17 - Jeffrey 'Trap'

82 11 11
                                    

"Bell, mending lo aja yang pegangin keranjang. Gue yang cabut sawi nya."

"Nggak ah gue masih pengen cabutin sawi, lo aja pegang keranjang,"tolak Abell yang masih sibuk melakukan pekerjaannya. Sedangkan Camel sudah menekuk mukanya.

"Gue bisa kok Bell, udah lo mending diem aja biar gue yang kerjain itu."

Abell menghentikan aktivitasnya sejenak,"Pokoknya gue tetep nggak mau Camela!"kukuhnya.

"Tapi gue juga capek, Bell, berdiri mulu sambil bawa keranjang udah mirip patung pancoran!"

"Emang lo nggak jijik, tangan lo bakal bersentuhan dengan tanah? Katanya sayang sama kulit kebanggan lo yang skincarenya mahal, lo rela main bareng cacing-cacing?"tohoknya, Camel menelan salivanya sendiri seraya melirik tangan Abell yang sudah menghitam karena tekstur tanah basah.

Camel menghela napasnya pelan ia tidak boleh terlihat takut, meski yang Abell katakan memang benar ia bahkan tidak berpikir panjang soal hal itu sampai-sampai memaksa ingin melakukan pekerjaan tersebut. Sialan.

Ia tertawa miris sebelum kembali bicara,"Bell, asal lo tau ya, gue nggak pernah ngomong kayak gitu!"

"Oh, nggak pernah ya? Berarti gue yang salah ya?"Abel bertanya-tanya seakan shock dengan ucapan Camel.

Camel melototi Abell yang sudah terbahak-bahak, kemudian ia meletakkan keranjangnya dengan kasar sempat membuat teman didepannya ini mengatup mulutnya.

Gadis itu benar-benar berjongkok dan mulai mencabut sawi. Tangannya sudah bersentuhan dengan tanah dan sangat terlihat bagaimana ekspresi wajahnya. Abell yang melihat itu kembali terkekeh, temannya ini memang sungguh aneh.

"Mel, kamu nggak apa-apa, kan?"tanyanya memastikan karena melihat gelagat Camel yang seperti menahan sesuatu.

"I-i-iya, emang gue kenapa?"Camel bertanya balik, tentu ia sadar Abell bertanya seperti itu sebab tangannya mulai geli dan membuatnya sedikit tremble. Bagaimanapun juga ia harus tetap melakukan perkerjaan ini karena tadi ia sudah memaksa Abell untuk menggantikan dirinya.

Gue nyesel anjir, batin Camel.

Saat ini kelas mereka memang sedang mendapat jadwal di green house, seperti biasa ada yang memanen hasil tanam layaknya yang dilakukan Abell dan Camel, memeriksa kondisi tanaman, memberi pupuk, menyiram, dan menanamnya lagi dengan bibit baru. Semua siswa akan mendapat pekerjaan dengan membagi tugas satu bagian berisi dua orang.

Disisi lain Mark dan Dominick ada dibagian cabe dan tomat. Mark menyiram tanaman tersebut, sedangkan temannya membersihkan sisa dedaunan kering yang ada didalam pot.

"Nick, emang kalau tanaman disini udah pada siap panen biasanya bakal dijual kemana?"tanya Mark yang masih fokus menyiram.

"Kalau nggak salah di supermarket."

"Untungnya mesti banyak, dong? Biasanya sayuran yang dijual disana kan mahal-mahal, terus kualitasnya juga bagus."

"Kemungkinannya gitu, hasil panen kita juga termasuk bagus sih menurut gue, karena perawatannya nggak sembarangan,"jelasnya. Mark mengangguk paham, ia tau itu.

 Mark mengangguk paham, ia tau itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Donker VerledenWhere stories live. Discover now