11 || Keluar, Hukum atau Buka?

5K 288 0
                                    

Jangan terlalu berharap, harapanmu akan menjadi semu jika semua itu hanya harapan

***

Saat membuka mata hal pertama yang di lihat adalah langit-langit berwarna putih. Ia menoleh kekiri dan kanan yang rupanya dirinya berada di tengah-tengah linangan darah dan pecahan beling.

Sebentar, untuk apa ia tertidur di kamar mandi? Oh, ayo lah bukannya semalam ia habis bersenang-seneng dengan Miranda, bermain dengan kekerasan dan ucapan sadis milik Miranda.

Lita bangun, gadis itu terduduk di bawah Shower dengan mata terpejam berusaha menggumpulkan tenaga. Lita menoleh memperhatikan tangan kanannya yang banyak sekali bekas darah yang sudah mulai mengering bahkan ada beberapa pecahan beling yang masih menempel di lengannya.

Gadis itu tersenyum. Ia bangkit dan mencoba keluar dari kamar mandi meninggalkan pecahan beling dan juga darah-darah yang ada di lantai kamar mandi begitu saja.

Lita berjalan menghampiri lemari pakaiannya untuk mengambil baju seragam sekolahnya dan di letakan di atas tempat tidur.

Di lihatnya jam sudah menunjukan pukul 05:48 tidak ada waktu untuk ia mandi. Sedikit memberi bedak dan makan permen saja sudah cukup.

Dengan langkah tertatihnya ia berjalan keluar kamar karena mendengar suara salah satu asisten rumah tangga yang bekerja disini. Dan benar, saat ia membuka pintu ada salah satu asisten rumah tangganya yang sedang mengepel lantai.

"Mbak," Lita memanggil dengan pelan.

ART itu menoleh dan menunduk kepada Alita, ia berjalan mendekati anak dari majikannya ini, "Ada apa non?"

"Bisa saya minta tolong bersihkan kamar mandi saya?"

ART itu mengangguk, ia izin pamit turun kebawah untuk mengambil perlengkapan yang ia butuhkan.

Sementara Alita berjalan memasuki kamarnya kembali untuk membersihkan darah yang masih menempel di lengannya. Ia mengambil alkohol dan juga obat merah di dalam laci sebagai obat untuk meredahkan rasa sakitnya.

Saat Lita hendak mengambil kapas ia mendengar suara kutukan pintu, "Masuk aja"

ART tadi masuk dengan membawa sapu, serokan dan juga kantong plastik. Ia menatap ngeri lengan majikannya yang masih mengeluarkan darah segar.

"Maaf non, mau bibi bantuin bersihin lukanya?" tawarnya.

Lita menggeleng dan tersenyum, "Enggak usah mbak. Tolong bersihin kamar mandi aja ya mbak."

ART itu mengangguk, "Baik non" ART itu berjalan ke kamar mandi dan segera melakukan kegiatannya.

Sementara Alita sibuk kembali mengobati lukanya yang cukup banyak. Ada tiga goresan yang berasal dari serpihan beling itu salah satu lukanya terlihat sangat panjang dan dalam mungkin sedikit lagi akan mengenai nadinya.

Lita menatap jengkel lengannya ini, "kenapa ga mati aja si gue!"

Lita dapat memprediksi jika luka ini akan sedikit lama untuk sembuh. Karena ini panjang dan dalam, Alita pun ngeri dengan lukanya sendiri. Tapi tidak apa, setidaknya ia bisa menghabiskan waktu cukup lama dengan Miranda. Jarang sekali ia bertatap wajah dengan maminya dalam waktu cukup lama seperti semalam.

Walau dengan cara yang anti meanstrim.

Sudah selesai dengan tangannya, Alita mengambil obat peredah rasa sakit kepala di laci nakas samping tempat tidur miliknya, ia mengambil satu kapsul lalu meminumnya.

Tidak lupa ia juga mengolesi memar di bagian kirinya dengan minyak gosok. Setidaknya dapat menghilangkan sedikit rasa nyeri di bagian itu.

Sudah selesai dengan semua kegiatannya Alita segera memakai seragamnya ditempat tanpa perduli dengan keberadaan ARTnya.

ARLITA [Selesai] (Terbit) Where stories live. Discover now