NEIGHBORHOOD [ END ]

17. Kencan Perdana

•••

"Mas? Masih lama di dalam?" Seseorang menyembulkan kepalanya ke dalam ruangan mesin ATM, membuat Rama terkejut dan meminta maaf agar menunggu sebentar lagi.

Rama kembali fokus pada layar mesin ATM di hadapannya. Rama terus memandangi layar itu tanpa bergerak sedikit pun.

"Ini mesinnya yang rusak atau mata gue yang udah nggak sehat?" gumam Rama sambil menatap bingung layar mesin ATM, yang menunjukkan rentetan angka dengan nol yang terhitung delapan digit.

Sepuluh juta uang siapa ini? Seru Rama dalam batinnya.

Seingat Rama, tabungannya hanya tersisa lima ratus rupiah saja. Tapi pagi ini, saat Rama hendak menarik uang di mesin ATM, Rama dibuat shock ketika melihat jumlah uang di ATMnya.

"Mas, masih lam—"

"Aduh, maaf Bang, kayaknya stok uang di mesin ini habis deh. Udah saya coba tapi uangnya nggak mau keluar. Ini saya mau telepon petugasnya sebentar," ucap Rama sembari meletakkan ponselnya di bawah telinga.

"Yah, bilang dong dari tadi! Kalau gitu, kan, saya bisa cari mesin ATM lain." Pria yang dipanggil "bang" oleh Rama tadi pergi dengan wajah kesal. Rama tak peduli. Ia sengaja berbohong agar bisa menyelesaikan masalahnya dengan uang itu.

Saat ini Rama sedang menunggu panggilan teleponnya yang sudah tersambung agar segera diangkat oleh penerima.

"Ah!" Rama berseru senang saat panggilan itu diterima.

"Kenapa, Ram? Tumben lo telepon gue?" Suara Sam menyeruak masuk ke indra pendengaran Rama.

"Sam lo lagi nggak mabok, kan, ya?" tanya Rama.

"Enggak, lah, goblok! Kenapa emang?" balas Sam dengan kasar.

"Gue lagi bingung banget sumpah."

"Kenapa, sih? Lo kalau ngomong jangan setengah-setengah, langsung aja keinti!" kata Sam.

"Ada uang sepuluh juta masuk ke rekening gue."