Jika Bulan Tidak Pernah Ada

33. PERMINTAAN TOLONG

* * *

Aku sudah lebih jauh dari yang tidak kamu kira. Aku sudah lebih dalam menyelam jurang masalah yang kamu rasa.

* * *

"IYA. Iya tunggu sebentar."

"Ma, Kayla lagi di toko buku. Sebentar aja ini lagi beli buku buat materi kuliah."

"Iya, Ma. Habis ini langsung pergi ketemu Galaksi terus pulang."

"Mama, sabar dong. Nanti Kayla pulang kok. Kebetulan kelas tadi cepet selesai makanya Kayla ke toko buku dulu baru ketemu Galaksi."

Rasi menoleh terkejut ketika mendengar nama yang tidak asing, Galaksi. Ia mencoba memperhatikan cewek itu lagi dan mendengar apa yang sedang diobrolkan olehnya lewat panggilan.

"Iya, Ma. Nanti Kayla telepon kalau udah sampai."

Rasi terus saja memperhatikan cewek yang ia simpulkan bernama Kayla. Lagi dan lagi cewek itu menyebut ulang nama Galaksi. Seperti ada yang membuatnya penasaran dari cewek itu.

Kayla mengedikkan bahunya. "Kayla gak tau. Katanya Galaksi mau pergi ke makam mamanya dulu baru ke makam Antariksa."

"Iya, Ma. Salam Mama Kayla sampein ke Galaksi. Dah, Assalamualaikum."

Rasi mengikuti langkah terburu cewek itu. "Tunggu!"

Mendengar itu Kayla berbalik badan, ia menyatukan kedua alisnya. "Lo ngomong sama gue?"

"I–Iya, maksud gue," ujar Rasi jadi gugup begini. "Gue perlu lo jawab pertanyaan gue."

"Soal apa ya?" Kayla tidak mengerti. Ia bahkan tidak mengenali siapa cowok yang baru saja mengajaknya berbicara. "Kalau gak penting, sorry gue gak bisa bantu jawab karena gue buru-buru."

"Tunggu!" panik Rasi menahan langkah Kayla lagi. "Gue mau bicara tentang Laluna."

Kayla terbelalak ketika cowok itu tahu siapa Laluna. Melihat tatapan memohonnya membuat Kayla mengangguk sebagai jawaban. Ia berdeham memerhatikan cowok itu.

"Lo siapanya Laluna?"

"Gue Rasi, teman sekampus."

Kayla kembali mengangguk. "Kalau lo mau bicara soal Laluna bukan sama gue. Tapi Galaksi."

"Galaksi sahabat Laluna?" tanya Rasi memastikan.