak bisa menemanimu minum kopi" sahut Sejeong.

"Ah itu, terimakasih karena membantu paman! Lain kali, kau harus menemani paman minum kopi" tutur Ayah Sehun seadanya.

Sejeong segera memakai mantelnya, dan terus saja menjaga jarak dari Sehun. Namja itu terus mengikutinya, tanpa mengeluarkan sepatah katapun dia hanya menatap Sejeong seperti sebuah lukisan panorama.

"Sebaiknya aku pergi..." Sejeong sudah hampir memegang gagang pintu tetapi Sehun langsung menarik tangannya sehingga tubuhnya terpental ke arahnya, tentu saja Sehun langsung menangkapnya.

"Ayah mengantuk, Aku akan tidur di kamarmu. Kalian berdua jangan berisik" Sahut Ayah Sehun yang terang-terangan menggoda mereka berdua dan memberikan ruang dan waktu untuk Sehun dan Sejeong.

"Hya, Le...lepasin ngk?" Ronta Sejeong dalam pelukan Sehun.

"7 hari..." Bisik Sehun tepat wajah Sejeong.

"Sudah 7 hari aku merindukanmu seperti orang gila..." dia menempelkan keningnya di kening Sejeong membiarkan Nafasnya menyatu dengan deru Nafas Sejeong yang kini tak beraturan.

"My Oppa is An Idol" (The End)✓Onde histórias criam vida. Descubra agora