Part 12

139 25 1
                                    

Siapa dulu Sosok Pangeran kecilku yang entah dimana.

---

"Assalamualaikum," salam Laura ketika memasuki pintu utama membuat manusia-manusia yang sedang sibuk bercerita itu menoleh ke sumber suara.

Dilihatnya sang gadis dengan gamis melekat ditubuhnya, khimar panjang sebagai penutup rambutnya, terlihat cantik. Dan yah natural. Sangat natural.

"Waalaikumussalam," jawab mereka yang berada disana. Kecuali sang lelaki yang sama sekali tidak melihatnya sedari tadi.

Siapa dia? Batin Laura.

"Eh, sini duduk sayang," pinta Tiara menepuk sofa di sampingnya yang kosong.

Laura berjalan kesamping sang bunda. Duduk tepat di samping Tiara, bunda tercinta.

"Namanya Laura ya?" tanya seorang wanita paruh baya di hadapannya.

"Iya tante," jawabnya dengan seunggingan senyuman.

"Cantik yah," puji-nya dengan menyenggol lengan sang putra-nya yang sedang berada di sampingnya.

Merasa terusik dengan sang mama, cowok itu pun mengangkat dagunya, melihat siapa wanita yang membuat mamanya ini sampai menyenggolnya.

Laura? Cowok itu membatin.

Tatapannya tidak teralihkan sama sekali. Dilihatnya Laura dengan penampilan yang natural namun nampak cantik dimatanya.

Yap, Laura cantik.

Laura merasa risih ditatap terus. Ia pun berniat meminta izin untuk masuk kekamarnya.

Selain menghindari tatapan cowok itu yang entah siapa, ia juga merasa dirinya butuh istirahat.

Yah, melelahkan.

"Bun, Yah, aku izin kekamar dulu yah. Pen istirahat," izinnya yang diangguki langsung oleh sang bunda dan ayah.

"Om, tante, maaf yah," ucapnya tak enak karena ia harus meninggalkan tamu yang datang dirumahnya ini.

"Iya ga papa," ucap wanita paruh baya itu dengan seuntai senyuman.

Merasa dirinya diberi izin, Laura pun segera berjalan kekamarnya.

---

"Dia siapa ya? Kok lihat aku terus tadi. Aneh deh," tanya-nya kepada dirinya sendiri.

Laura pun segera berjalan ke kamar mandi. Membersihkan tubuhnya yang terasa lengket. Mencairkan fikirannya. Menyegarkan tubuhnya.

Setelah berkutik di kamar mandi selama 30 menit, memakai pakaian selama 10 menit, ia pun segera berjalan menuju cermin besar yang memang sengaja ia taruh tepat dekat gorden kamarnya.

Dilihatnya tubuh mungilnya tanpa hijab. Rambutnya ia biarkan tergerai begitu saja.

Seuntai senyuman menghiasi bibir mungilnya. Nampak merah, tanpa polesan liptint.

Ia suka natural.

Perlu dicatat, Laura suka yang berbau natural!

Merasa puas melihat dirinya sendiri dicermin, ia pun segera berjalan kekasur.

Merebahkan tubuhnya. Menatap dinding kamarnya. Dilihatnya foto dirinya dengan sahabat kecilnya.

"Kamu di mana sih? Laura kangen sama Angga," ucapnya dengan tak mengalihkan tatapannya dari foto yang terpajang di dinding kamarnya.

Foto dua anak seusia 5 tahunan. Perempuan kecil dengan jilbab biru menghiasi kepalanya. Disampingnya berdiri seorang anak lelaki dengan baju kemeja biru melekat ditubuhnya pula. Senyuman nampak mengukir wajah mereka berdua.

Tinggi yang berbeda. Dilihatnya anak lelaki yang nampak lebih tinggi sedikit di banding Laura.

Setetes air mata keluar membasahi pipi mungilnya. Mengingat sahabat lelaki-nya di waktu kecil. Sosok yang selalu ada disampingnya.

Devangga Putra.

Pangeran-nya Laura. Pangeran pelindung Laura.

Sosok Pangeran yang selalu nampak dingin dan kaku di hadapan Laura, dan dihadapan semua orang. Hanya satu foto yang berhasil menampakkan sebuah senyuman dibibir tipis milik Angga.

"Laura kangen sama coklat yang Angga selalu kasih ke Laura,"

"Laura pengen Angga ada di samping Laura,"

"Laura kangen sama Angga,"

"Angga yang selalu nemanin Laura,"

"Angga yang selalu turutin permintaan Laura, meskipun sebelum di kabulin.. Angga marah-marah dulu,"

"Laura kangen usapan lembut-nya Angga,"

"Laura kangen Angga marah-marah sama Laura,"

"Laura kangen semuanyaaaaaa,"

"Laura kangen pangeran pelindung kecilku,"

Laura mengeluarkan semua yang ada di dalam hatinya. Meluapkan segala sesak yang menjanggal di ulu hatinya.

Ia merindukan sosok hangat itu. Sosok yang selalu mengusap lembut pipinya jika ada bulir air mata dipipi mungil itu.

---

Laura terbangun tepat pukul 05:00 WIB. Yap, ia tidak menunaikan kewajibannya karena hal tertentu.

Dilihatnya bantal yang ia tiduri tadi basah padahal AC juga aktif.

"Apa aku menangis terus ketiduran?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Mengalihkan tatapannya. Dilihatnya kembali foto beberapa tahun yang lalu.

"Angga, semoga kamu baik-baik aja yah dimanapun kamu berada," ucapnya dengan nada serak.

Dadanya begitu sesak. Ia ingin menangis namun ia tahan.

"Laura, kamu gak boleh nangis. Kalau kamu nangis, Angga bakal sedih juga,"

"Eh satu lagi, jangan lupa tersenyum dengan apapun itu. Sebesar apapun masalah yang kamu alami, jangan lupa untuk berdoa dan tersenyum,"

"Suatu saat kalau Angga gak ada di samping Laura, Laura jangan sedih yah. Karena sebenarnya Angga itu selalu ada di samping Laura, selalu lihat Laura, meskipun Laura tidak melihat Angga,"

"Angga bakal awasin Laura kok. Angga bakal jaga Laura. Meskipun dengan jarak yang entah berapa jauh,"

"Tetap jaga diri. Jangan takut sama hal yang apapun itu,"

Laura menarik napas dalam kemudian menghembuskannya berat. Ia mendesah pelan. Menghilangkan sesak yang ada di dalam dadanya.

Ia harus tetap tersenyum apapun hal yang menimpanya. Ia selalu akan tersenyum. Membuktikan bahwa dirinya selalu baik-baik saja sesuai permintaan Angga, pangeran kecilnya.

782 words. Nice to meet u, see u in the next chapter.-

Assalamualaikum HumairahKuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang