5 - Anak Robbert?

185 26 1
                                    

"Bibi Jantje, Mama kapan pulangnya, katanya bakal nelpon rumah?" tanya anak perempuan yang tengah menyisir boneka Barby-nya.

Wajahnya terlihat murung, ia masih memikirkan Mama-nya yang sedang pergi keluar rumah tapi tidak pulang-pulang.

"Shaania sayang, anak cantik. Mungkin Mama-nya sedang sibuk, jadi belum sempat nelpon kita," ucapnya seadanya.

Gadis itu malah membuang boneka Barby-nya ke sembarang arah, "Shaania pokoknya mau sama Mama sekarang Bibi, tolong anterin Shaania ke-Mama!" rengeknya kemudian menarik-narik tangan pengasuhnya sampai di buat kualahan.

"Ta-tapi Bibi Jantje gak tau Mama perginya kemana Shaan," ungkapnya.

"Jangan bohong Bibi, pokoknya anterin Shaania sekarang!"

***

Karel tengah bekerja menghadap komputer diruangan kantor pribadinya. Entah mengapa sampai sekarang ia masih saja mikirkan anak itu, seperti ada sesuatu yang janggal. Ia sampai tidak sadar ada seseorang yang mengetuk pintunya.

Tok tok tok

"Permisi pak,"

"Silakan masuk," pintanya mempersilakan.

"Ini berkas yang harus anda tandatangani, pak. Oh iya, nanti malam jadi meeting?"

"Meeting sepertinya akan saya undur sampai lusa karena saya ada urusan penting," jelasnya sambil menandatangani berkas tersebut.

"Tapi bagaimana dengan Client kita, pak?"

"Saya sudah memberi info kepada mereka tentang penundaan ini,"

"Ya sudah kalau begitu saya permisi dulu."

Belum lama sekretarisnya keluar seseorang sudah memasuki ruanganya tanpa permisi, siapa lagi kalau bukan Frans—rekan kerja yang menjabat sebagai wakilnya di perusahaan ini.

"Siang pak Ketua Direktur," sapanya yang baru saja memasuki ruangan lalu duduk di sofa miliknya.

"Frans kamu--"

"Masalah dengan Dewan direksi perusahaan sudah selesai, Kar. Good job buat data-datanya, semua sempurna," jelas Frans tangannya menepuk pundak Karel.

"Maaf tadi pagi aku tidak bisa bertugas, karena tiba-tiba ada urusan mendadak."

"Tidak masalah, Kar. Lagi pula itu sudah menjadi kewajibanku sebagai wakil kan?" Karel mengangguk paham.

"Eh Kar, kamu sudah dengar berita semalam belum?"tanya Frans tiba-tiba yang menyeruput segelas kopi dari meja Karel.

"Berita apa?"

"Pokoknya bikin heboh wilayah Nord-Hollad, sampai jadi trending topik di televisi," kata Frans.

"Kamu ingat kejadian 13 tahun yang lalu tentang pembunuhan CEO Annora Corp?"tanyanya mengingatkan kejadian itu. Tentu ia tidak akan lupa.

"Semalam tragedi itu kembali terjadi," mendengar hal tersebut membuat mata Karel membelalak.

"Maksudmu keluarga Robbert!?" pekik Karel.

"Iya, Hannah istrinya terbunuh. Dan kasusnya ini tidak jauh beda dengannya, sama seperti dulu tidak ada yang dapat menangkap sang pelaku,"ungkapnya.

Frans yang mengulas kembali kejadian itu membuat Karel terenyuh  merasakan berapa pedihnya keluarga Robbert rekannya dulu yang sangat dekat dengannya.

Memang tragedi itu sampai sekarang masih menjadi misteri tersendiri bagi kota Amsterdam semenjak terbunuhnya Robbert Annora Cheiden seorang CEO Annora Corp, perusahaan tersukses pada masa itu. Siapa sangka tragedi itu terulang kembali dan sekarang istrinya yang menjadi korbannya.

Donker VerledenWhere stories live. Discover now