25. Kode Metronom ( 2 )

998 141 6
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Kamar Esther terasa mencekam. Bukan karena kondisi ramai yang mencekik ruang di kamar Esther itu. Sikap Piony yang nampak panik saat Esther pingsan, membuat kamar Esther terasa penuh dengan aura menakutkan.

“Piony tenang!” Suara Eza menyeruak masuk lewat earphone di telinga Piony. Suaranya terdengar lembut. “Semuanya bisa kacau kalau lo panik kayak gini.”

“Sekarang gue harus apa coba?! Kak Esther pingsan nggak ada dibayangan gue.” Piony nampak gusar. Ia duduk di lantai, tepat di hadapan Esther yang tengah berbaring.

“Piony dengerin gue.” Kini, suara Rama yang terdengar. Piony merapatkan matanya dan menunduk seraya mendengarkan Rama berucap, “pernah dengar kalau manusia itu hanya bisa berencana, tapi Tuhan yang berkehendak, hm?”

Piony tak menjawab meski apa yang Rama ucapkan bisa ia jawab dengan kata “Ya”.

“Sekarang lo tenang! Atur napas lo dan jangan panik! Pikirin apa yang harus lo lakuin saat di hadapan lo ada orang nggak sadarkan diri. Apa yang lo pelajari dari club PMR di sekolah? Lo bisa terapin sekarang,” ucap Rama setenang mungkin.

“Anggep aja lo lagi praktek. Bayangin ini semua nggak real.” Oka ikut menyemangati Piony.

“Lo pasti bisa!” kata Jargo.

Meski tak ada teriakan atau seruan semangat untuknya. Piony bisa rasakan kalau teman sekubunya tengah menyemangatinya dalam hati dan harapan mereka.

Mata Piony terbuka perlahan, ia langsung menatap Esther. Dan perlahan tangan Piony mendekat—ke arah Esther—dengan tangan gemetar.

Jika kita menemukan seseorang tak sadarkan diri. Pertama yang harus kita lakukan adalah, melakukan Pertolongan Pertama. Esther sudah di posisi yang tepat dan nyaman, yaitu berbaring. Piony lalu bangkit dan mengambil beberapa bantal, lalu menumpuknya di bawah kaki Esther. Tujuannya agar aliran darah mengalir normal ke otak.

Piony mulai sedikit lebih tenang. Ia sekarang melepaskan kancing kebaya yang mencekik leher Esther hingga sampai dadanya. Piony lalu melepaskan pengikat di pinggang Esther, hingga kain yang menutupi kakinya terasa mengendur.

NEIGHBORHOOD [ END ]Where stories live. Discover now