Rythem (1)

164 32 5
                                    

Sakura menghela nafas, hal pertama yamg tertangkap di pandangannya adalah langit-langit putih. Ia baru ingat ini baru lewat satu hari sejak ia masuk ke rumah sakit, diperintahkan untuk bedrest total padahal ia merasa segar bugar. Tapi mau bagaimana lagi, ia tak ingin membuat Ibunya khawatir.

Sakura menghela nafas kecil, beberapa rekan dan temannya datang berkunjung sekedar memastikan kondisi gadis itu baik-baik saja.

"Kau benar-benar tak terlihat seperti orang sakit ya," celetuk Ino ketika meletakkan buah tangannya di samping ranjang. Sakura tersenyum kikuk.

"Ya, begitulah, tapi aku tak bisa keluar rumah sakit sampai hasil lab keluar." Jawabnya seadanya. Ino tersenyum.

"Yah, aku berharap kau segera membaik. Cafe selalu sepi tanpamu, apalagi semenjak kau tak kelihatan, si Pangeran Cheese Cake-mu itu juga tidak berkunjung seolah dia memiliki telepati denganmu." Kekehnya.

"Eh itu..."

Ucapannya terpotong ketika seseorang mengetuk pintu, Ino bergegas untuk membuka pintu kamar dan tersenyum penuh arti ketika menangkap sosok dengan surai mencuat itu.

"Oh~."

Sakura menepuk keningnya kecil, "ah hai?"

"Kelihatannya keadaanmu sudah membaik?" Sapa Sasuke seraya meletakkan beberapa onigiri yang ia bawa di dalam sebuah kantong plastik.

"Ya, begitulah." Jawab Sakura sekenanya, Ino kemudian keluar dengan dalih ingin ke toilet.

"Kau jadi datang setiap hari ya?" Celetuk Sakura dengan kekehan kecil. Sasuke berdecak.

"Ah, aku hanya memastikan kau baik-baik saja. Lagipula tidak salah kan mengunjungi teman SD-ku?" Sahutnya.

"Oh ya, kau sekarang kuliah di Univ A bukan?"

"Ya, aku masuk ke sana karena paling dekat dengan rumah." Jawab Sakura. "Kau sendiri?"

"Aku sedang cuti, karena harus menghandle bisnis keluarga. Akhir-akhir ini keuangan kami bermasalah dan sebagai anak tak ada salahnya untuk ikut terjun membantu kesusahan orang tua." Jawab Sasuke. "Aku juga kuliah di Univ A, tapi sepertinya kita beda fakultas."

"Ah, kalau kau cuti berarti tahun depan aku akan menjadi kakak kelasmu dong?" Kikik Sakura. Sasuke menyeringai remeh.

"Ah tidak juga, kita akan seangkatan karena aku masuk kuliah lebih cepat." Elak Sasuke. "Aku masuk jurusan ekonomi, bagaimana dengan kau?"

"Ah, aku jurusan manajemen." Jawab Sakura. "Ternyata memang beda fakultas, tapi kalau tak salah gedung fakultas kita tidak jauh."

"Ah ya, nanti jika aku sudah kembali kuliah, kita akan sering bertemu." Tukas Sasuke.

Sakura mengangguk, obrolan mereka berlanjut hingga Ino kembali. Sasuke memutuskan untuk pulang dan membiarkan dua gadis itu. Lagipula ia tak bisa berlama-lama berada di sana.

"Wah, kalian akrab sekali." Goda Ino. Sakura mengibaskan tangannya.

"Dia teman SD-ku, lagipula jangan lagi berpikir aneh-aneh." Cetusnya.

"Aku tak berpikir apapun." Kilah Ino, namun senyum jahil masih nampak di wajahnya. Sakura berdecak.

"Huh, aku tidak hanya mengenalmu sati dua hari Ino." Ujar Sakura sebal, namun akhirnya ia mengalah. "Baiklah, jadi bagaimana keadaan cafe, aku ingin segera kembali ke sana."

"Semua aman terkendali, walau beberapa orang bertanya kenapa cheese cake yang sekarang kurang enak." Ujar Ino. "Walau sudah membuat duplikatnya, tapi tentu saja tetap tak bisa mengalahkan pembuat aslinya."

Solitude Were We AloneWhere stories live. Discover now