Chapter 7

2K 249 14
                                    

Happy reading..

***

At Hospital, 11.35

Seorang pria yang mempunyai tinggi dan paras bak model itu sedang berlari menuju sebuah ruangan yang telah di tunjukan oleh suster yang sedang berjaga saat itu. Setelah sebelumnya dia protes mengapa ruangan itu adalah sebuah bangsal yang berisi 8 orang, bukan kamar VIP seperti yang dia pesan sebelumnya. Sang Suster menjelaskan jika pasien yang dirawat tersebut meminta ganti ruangan dan uang pria itu telah di kembalikan.

Dengan gusar si pria yang kita tahu adalah Johnny mengecek m-banking nya dan ternyata ada beberapa notifikasi yang masuk termasuk pengembalian dana dari Rumah Sakit.

Dia berlari hingga sampai ke sebuah pintu yang menunjukkan jika itu adalah pintu ruang bangsal yang suster tadi katakan. Tanpa ragu Johnny membuka pintu itu.
Yang pertama kali Johnny lihat adalah ruangan yang cukup ramai, sepertinya pada saat itu sedang ada kunjungan dokter bersama dengan beberapa suster dan para dokter magang yang mengekor.

Johnny terpaku sejenak saat Alice terkaget melihat dirinya. Tanpa aba-aba Johnny berjalan cepat menuju ranjang Alice dan langsung naik ke ranjang tersebut lalu memeluk Alice erat. Saat ini Johnny berada di pangkuan Alice yang sedang terkaget-kaget.

“Maaf, maaf, maaf, maaf, maaf” Johnny menangis di pelukan Alice. Alice pun langsung memeluk Johnny dengan erat. Mereka berdua menangis. Dan itu disaksikan semua orang di ruangan tersebut. Bahkan oleh dokter-dokter dan para suster yang berada di sana.

Salah seorang suster sudah mengambil ancang-ancang untuk menyuruh Johnny turun dari ranjang itu karena takut dia menaruh beban badannya kepada Alice yang masih sakit.

Namun Alice memberikan tangannya untuk menyetop suster tersebut. Seperti sedang memberi tanda 'tidak apa-apa'. Akhirnya suster tersebut pasrah. Dan mereka masih dalam posisi seperti itu sampai dokter yang memimpin kunjungan tersebut menginterupsi.

“Eehmm.. ehm.. Ini waktunya pasien di periksa”

Dengan perlahan Johnny melepaskan pelukan Alice. Kali ini Johnny sudah berhenti menangis. Alice pun sepertinya juga sama. Johnny kemudian turun dari ranjang tersebut dan duduk di samping Alice. Mereka pun mulai menjalankan tugas mereka untuk memeriksa Alice.

“Demammu masih naik turun. Sayangnya kau masih belum bisa pulang untuk saat ini. Kau harus mendapatkan beberapa kantong infus. Dan jangan terlalu banyak pikiran” dokter tersebut mengatakan kalimat terakhir sambil melihat Johnny. Sepertinya dia tahu kalau Johnny adalah alasan mengapa pasien ini selalu menangis dalam diam bahkan di setiap kunjungannya Alice hampir tidak pernah membiarkan matanya kering.

Setelah mengatakan hal itu dokter tersebut dan para antek-anteknya keluar ruangan. Semua Orang yang tadinya melihat adegan tersebut sudah tidak terlalu tertarik lagi. Mereka sibuk untuk mengurus urusan mereka masing-masing.

“Tolong jangan tanyakan apa pun” Cegah Johnny saat Alice akan membuka mulutnya.

“Aku mohon. Hanya maafkan aku, lalu saat aku siap kau boleh menanyakan apa pun” lanjut Johnny sambil mencium tangan Alice.

Alice hanya mengangguk dan balas mencium tangan Johnny berkali-kali. Alice merasa semua ini seperti mimpi, semua teman SMA-nya tahu kalau Alice adalah budak cinta Johnny. Semua mengira Johnny mempunyai jimat dari dukun yang sangat ahli untuk membuat sang idola sekolah menjadi begitu tergila-gila dengannya.

Alice lagi-lagi tak bisa menahan air matanya untuk tidak jatuh. Meskipun Alice menangis Alice tatap tersenyum. Tapi kali ini bukan senyum yang di paksakan dan air matanya juga bukan air mata kesedihan melainkan air mata kebahagiaan.

“Suster sedang mempersiapkan kamar VIP untukmu” Johnny menghapus air mata Alice dengan tisu yang berada di atas nakas sebelah tempat tidur Alice.

“Johnny, aku tidak apa-apa di sini. Kau dengar apa kata dokter kan. Aku hanya perlu beberapa kantong infus”

“Badam mu saja masih panas. Aku yakin kau masih di sini sampai besok. Aku ingin privasi, aku hanya ingin berdua denganmu” Johnny makin menggenggam tangan Alice.

“Di sini kau masih bisa berdua denganku” ucap Alice dengan polos.

Johnny mengeram dalam hatinya, dulu Alice selalu berperilaku seperti predator yang akan menyerang Johnny setiap waktu. Tapi saat ini Alice benar-benar seperti anak kecil yang masih polos. Dan itu membuat sesuatu dalam diri Johnny bangkit.

“Kau ingin orang-orang di sini melihat ini setiap waktu” sedetik kemudian Johnny menempelkan bibirnya pada Alice. Tak peduli tatapan orang-orang yang 'lagi-lagi' nampak kaget melihat adegan tersebut.

Sementara Alice sudah jangan ditanya lagi, warna pipi dan telinganya sudah bukan warna pucat lagi, melainkan warna merah seperti buah tomat segar. Johnny menyukainya, dulu Alice yang sering menggodanya. Namun sekarang permainan berbalik.

Sejujurnya Alice bukannya malu di cium Johnny. Karena ini bukan yang pertama kalinya. Yang membuat Alice malu setengah mati karena Johnny berkata 'setiap waktu'.

***

My head really get dizzy right now..
I have to replace the glasses,
hopely i can make some story on time..

Vote and comment my love~

Fix It (Johnny NCT)Where stories live. Discover now