O3

8 2 0
                                    

Alis Razen terangkat sebelah. "Ngapain kesini? Salah server?" Tanyanya.

Aruna melipat bibirnya menahan tawa. Razen yang kaku kenyataannya masih bisa mengeluarkan kerecehan, walaupun garing.

Gadis itu menggeleng dan berkata, "mau ketemu kakak. Ini, maaf Aku kelupaan kasih jaket Kakak, jadinya kegacul,"

"Gacul?" Razen mengernyit.

"Badog,"

"Badog apa lagi?" Tanya Razen gusar.

Aruna tertawa kaku. Menggaruk kepalanya, bingung atas apa yang Ia ucapkan sendiri. Dalam hati Ia mengutuki diri karena kebiasaannya tidak sengaja berbicara sunda kasar.

"Maksudnya.. Aku bawa jaket kakak ga bilang-bilang," Aruna menyodorkan tote bag itu.

Razen menerimanya. "Bahasa darimana coba?"

"Gara-gara Regan! Aku jadi ketularan ngomong sunda," Keluh Aruna sambil manyun.

"Siapa Regan?" Cowok itu bertanya cepat.

"Temen kelas aku,"

"Kalo jadinya gak bagus buat kamu, jauhin. Udah gede pasti ngerti." Ucapan Razen membuat Aruna mendelik padanya.

Aruna jadi malu sendiri, sekaligus kesal dengan Razen yang ngomongnya bikin orang langsung batin, jutek, galak juga.

"Serah kakak!" Kata Aruna gondok. Detik berikutnya Razen berbalik, pergi kedalam kelasnya.

"Iya sama-sama!" Lanjut gadis itu berteriak kesal.

***

"ARUN!"

"ARUN JERAM!"

Aruna menengok mendengar panggilan kedua yang nyeleneh. "Berisik, kingkong!" Kesalnya.

Masih kesal mengingat pembicaraannya dengan Razen. Bahasanya jadi amburadul, gara-gara virus sunda Regan.

Regan menyengir. Berlari kecil menghampiri Aruna yang baru saja ingin masuk kedalam kelas.

"Maneh ngeliat si Jona, ga?" Tanya Regan.

Aruna mengangkat bahu. "Ya mana aku tau! Ga liat aku baru dateng?!" Aruna terlanjur kesal bertemu cowok sunda yang ada dihadapannya ini.

"Wess.. santuy atuh, neng. Aing teh mau bayar utang ke si Jona. Kemaren ditalangin beli bala-bala di Ibu Kantin," Kata Regan menjelaskan.

"Miskin, sih," Cibir Aruna sambil meletakan tas nya diatas meja.

"Sembarangan! Bukan miskin, lagi kere aja!" Regan mengerucutkan bibirnya. Ikut duduk disebelah cewek itu.

"Woi, Gan!" Ardian menyeru. Regan menoleh.

"Ke kantin, buru! Pangeran laper!" Ujar cowok itu pede. Ardian tertawa kecil melihat perubahan raut wajah Regan dan Aruna menjadi masam.

"Kalo ketemu Jona, kasih tau yang tadi ya, mau ngantin dulu nih Aa," Regan berbicara dengan alisnya yang terangkat. Merasa sok ganteng.

Aruna melotot, tanda melarang. "Bentar lagi bel masuk!"

"Miss Ley, mah, gampang!" Ucap cowok itu. Tangan Regan menepuk kepala Aruna sebelum benar-benar pergi dengan Ardian.

Gadis itu membuang napas.

"Bejakeun ka Miss Ley. Biarin Regan, mah, emang badung!" Ardian menyeletuk keras. Langsung saja Regan memberi hadiah pukulan dikepalanya.

***

Sweet HellWhere stories live. Discover now