13. Kerja Kelompok

11K 753 33
                                    

"Bentar ya Sa, gue tunggu go-car nya Qia dulu, baru kita berangkat," ujar Arka sembari melirik Elisa sejenak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bentar ya Sa, gue tunggu go-car nya Qia dulu, baru kita berangkat," ujar Arka sembari melirik Elisa sejenak.

Elisa mengangguk paham, sepertinya keberadaannya sekarang cukup membuat hubungan keduanya sedikit menjauh. Pasalnya daritadi ia mendengar perdebatan antara kedua sejoli tersebut.

"Ayolah Ka, gue pengen ikut," rengek Qia sembari menarik-narik seragam putih Arka.

Arka menghela nafasnya lelah, Kenzie dan Queen memilih untuk pulang terlebih dahulu, begitupun dengan Alden dan Naya, membuatnya sedikit kelimpungan menghadapi sifat Qia yang keras kepala dan tidak mau diatur.

"Gue cuman sebentar doing Qi," ujar Arka.

"Gue janji gak bakal ganggu kalian. Bener deh!" balas Qia berusaha negoisasi dengan keadaannya.

Sekali lagi Arka tetap menggeleng, ia hanya tidak ingin Qia ataupun Elisa merasa terkacangi, apalagi keduanya tidak cukup kenal. Pasti akan canggung sekali nantinya jika Qia ikut.

"Tuh, go-car lo udah sampai!" tunjuk Arka kearah mobil sedan hitam yang berhenti tepat di depan gerbang sekolah.

Qia yang melihat mobil itu menghela nafasnya kecewa, kedua matanya berkaca-kaca, kecewa dengan keadaan, perasaan dan juga dengan Arka.

"Ya udah, gue pulang duluan," pamit Qia lesu dan berjalan kearah luar, tak ingin pak supir itu menunggunya lebih lama.

Sebenarnya Arka tidak tega, namun bagaimana lagi? Nanti ia akan mengajak Qia jalan-jalan, agar gadisnya itu tidak bosan dan kembali ceria.

"Ayo!" ajak Arka sembari berjalan kearah parkiran sepeda motor, diikuti dengan Elisa dibelakangnya. Kemudian keduanya melaju saja ke caffe dekat perumahan elite kediaman Arka.

Setibanya disana, mereka memilih duduk di dekat jendela dan memojok, agar tidak terganggu dengan aktivitas caffe yang sedikit ramai tersebut.

Elisa segera mengeluarkan buku paket dan alat tulisnya, sedangkan Arka mengeluarkan laptopnya untuk bahan presentasi esok hari. Tak lupa, mereka juga sudah memesan beberapa menu ringan.

"Lo dikte, gue yang ngetik, biar lebih cepet," titah Arka dan diangguki oleh Elisa.

"Udah siap?" tanya Elisa sembari membaca halaman buku yang telah ia siapkan.

Arka menatap wajah manis Elisa sejenak, ia baru teringat sesuatu, "Bentar," jawabnya sembari mengeluarkan ponsel berlogo apel dari sakunya.

Tak lama mengotak-atik ponsel itu, ia meletakkan ponsel itu ke meja, dan mengangguk, "Udah,"

"Mm, tadi lo ngapain?" tanya Elisa ragu, pasalnya ia menanyakan sedikit privasi Arka, namun rasa keponya terlalu tinggi.

Kedua alis Arka mengangkat, "Pastiin Qia selamat sampai rumah dengan selamat," jawabnya dengan senyuman tipis, begitupun dengan Elisa, ia takjub dengan sifat Arka yang penyayang dan sabar. Jarang sekali menemukan lelaki seperti Arka.

"Oke, lanjut,"

Selanjutnya mereka sibuk dengan pembahasan materi sebagai bahan topik presentasi mereka. Sampai-sampai makanan mereka datang-pun mereka hiraukan.

Setelah selesai, mereka segera memberesi peralatan sekolahnya masing-masing kedalam tas dan duduk santai, menikmati waktu luang sejenak.

Elisa memilih untuk mulai memakan kentang goreng sembari menatap ke jendela yang menghadapkan lalu lintas saat itu sedikit ramai. Sedangkan Arka, ia meminum ice coffe cappuccino miliknya dengan perlahan.

"Lo sering kesini?" tanya Elisa basa-basi.

Arka mengangguk kecil, "Sering sih, lumayan, deket sama rumah," jawab Arka.

Mendengar itu, Elisa paham, "Pasti lo sama Qia ya?" tebak Elisa.

Lagi, Arka mengangguk, "Iya, gue selalu kesini sama Qia," balasnya.

"Ini pertama kalinya gue kesini sama cewek lain," lanjutnya.

Elisa tersenyum canggung, "Qia pasti beruntung punya lo, karena lo ganteng, sabar, perhatian, pintar, dan banyak lagi,"

Kali ini, Arka menggeleng, "Kebalik. Gue yang bersyukur punya sahabat seperti Qia, dia selalu nerima kekurangan gue, dia juga yang bisa ngontrol emosi gue. Aneh emang, tapi kenyataannya Qia emang benar-benar berharga buat hidup gue," jelas Arka.

"Gue jadi iri sama Qia, gak sih. Lebih tepatnya insecure," Elisa tersenyum kecut, lagi-lagi Arka memamerkan ke-uwu-annya secara tidak langsung.

"Gak usah insecure sesama manusia, kita sama-sama punya kekurangan dan kelebihan masing-masing. Cuma cara menerimanya aja yang beda. Insecure itu sama Tuhan biar gak nanggung-nanggung," Arka terkekeh di akhir kalimat.

"Lo mau insecure? Lihat, diluar sana banyak manusia yang belum bisa lihat wajahnya sendiri. Tapi mereka bersyukur, dengan gitu lo masih mau insecure?"

My Fiance's Secret {NEW VERSION}Where stories live. Discover now