12. MEMPERHATIKAN

8.4K 1.2K 2.6K
                                    

* * *

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

* * *

MENYALAKAN lampu kamarnya, Rasi baru saja sampai rumah. Ia tadi nongkrong sebentar di warung dekat kampus bersama teman-temannya sambil mengerjakan tugas. Sekarang ia begitu lelah dengan aktivitasnya hari ini.

Helaan napas ia lakukan sembari tidur di atas kasur. Rasi belum mandi memang, tapi kasur memanggilnya lebih dulu untuk disapa. Kini ia memandang langit-langit kamarnya. Entah mengapa wajah Laluna kembali memenuhi isi pikirannya.

Dalam hati Rasi juga bertanya-tanya, apa jangan-jangan dia menaruh perasaan kepada cewek itu?

Tapi dengan memikirkan Laluna, Rasi merasakan itu sudah pertanda jika dirinya memang tertarik kepada cewek itu. Hanya saja Rasi tidak yakin jika Laluna akan jatuh cinta kepadanya.

Malam semakin terasa dingin saja udara di luar sana malah membuat Rasi jadi gelisah. Ternyata langit kini menumpahkan butiran air, Rasi mematikan AC di kamar.

Jujur saja ia tidak suka dengan udara dingin dari hujan. Menurutnya hujan seperti melambangkan kesedihan. Rasi seseorang yang tidak ingin merasakan kesedihan.

Ia membuka ponselnya dan mencari nomor Laluna. Mencoba meneleponnya lagi dan tak lama panggilan itu terangkat. Rasi sadar senyumnya merekah karena hal sederhana ini.

"Halo Laluna." Rasi membuat dirinya sedikit geli mendengar sapaannya sendiri. "Lagi apa?"

"Halo!" Suara yang terdengar berbeda. "Maaf ini dengan siapa? Non Lalunanya lagi gak ada di kamar. Ini Bi Sumi, pembantu di rumah."

Rasi jadi kikuk. "Eh, halo Bi. Saya Rasi, teman sekampusnya Laluna."

"Apa, Den? Teman?" tanya Bi Sumi di seberang sana terkejut. "Bibi gak salah dengar kan kalau Non Laluna punya teman?"

"Gak salah, Bi." Rasi jadi bingung mendengar penuturan itu. "Saya beneran teman Laluna di kampus. Kalau bisa lebih dari teman juga boleh, Bi."

Terdengar tawa di seberang sana, Bi Sumi seperti bahagia. "Non Laluna lagi main hujan, Den. Soalnya baru saja selesai nangis. Dia gak mau mandi jadi Bibi suruh keluar rumah aja sambil hujan-hujanan."

"HAH?!" Kali ini Rasi yang tidak percaya. "Bi, Laluna bukan anak kecil. Ngapain main hujan?"

"Den Rasi, belum tau ya kalau Non Laluna memang suka main hujan?"

Rasi menggeleng padahal Bi Sumi tidak akan lihat itu. "Nggak, Bi. Tapi nanti Laluna sakit kalau main hujan."

"Iya, Den. Memang suka sakit tapi kalau bukan karena hujan, Non Laluna bakal nangis terus Den."

"Bi," panggil Rasi lagi. Ia ingin ke sana melihat Laluna langsung.

"Iya, Den? Ada pesan apa yang mau disampaikan? Nanti Bibi bilang ke Non Laluna."

"NGGAK USAH, BI!" Ya, Rasi jadi ngegas jawabnya. "Maksud saya gak usah bilang apa-apa kalau saya telepon. Nanti juga pas lihat histori panggilan Laluna tau kalau saya telepon, saya cuma mau ngobrol aja sama Laluna."

"Oh, gitu ya Den." Bibi mengangguk sambil menjawab. "Berarti teleponnya sudah selesai nih Den? Mau dimatiin?"

"Bentar, Bi!" Rasi berpikir sejenak. "Boleh saya minta alamat rumah Laluna?"

"Oh, boleh Den."

Ketika Bi Sumi menyebutkan alamat rumah Laluna, Rasi sudah mencatat dalam ingatannya. Ia akan mengingat alamat itu. Panggilan selesai dan cowok itu segera memasukkan ponsel ke dalam saku celananya. Mengenakan jaket, kunci motor, dan juga mengambil jas hujan.

Ia keluar dari kamarnya menuju parkiran motor. Malam ini Rasi tidak lelah sama sekali ketika niatnya akan bertemu Laluna. Cowok itu menerobos hujan hanya demi melihat Laluna.

Hanya untuk memperhatikan cewek itu.

* * *

Terus vote komen dan share yaa

Semoga sukaa😊

FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO

FOLLOW TIKTOK
@ERLITASCORPIO

TERIMA KASIH💙

TERIMA KASIH💙

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Jika Bulan Tidak Pernah AdaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora