DIA, SANG RATU CAKRAWALA

1.3K 153 37
                                    

Happy reading!!

DIA, SANG RATU CAKRAWALA

__________________________________________

"Sekeras apapun kamu mencoba menjelaskan, jika ego telah menguasai maka akan sia-sia."

____________________________________________

Langkah gadis yang berjalan di koridor itu tak lepas dari pandangan seluruh pasang mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah gadis yang berjalan di koridor itu tak lepas dari pandangan seluruh pasang mata. Semua menatap ke arahnya, aura tegas yang dia pancarkan membuat siapapun bergidik ngeri.

Galea Ratu Zevinka, gadis cantik yang menyandang gelar sebagai ratunya SMA Cakrawala itu, saat ini sedang dalam masalah.

Bukan masalah besar lagi, karena dia sudah terbiasa dengan ini. Ratu masuk ke dalam ruang BK langganannya. Mata semua guru sontak terpokus pada dirinya, melempar tatapan benci seakan Ratu adalah sebuah sampah.

Satu tatapan yang membuat Ratu menarik seulas senyum, tatapan teduh yang menenangkan. Tatapan penyemangat yang berasal dari wali kelasnya. Pak Sastra, berbeda dengan namanya, dia adalah guru matematika.

Ratu berjalan mendekat dengan raut datar, duduk di kursi kosong menghadap semua orang di dalam ruangan pengap itu.

"Apa hukuman saya?" tanya Ratu to the point. Dia ke sini hanya untuk menanyakan itu. Sama sekali tidak peduli dengan apa yang telah dia perbuat kepada kakak kelasnya.

Pak Galih, wakil kepala sekolah itu melempar tatapan nyalang pada Ratu. "Apa kamu tidak punya etika? Apa orang tua mu tidak mengajari mu sopan-santun? Apa seperti ini sikap siswa terhadap gurunya?"

Ratu memutar bola matanya. "Apa saya dipanggil ke sini hanya untuk mendengarkan celotehan Bapak?"

"Ratu! Tenanglah," ucap Pak Sastra memperingati Ratu.

Bu Henny, guru kesiswaan itu menggelengkan kepala melihat sikap Ratu. "Kamu tau apa kesalahan kamu?"

"Tau, kesalahan saya dari dulu masih sama, kan?" Ratu mengepalkan tangannya, pandangannya beralih dari Bu Henny menjadi kearah gadis di samping Bu Henny. "Saya sudah bilang berkali-kali, Saya, tidak akan berhenti mengganggu dia, sebelum dia pergi dari sini. Kalau perlu dari dunia ini!"

"CUKUP!" bentak Pak Galih, wakil kepala sekolah itu bahkan menggebrak mejanya untuk menghentikan ucapan yang tidak senonoh dari mulut Ratu.

"Sepertinya kamu perlu ke psikolog untuk memeriksa kondisi mental kamu! Saya sudah tidak bisa lagi menangani kelakuan kamu, saya sudah menghubungi orang tua Rania, setelah ini keputusan ada di tangan beliau. Saran saya, siapkan diri kamu untuk mendekam di penjara."

Ratu tertawa sinis mendengar itu. Perkataan macam apa yang baru saja keluar dari mulut wakil kepala sekolah itu. Apakah seperti ini sikap seorang wakil kepala sekolah dalam mendidik muridnya? Bahkan perkataan itu terlalu kejam untuk di dengar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang