O1

52 4 2
                                    

"Aruna bantu ya, Bu." Gadis bersurai hitam panjang dengan tubuh mungil yang menyebut nama dirinya sendiri itu ikut berjongkok, membantu mengambil buku-buku yang berserakan dilantai.

"Wah, terimakasih, Aruna." Wanita separuh baya bernama Risti itu mendongakkan kepala dan mengulas senyum. "Saya tadi sedang buru-buru, untung kamu disini, jadi saya sekalian mau minta tolong sama kamu, deh." Keduanya kemudian berdiri.

Aruna diam, mendengarkan.

Tak lama, Bu Risti memberikan sepenuhnya tumpukan buku tersebut pada Aruna. Gadis itu sedikit terbelalak.

"Tolong bawa semua buku itu ke kelas XII IPS 3, ya. Ada barang yang ketinggalan diruang guru, saya harus ambil dulu. Sekali lagi ibu minta tolong banget ya, Aruna, maaf merepotkan."

Sekarang matanya sukses terbelalak sempurna. Menatap kepergian guru tersebut dengan tatapan nanar. Ia mengerjap, beberapa kali melihat kearah buku yang dipegangnya.

Dengan berat hati, Aruna membawa tumpukan buku itu. Langkahnya sedikit tertatih karena beban tersebut. Ia mendengus kesal. Selekas pergi dari UKS, Aruna malah bertemu dengan guru yang repot mengurusi buku-buku jatuh.

Bukannya tidak ikhlas, tapi.. Ia tidak tau akan diminta tolong untuk hal ini. Mengorbankan jam istirahatnya yang sebentar lagi habis, lalu harus pergi ke kelas senior? Gadis itu tidak tahu harus memasang wajah seperti apa nanti saat tiba dikelas tersebut.

Tapi mengingat kejadian di UKS tadi, pikirannya teralihkan. Itu yang membuat waktu istirahat nya terlewatkan sebagian.

Aruna menghela napas. Gadis itu sampai didepan kelas yang ditujunya.

Selangkah lagi, Ia bisa masuk kedalam kelas tersebut. Keadaan ramai dan pintu terbuka, Aruna semakin gugup.

"Eh? Lagi cari siapa?" Aruna berjengit kaget. Orang itu tiba-tiba saja muncul dihadapannya.

Matanya melirik ke segala arah. "A-anu... Aku Aruna, diminta Bu Risti buat simpen buku ini, d-dikelas kakak," ujarnya terbata-bata.

Yang didepannya menangguk. "Gue Keyna, biar gue bantu ya. Ayo masuk." Perempuan yang bernama Keyna mengambil sebagian tumpukan yang dibawa Aruna. Berjalan lebih dulu kedalam kelas diikuti Aruna yang jujur saja sangat gugup.

Bersyukur dalam hati, Aruna sangat membutuhkan momen seperti ini.

"Eits.. Degem dari mana nih woi?!" Buru-buru Aruna menaruh buku tersebut diatas meja guru, tanpa menjawab pertanyaan tersebut.

Otomatis siswa-siswi lain yang sedang sibuk sendiri, pun langsung menengok pada objek didepan kelas.

"Adek kelas, bukan? Ya Allah maniezt banget, adekkk. cimit-cimit gitu, kiw!" Sumber suaranya di pojok belakang. Aruna melihatnya sekilas. Tidak sedikit wajah-wajah tengil itu menatapnya.

Gadis itu merasa risih sekarang!

"Adek gemes, dari kelas berapa, sayang?" Mendengar pertanyaan itu terlontar, semuanya sontak meneriaki si penanya.

Aruna mengabaikan, Ia berbalik ingin keluar kelas.

"Jangan buru-buru dong, belum dijawab nih pertanyaan kakanda,"

"Gayanya kakanda-kakanda. Kandang hayam, mereun, ah."

Gadis itu menghela napas. "Dari kelas XI IPA 5, kak."

Keyna yang melihat Aruna terus menunduk, langsung angkat bicara, "ada yang nanya lagi, gue babuk muka lo ya, anjrit. Kesian anak orang lo pada godain mulu, kurang belaian apa gimana?"

Terdengar gelakan tawa dikelas itu.

"Tau nih, Beben. Ketauan kurang kasih sayang ya lo!"

Aruna tersenyum tipis. Mengucapkan kata 'terimakasih' pada Keyna tanpa mengeluarkan suara. Keyna mengangguk.

Sweet HellWhere stories live. Discover now