「4」

20.1K 2.7K 664
                                    

Keadaan yuta benar benar menyedihkan. Kehilangan dua orang yang sangat dicintainya membuat ia terpuruk. Saat polisi memberi kabar duka itu melalui telepon, yuta segera memacu mobilnya menuju tempat kejadian. Yang pertama yuta lihat setibanya di tempat kejadian adalah mobil kedua orang tuanya yang rusak parah. Kedua, yuta mendekati dua jasad yang tertutup kain putih, yuta membuka kainnya, lalu sambil menangis ia memeluk kedua jasad itu.

Berbeda saat pemakaman berlangsung, yuta diam, tidak ada airmata yang menetes di wajah tampannya. Di belakangnya, ada johnny serta jaehyun yang menenangkan.

Dari kejauhan winwin menatap suaminya pilu. Ia sangat ingin memeluk yuta, tapi itu tidak mungkin. Mengingat yuta pernah menyebutnya pembantu saat dua temannya berkunjung kerumahnya waktu itu.

Saat pulang dari pemakaman, yuta memilih menyendiri di dalam kamar. Hal itu membuat winwin khawatir, didekatinya yuta, lalu memberikan usapan lembut di bahu yuta.

"Jangan menyentuhku!" Bentak yuta dengan nada rendah, sambil memberi tatapan tajam pada winwin.

Mungkin itu adalah hari terakhir yuta membentak winwin. Karena beberapa hari kemudian, yuta benar benar berubah. Bukan berarti pria tampan itu mulai mencintai winwin, tidak. Tapi sifat dan juga tingkahnya, yuta menjadi pendiam. Ia sering menyendiri di dalam kamar, makan pun jarang, di bagian bawah matanya mulai menghitam dan berkantong akibat tidur terlalu larut.

Winwin mulai membenci keadaan ini. Jujur, ia lebih baik melihat yuta membentaknya, daripada melihatnya seperti ini. Winwin kecewa dengan dirinya yang sebagai seorang istri tidak dapat melakukan apapun yang bisa menenangkan hati suaminya. Sungguh! Ia sangat ingin memeluk yuta, mengusap rambutnya untuk menenangkan hati pria tampan itu. Namun perasaan takut mengalahkan niatnya, jangankan memeluk, mendekatinya saja winwin ragu.

"Kau terlihat tidak menikmati makanannya"

"Apa ada masalah?"

Itu taeyong, teman winwin sejak sekolah menengah. Ya, saat ini winwin tengah makan siang di sebuah restaurant kecil, ia berada disana sejak dua jam yang lalu.

"Uhm, yeah... Begitulah" jawab winwin seadanya.

"Jangan bilang si jepang itu menyakitimu lagi?" Saut temannya yang lain, sama manisnya dengan winwin dan taeyong, berdarah thailand, tubuhnya tidaklah tinggi namun namanya sangat panjang. Chittapon leechaiyapornkul— atau sebut saja ten, agar lebih singkat.

"Tidak, dia tidak menyakitiku sekarang"

"Lalu?"

"Dia berubah... Menjadi pendiam" winwin menatap kedua temannya, lalu menghela nafas sebelum melanjutkan ceritanya.

"Aku bingung harus berbuat apa, aku ingin mendekatinya, tapi aku takut jika ia marah dan membentakku lagi"

"Kenapa harus takut? Jika ia membentakmu kau bentak balik, bila perlu kau pukul masa depannya—ouch!" Ucap ten lagi, lalu sedetik kemudian ia mengerang, karena taeyong menghadiahinya sebuah cubitan keras di paha mungilnya.

"Jangan dengarkan dia" taeyong melirik ten kesal, sedetik kemudian raut wajahnya berubah serius.

"Aku tidak bisa memberi saran winwin, karena aku belum pernah menikah"

"Tapi apa salahnya jika kau mencoba? Lawan rasa takutmu, aku yakin disaat seperti ini yuta tidak akan marah saat kau dekati"

Winwin menghela nafas. Akan ia coba untuk mendekati yuta, kalau bisa mengajaknya bicara.

---

Setelah selesai makan siang bersama kedua temannya, kini winwin mempercepat langkahnya menuju rumah. Jujur saja, ia takut meninggalkan yuta sendirian dalam waktu hampir tiga jam. Membuat rasa khawatir menyelimuti hatinya, takut jika suaminya melakukan tindakan bunuh diri.

"Yuta?"

Panggilnya saat tiba di dalam rumah. Tidak ada jawaban, winwin berjalan kearah kamar, membuka pintunya, dilihatnya yuta tengah duduk di pinggir ranjang. Masih sama seperti hari sebelumnya, yuta termenung.

Winwin menggigit bibirnya, perlahan ia mendekati yuta. Lalu dengan hati hati winwin memeluk pundak suaminya.

"Kau sudah makan?" Tanya winwin sambil mengusap rambut yuta. 

"Kalau belum, aku akan membuatkan makanan untukmu"

Saat hendak berdiri, winwin mendengar yuta berbicara—ralat, menggumam. Menggumamkan sesuatu. Yang membuat winwin kembali duduk dan memeluk yuta.

"Orang tuaku sudah pergi"

"Sekarang aku sendirian"

Winwin menggeleng, ia mengeratkan pelukannya.

"Tidak yuta, kau tidak sendirian"

"Aku tidak punya siapa siapa lagi"

"Kau masih mempunyaiku"

"Apa aku harus menyusul mereka?"

"Yuta jangan gila!" Winwin reflek melepas pelukannya, tanpa sadar ia membentak yuta. 

"Yuta lihat aku" winwin menyentuh dagu yuta, lalu mengarahkan wajah tampan itu agar menatapnya. Winwin menangkup pipi tirus itu, lalu mengusapnya.

"Dengar, kau tidak sendirian. Masih ada teman temanmu dan aku yang akan menemanimu" winwin masih setia mengusap wajah yuta, kemudian mengarahkan kepala yuta ke dadanya, winwin mendekapnya, mengusap lembut rambut yang mulai memanjang itu.

Namun setelahnya, yuta melepas pelukan yang winwin berikan, membuat winwin bingung ketika yuta menatap matanya.

"Kau!" Yuta tidak meneruskan ucapannya, ia mendekatkan wajahnya ke wajah winwin, lalu meraup bibir semerah cherry itu, menghisapnya pelan.

Winwin terkejut? Tentu saja. Jadi seperti inikah rasanya berciuman? Rasanya sangat nikmat! Winwin tidak memberontak ketika yuta menciumnya, ia membalas ciuman itu. Bahkan ketika yuta mulai membuka bajunya, winwin hanya diam, ia menikmati sentuhan yang yuta berikan pada tubuhnya.

.
.
.

TBC

Rude •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang