Chapter - 1. My Girl

1.3K 47 13
                                    

HAPPY READING 📖

--------------------------------------

Keributan, keributan, keributan. Tak akan ada habisnya jika dua orang itu dihadapkan. Richard Bell—pria dari divisi marketing—masih saja sibuk mengganggu Andrea. Kali ini ia sengaja menumpahkan teh dingin yang baru saja ia buat ke pakaian Andrea. Bukan tanpa sebab ia melakukannya. Ia tidak suka gadis itu menggunakan pakaian bagus seakan ingin mencari perhatian dari beberapa pria.

"Rasakan! Kena juga kau dengan tehku ini. Bagaimana rasanya? Enak? Mau kutambah?" Richard tertawa geli. Ia mengambil ancang-ancang untuk menumpahkan lagi sisa teh yang berada di gelas.

"Jangan, bodoh! Lihat ulahmu! Bajuku jadi kotor! Sumpah, kau sama sekali tak waras, Rich!" Andrea berteriak gusar. Bagaimana bisa Richard seenak jidat menumpahkan teh ke bajunya? Sialan, ia harus memberikan pelajaran yang setara agar Richard tidak merasa menang.

Ia mengambil gelas yang berada di tangan Richard ketika pria itu masih sibuk dengan tawanya, lalu menumpahkan sisa teh ke baju Richard.

"What the hell!" Richard melongo ketika dadanya terasa dingin. Ia menatap nanar bajunya yang juga basah dan tatapan tajamnya ia berikan. "Andrea, kau mau membuatku marah?"

Andrea menjulurkan lidah, mengejek Richard yang masih menatapnya tajam. Masa bodoh, ia sama sekali tak peduli. Siapa yang lebih dulu mengotori bajunya?

"Mampus! Kita seimbang! Makanya lain kali kau jangan menggangguku! Mau kutambah? Aku masih ada stok air." Andrea melirik mejanya yang terdapat air mineral. Tangannya baru saja hampir meraih botol mineral itu. Namun, Richard malah menyela.

"Jangan! Oke, oke! Maaf! Aku kalah. Kalau begitu ayo kita ganti baju bersama. Kebetulan aku membawa dua pakaian."

Andrea melototkan mata. Mendengar penuturan Richard, rasanya ia ingin melempar laptopnya ke kepala pria itu agar tidak berbicara yang aneh-aneh.

"Dasar gila! Pergi sajalah kau! Suka sekali menggangguku. Nanti kuganggu, kau menangis. Mengadu pada ibumu." Andrea mengambil baju cadangan yang telah ia siapkan di laci meja. Sengaja. Ia tahu Richard tidak akan berhenti mengganggunya. Bukan itu saja, banyak lagi yang harus ia cadangkan.

Ia bangkit dari duduk lalu sengaja menyenggol keras bahu Richard. Memberitahu kekesalannya karena diganggu.

Bukan marah, Richard terkekeh dan berteriak hingga satu ruangan di divisi Andrea mendengar.

"Jangan menyenggolku, Miss. Walcott! Senggolanmu juga menyenggol hatiku!"

Andrea menggelengkan kepala. Jengah sekaligus kesal. Jengah karena semua orang mendengar perkataan tak jelas itu dan kesal karena ia harus bersusah payah mengganti pakaian. Pekerjaannya masih menunggu, tapi Richard malah menambahnya lagi. Terparahnya, dengan kelakuan begitu ia tidak diberi imbalan. Yang ada malah kesusahan.

Melewati kaca transparan yang di dalamnya berisi salah satu meja sosok yang ia sukai, ia tersenyum tipis. Memerhatikan Matthew yang tengah fokus, ia benar-benar menyukainya. Menyukai bagaimana pria itu mengerutkan dahi ketika ada sesuatu hal yang belum dipecahkan. Menyukai mata biru itu yang sesekali berputar, tak berlebihan.

Seandainya Matthew tahu bahwa ia menyukainya, mungkin dengan mudah ia masuk dan memberikan makanan sebagai penyemangat. Sayang, realita malah berbanding terbalik dengan harapan. Ia hanya bisa mengamati sosok itu diam-diam dan dari jarak jauh. Sakit.

Lain hal dengan Richard, pria itu terkekeh geli dan mulai berjalan ke ruang kerjanya. Ia sengaja bermain-main dulu untuk mengganggu Andreas. Tak sengaja, matanya menangkap beberapa pasang mata yang memerhatikan tingkahnya.

"Apa? Kenapa lihat-lihat? Kerjakan saja tugas kalian!" Ia mendelik kesal. Saat berbalik badan untuk meninggalkan ruangan Andrea, teriakan lantang terdengar di telinganya.

"Kalau kau menyukainya, bilang saja. Mengganggunya terus-menerus bisa saja membuat dia tak menyukaimu." Ia mencari seseorang yang yang berani mengatakan itu lalu tersenyum miring.

"Tidak. Aku tidak menyukainya. Hanya sedikit ingin bermain-main."

"Bekerja itu serius. Jangan main-main. Kau bisa dipecat bos kalau begitu." Matanya beralih ke gadis berambut keriting dan berkulit gelap. Ia memutar bola mata, malas meladeni hal semacam itu.

"Ya-ya-ya! Terserah!" Ia menyisir rambutnya sembari bersiul. Ia juga tak peduli dengan omong-omongan tak berguna itu. Ia melakukan semuanya dengan carannya sendiri. Oh, satu fakta lagi. Tak ada yang tahu bahwa ia teman dekat Christian Gould, anak dari pemilik penerbit terbesar di California.

Bukannya ia tidak tahu banyak yang tak menyukainya di sini karena sering mengganggu Andrea, yang mungkin bisa juga mengganggu mereka. Tapi, ia tekankan bahwa ia tidak peduli. Ia harus mendapatkan Andrea terlebih dulu. Sudah lama sekali ia menyukai gadis itu. Dan jangan biarkan siapa pun menjadi penghalangnya.

Diliriknya kaos yang kotor karena perbuatan Andrea, lalu berdecak. "Ck, kekasihku memang banyak tingkah." Kemudian tertawa layaknya orang gila.

.

.

.

TO BE CONTINUE

Unexpected Destiny ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang