Benci

141 41 34
                                    

Tiara benci jatuh cinta, tetapi pemuda bernama Hwang Hyunjin lebih benci melihat Tiara yang sedang jatuh cinta. Lihat saja gadis itu! Kurva bibirnya masih betah melengkung ke atas sejak dua jam lalu. Sebuah earphone yang bertengger manis di telinga, serta sesekali anggukan kepala Tiara yang mengikuti irama lagu, membuat Hyunjin pusing bukan kepalang.

"Hei! Kau ini mau belajar apa dengerin musik, hah?"

Oh, sepertinya Hyunjin tak tahan untuk menginterupsi kesibukan Tiara. Andai saja itu dapat disebut kesibukan, sebab seharusnya, perempuan yang duduk di sampingnya ini sudah tenggelam dalam lautan teori-teori demi ujiannya. Namun, kenyataannya, buku-buku yang minimal bertebal lima senti itu hanya menganggur⸺teronggok di pinggir meja.

"Sebentar lagi kau ujian, bodoh!"

Ah, bahkan Hyunjin mulai mengumpati perempuan yang sudah berstatus sebagai mantan kekasihnya, karena tidak jua menggubris pertanyaannya. Tapi, tebak, apakah perempuan itu menanggapi umpatan Hyunjin? Tentu saja tidak. Sorot mata Tiara sangat lekat pada layar ponsel pintarnya. Sebuah video seorang laki-laki berkulit tan dengan rambut kecoklatan, serta slit eyebrow membuat binar mata Tiara terlihat sangat cerah, bahkan menyaingi terangnya lampu-lampu belajar perpustakaan.

Hyunjin menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Ia sadar betul, sepertinya ia termakan api cemburu.

Kya! Hwang Hyunjin, kenapa kau masih saja cemburu, hah? Batin Hyunjin berusaha menyadarkan diri. Namun, harus ia akui bahwa hatinya belum sepenuhnya melepas gadis bernama Tiara di dalam sana.

Pemuda bernama keluarga Hwang itu sebenarnya tidak ingin ikut campur urusan Tiara, tetapi melihat pipi Tiara yang terus saja merona membuat ia gemas sekaligus geram. Ia tidak suka saja mendapati Tiara tersipu malu karena orang lain, terutama Tiara hanya melihat sosok lelaki itu di balik layar ponsel.

Apa dia juga seperti itu ketika jatuh cinta padaku? Sebuah pertanyaan tiba-tiba saja terlintas dalam pikirannya. Deretan gambar-gambar acak Tiara ketika masih menjadi kekasihnya bermunculan. Tawa renyah, senyum malu, dan juga sorot mata  yang hanya tertuju padanya. Tampaknya, Hyunjin sudah merindukannya.

Beberapa saat kemudian, Hyunjin menarik ponsel sekaligus earphone Tiara dengan cepat. Tiara tidak bisa mengantisipasinya sama sekali. Hyunjin menjauhkan benda terkutuk itu dari jangkauan mantan kekasihnya. Sementara, sang pemilik ponsel langsung melotot dan melayangkan tatapan pembunuh padanya.

"Kya! Apa masalahmu, hah?!" Tiara berseru amat lantang.

Bodohnya, Tiara seperti tidak menyadari diri yang sedang berada di tempat paling keramat untuk meninggikan suara⸺perpustakaan. Hanya perlu tiga detik untuk mata elang petugas Jung mengarah pada Tiara dan Hyunjin. 10 detik berikutnya, petugas Jung telah menyeret setan-setan itu keluar dari tempat sucinya.

Tiara mengulum bibirnya rapat-rapat, malah hampir kehilangan bibirnya kalau saja ia tak kesakitan ketika menggigitnya. Kedua tangannya bersilang di depan dada. Ia merasa sebal.

"Kya! Kau ini kenapa, sih? Sudah mengganggu acara belajarku. Sekarang, bikin aku diusir dari perpustakaan! Maumu itu apa?!" Bentak Tiara sekuat-kuatnya, urat-urat pelipisnya tampak bekerja keras.

Tatapan Hyunjin menajam.

"Belajar kau bilang?" Hyunjin bertanya sinis. "Yang tadi kau bilang belajar? Yang benar saja! Buku catatanmu aja tidak tersentuh, apalagi buku-buku perpustakaan, sialan!" Suara Hyunjin ikut meninggi.

Tiara tertohok, urat-urat pelipis Tiara yang tadinya ikut menyembul seketika menghilang. Perkataan Hyunjin memang benar. Tiara akhirnya menurunkan bola mata dan tatapannya melemah.

My Lane 2020Where stories live. Discover now